7

106 19 0
                                    


Udara dingin menerpa permukaan kulit seseorang. Rambut pendeknya juga beterbangan terkena hempasan, tubuhnya mulai sedikit menggigil. Tapi mau bagaimana lagi, perasaan gugup masih ia rasakan. Panik tak kunjung reda membuat jantungnya berdetak kencang.

Ia terpaksa harus berdiri di balkon kamar Karina, menunggu si pemilik selesai mengganti baju. Matanya sesekali menjadi liar dengan mencuri pandang ke dalam jendela yang tidak tertutup dimana Karina berganti di sana. Tapi ia segera menampar pipinya buat dirinya tersadar.

"Winter, aku udah selesai!"

Karina memanggil dari dalam. Ia menghela napas dan membuangnya perlahan sebelum berbalik dan melihat sosok Karina yang di baluti piyama pink bergaris-garis putih dan celana panjang yang senada. Rambut hitamnya di panggul membuat lekukan lehernya nampak jelas. Winter menelan ludahnya susah payah melihat potrait wanita yang sangat cantik itu.

"Kok malah bengong? Ayo masuk." Tangan yang lebih besar darinya menariknya ke dalam. Seketika aroma khas Karina tercium di sini.

Walaupun dia sudah pernah masuk ke dalam kamar Karina, tapi ia masih gugup tatkala si pemilik suka melakukan hal-hal yang diluar batas wajar seorang teman.


Ya.. walaupun saat Karina melakukan itu, dia lumayan menikmatinya sih.




Seperti saat ini, Karina duduk nyaman di antara kedua kaki Winter, punggungnya bersandar pada tubuh gadis yang lebih muda darinya itu. Kepalanya terkulai santai di dada Winter, sementara tangannya sibuk meraih camilan untuk dimasukkan ke mulut. Matanya tak lepas dari layar, fokus menonton film.

Di sisi lain, si Kim hanya bisa berharap Karina tak menyadari debaran jantungnya yang berdetak lebih kencang.

"Ngomong dong." Ucap Karina.

"Ngomong apa?"



"Apa aja, aku kangen suara kamu."

Tuh lihat. Mana ada teman ngomong kayak gitu. Pikir Winter. Dia berdehem sebelum bersuara.

"Tumben malem ini minta di temenin?" Ia memilih bertanya. Tangannya tak sadar memainkan beberapa helai rambut Karina.

Selepas dari kafe Giselle tadi sore, Karina tiba-tiba mengajak Winter ke rumahnya. Dia hanya mengangguk dengan perasaan senang karena bisa melihat si Yoo lebih lama lagi. Tapi untuk alasannya dia sendiri tak tahu. Padahal besok dia ada kelas pagi, bahkan Ryujin mengingatkan untuk tidak menginap sambil memberikan tatapan iri karena Yeji hanya berpamitan, tidak mengajaknya makan malam atau semacamnya. Harusnya lu yang ngajak elah, pikir Winter.

"Emang gak boleh ya? Kamu aslinya gak mau nemenin aku? Iya?"

Karina bangun, berbalik dan menatap sepasang mata winter yang mulai terlihat gugup. Padahal dia hanya bertanya, tapi tak menyangka akan respon dari Karina.

"E-enggak, aku mau! Cuman nanya aja. Kan biasanya juga lewat chat." Jawaban paling logis ia berikan. Berharap Karina menjauh atau kembali berbaring di atas dadanya.

Tapi, wajah Karina malah semakin dekat, buat Winter menjerit dalam hati. Ia berusaha untuk tidak terlihat panik.

Menunggu beberapa saat berharap si Yoo menjauh, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi. Winter melihat bagaimana tatapan Karina semakin dalam. Dia tidak tahu apa yang akan wanita itu lakukan, tapi ini sangat berbahaya.

Deru napas Karina sudah sampai mengenai ujung hidung Winter. Dia menampar keras pikiran untuk mencium bibir Karina yang sangat menggoda itu.

Sebelum dia kalah dari imannya, dengan sedikit tenaga yang ia keluarkan, kedua tangannya terangkat dan menepuk pipi Karina dengan lembut.

My Pleasure || Jiminjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang