9

237 26 1
                                    

Melihat kepergian Karina, Giselle menggaruk kepalanya yang tak gatal. Menatap Jeno yang masih diam di tempat memandangi Karina yang berjalan menjauh.

"Ck, ngapain gue jadi berduaan sama pacar orang sih." Gumamnya. Jeno menoleh, "pacar?"

"Lo pacarnya, kan? Apa lo gak nganggep temen gue pacar lo?" Tanya Giselle. Nampak kebingungan di wajah Jeno. Lelaki itu kemudian menggeleng. "Gue bukan pacar Karina, lebih tepatnya belum sih." Ucapnya.

Giselle terkejut, menutup mulutnya yang menganga. Dia pikir, selama ini mereka berpacaran. Karena Karina selalu di antar jemput olehnya. Juga, tidak sekali-dua kali mereka bertemu selain di kampus. Dia tahu Karena Karina selalu meminta untuk mengantarkan nya.

Giselle mengerutkan keningnya, seketika mengingat ucapan Jeno barusan. "Belum? Maksudnya?"

"Gue emang udah nembak dia, tapi dia belum ngasih gue jawaban. Tadi gue nanya dan dia bilang masih butuh waktu." Ucapnya.

Jadi begitu, hubungan mereka menggantung karena Karina belum menjawabnya. Ternyata Giselle selama ini salah. Karina dan Jeno tidak berpacaran. Lantas, apa alasan Karina belum memberikan jawaban padanya?

Begitulah isi pikiran Giselle sekarang. Sebelum fokus nya kembali dan menatap Jeno dengan tajam. "Terus ngapain lo meluk temen gue padahal belum jadi pacarnya?"

"Gak salah kan meluk calon pacar?" Ucapnya enteng. Giselle mengepalkan tangannya, jika sudah tahu kalau laki-laki ini bukan pacar Karina, dia tidak akan membiarkannya mendekatinya. Entahlah, ini hanya insting protektif sebagai sahabatnya.

"Jangan berharap lo jadi pacar temen gue!" Ucap Giselle, menatap tajam ke arah Jeno. Laki-laki itu menanggapi nya dengan sikap biasa saja. "Gue selalu dapetin apa yang gue mau. Gue yakin Karina juga bakal jadi milik gue." Kata Jeno. Tidak ada nada sombong dalam perkataan nya, namun wajahnya berkata lain.

Giselle mendengus. Tidak ingin berlama-lama disini. Apalagi orang-orang di sekitar mulai memperhatikan nya. Dia takut mereka akan menyebarkan rumor yang tak jelas dan itu sampai ke telinga Ningning.

Jeno tersenyum, dia tahu orang-orang mulai memperhatikan nya. Menjaga image, selalu tersenyum di hadapan wanita. Giselle muak, berbalik dan pergi dari area parkiran gedung kampus.



Flashback On



Sore ini, saat mereka sedang asyik berleha-leha di kamarnya Ningning, ternyata gadis keturunan Cina itu punya jadwal kelas. Makanya Giselle datang untuk mengantar sang kekasih. Lalu dia menatap dua karyawan kafenya yang menunduk memandangi lantai rumah seperti itu lebih menarik dari dirinya.

"Lo pada ngapain disini? Kenapa gak buka kafe, heh?"Giselle mulai bertanya saat Ningning sedang bersiap di kamarnya. Mereka berada di ruang tengah sekarang.

"A-anu, kita sebenernya mau buka kafe, tapi Ningning tiba-tiba ngajak main ke sini karena katanya gabut kalo sendirian." Jawab Ryujin. Winter melotot ke arahnya, karena bisa-bisanya dia berbohong.

"Bohong! Emangnya gue gak tau apa lo sengaja kesini buat numpang tidur siang?" Tuh kan, Winter sudah menduga kalau Giselle sudah tahu semuanya. Lagi, ngapain sih Ryujin harus berbohong.

"Hehe, canda bu boss." Ryujin tersenyum karir. Winter menepuk jidatnya melihat kelakuannya itu.

"Sorry ya, gue juga harusnya nolak ajakan dia. Tapi katanya dia gak mau kalo gue buka kafe dan kerja sendiri, jadi dia maksa gue buat istirahat dulu di sini." Ucap Winter. Tiba-tiba Ryujin menampar lengannya buat Winter mengaduh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Pleasure || Jiminjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang