Lambat laun matanya terpejam. Menikmati semilir angin yang berhembus lembut menerpa permukaan wajahnya. Sinar matahari yang hangat membuat nyaman berada di bawah naungannya.Gadis bermarga Shin itu hampir saja tertidur sebelum wajahnya dengan kejam di lempar sebuah buku.
"Lo mau bolos kelas pertama apa gimana? Bangun jir masuk sana!"
Ryujin bangun, tatapan nyalang diberikan kepada si pelaku yang mengangkat kedua alisnya sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Kayak yang peduli aja." Ryujin hendak kembali berbaring di atas bangku panjang. Pohon di belakangnya sempurna menutupi matahari dan hanya membiarkan sebagian cahaya nya menembus celah-celah dedaunan.
"Emang salah ya peduli sama manusia macam lo." Winter menendang kaki Ryujin sebelum berlari meninggalkan nya.
Ryujin hanya meringis, membiarkan si Kim berlari seperti anak kecil yang di kejar-kejar badut. Padahal dia tidak ada niatan untuk membalasnya. Setidaknya untuk hari ini.
"Lo gak tau apa Win, gue badmood." Gumam Ryujin. Menendang kerikil dengan ujung sepatunya.
Sebenarnya, gadis ini baik-baik saja. Semua berjalan normal dan dia semangat untuk menghadiri kelas. Sampai dia melihat sesuatu yang membuatnya menjadi tidak baik-baik saja.
Pagi tadi, saat melewati parkiran fakultas psikologi, ekor matanya menangkap sosok paling cantik di matanya, Hwang Yeji. Motornya sengaja ia hentikan untuk membuatnya lebih lama memandangi gadis jangkung itu. Dia terlihat sangat cantik hari ini dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai.
Ingin sekali tangannya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya dan menyelipkan helaian itu ke belakang telinganya.
Tapi saat satu wanita lain keluar dari mobil dan langsung menggandeng tangan Yeji, semuanya menjadi sirna. Tergantikan oleh satu pertanyaan, siapa wanita itu?
Pandangannya terus memperhatikan bagaimana wanita itu menuntun Yeji dan seperti tidak ada tanda-tanda untuk melepaskan gandengan tangannya. Sampai sosok mereka semakin mengecil dan hilang di balik tembok, pandangannya merosot. Melihat motor matic nya dan mengusap-usap pelan seolah itu adalah dirinya.
"Yang sabar ya, Ucup."
Ryujin tersadar dari lamunannya ketika sebuah tangan mungil menariknya dengan sangat kencang. "Buruan masuk kelas anjir." Rupanya Winter kembali setelah menyadari kalau Ryujin tidak mengejarnya.
"Gak mauuu, biarkan aku sendiri!" Winter mengerutkan alisnya, kenapa dengan bocah bongsor ini?
Tapi dia tetap menarik Ryujin yang berontak berusaha melepaskan tangannya. Sampai akhirnya dia capek sendiri dan pasrah ditarik Winter.
"Gue gak tau lo kenapa, tapi lo bisa cerita abis kelas pertama kita selesai." Ryujin menghela napas sebelum mengangguk. Membiarkan Winter menyeret tubuhnya ke kelas.
•••
"Pada zaman dahulu kala, hidup seorang gadis di suatu tempat. Dia bekerja di sebuah kedai kafe milik temannya. Suatu hari, ada pelanggan wanita masuk dan menyita perhatian gadis itu. Lalu, dia menyadari kalau dirinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama."
Ruangan ini hening ketika gadis itu selesai bicara. Hanya suara AC dan detak jam di dinding yang menemani mereka. Winter berbaring di sofa dan mengayun-ayunkan kakinya yang menggantung.
"Gimana menurut lo? Dongeng tadi bagus gak?"
Dia bertanya sambil mengangkat kepalanya dari bantal, menatap Winter yang tengah memandangi langit-langit kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pleasure || Jiminjeong
Teen Fiction"As you like, my pleasure." Winrina story! Jiminjeong cross!