pagi

13 1 1
                                    

Chandie menggeliat dalam tidurnya merasakan kepalanya yang pening dan cahaya matahari yang mengganggu tidur paginya.

Ia duduk diatas ranjang, sembari memijat pelipisnya.
"Sudah bangun?." Chandie terkejut dengan sosok dihadapannya yang kini berdiri menjulang dengan sedikit memiringkan kepala.

"Jae?!." Chandie segara membuka selimutnya takut takut terjadi sesuatu. Namun yang ia dapati ia masih full mengunakan gaun pestanya tadi malam.

"Fyuh... kenapa aku disini?." Sekejap menghela nafas lega sementara jaemin duduk di pinggiran kasur.

"Kau mabuk, tidak bangun Saga hyung menggendongmu kemari dan memesankan kamar." Jaemin memberikan air putih pada Chandie dan Chandie menerimanya.

"Benarkah?." Jaemin mengangguk dan dapat Jaemin lihat chandie yang telinganya memerah.

"Harusnya kau melihat wajah Aveza yang kesal melihatmu digendong bridalstyle seperti itu, hampir setengah tamu undangan melongo. Ku akui banyak gadis yang cemburu denganmu. Kkkk" Kekeh Jaemin membuat Chandie semakin seperti kepiting rebus.

"Ah ya ini senin aku harus bekerja!." Chandie yang lupa pun memekik ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 09.00 pagi. Seketika wajahnya menjadi panik.

"Kau diliburkan hari ini oleh Saga hyung, tidak masalah kau bebas hari ini." Chandie yang mengambil tasnya seketika menjadi diam mematung ditempat.

"Oh.. terima kasih" Jaemin mengangguk. "Dan apa kau tau, lebih baik kau ikut denganku untuk sarapan aku belum makan."

Jaemin mengulurkan tangannya dan tidak disambut oleh Chandie. "Jae aku bahkan belum mandi dan cuci muka. Tunggulah sebentar" Chandie melihat ruang sekeliling dan mendapati sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar mandi.

Jaemin menganguk kemudian merebahkan diri diranjang "Aku sudah menyiapkan pakaianmu, di atas laci itu" tunjuk jaemin pada meja disebelah kanan ruangan.

"Baiklah terima kasih, kau memang yang terbaik. Walau aku baru mengenalmu 9 hari." Chandie tersenyum kemudian berjalan kesana mengambil pakaian dan melihat apakah ada handuk. Dikamar madinya.

Sementara Saga dikantor tidak bisa tenang. Entah kenapa dia memikirkan Chandie. Dari pagi, ia merasa dirinyalah yang harus bertanggung jawab atas pestanya.

Dan seorang yang tidak bisa mabuk meminum minuman dengan kadar alkohol 50%

Itu tidak baik, sementara dia malah mengijinkan Jaemin untuk mengantar Chandie pulang. Dua sepupu itu tidak pernah akur.

"Bos kenapa melamun?." Tanya Amar yang tidak biasanya melihat sang atasan bengong sendiri dan tidak menjawab saat diajak bicara.

"Tidak apa apa, nanti dulu aku akan menelpon Jaemin." Saga memberi gestur Amar untuk kembali ketempat duduk.

Sementara Saga mengambil ponselnya di laci meja dan mengetik Nomor Jaemin.

Saga Calling

Suara nada dering di ponsel Jaemin menganggu acara rebahannya, Jaemin merogoh saku dan menegakkan diri duduk di kasur.

"Hallo Hyung, ada apa?" Tanya Jaemin dari sebrang sana Saga berfikir sebenar.

"Kau sudah mengantarnya pulang?." Tanya Saga dari sebrang dengan nada yang tidak disukainya.

"Hyung aku tidak akan berbuat yang tidak tidak, dengan karyawanmu ini. Tenang saja, aku akan mengajaknya sarapan lalu mengantarkannya pulang." Jaemin merotasikan bola matanya namun ia tersenyum kecil setelahnya. Saga memang seperti itu.

Tidak akan mudah percaya dengan orang lain, se dalam itu lukanya dulu hingga ia tak percaya pada siapapun.

Namun positifnya Saga adah orang yang benar benar Kritis dalam menghadapi masalah. Dengan watak keras kepala dan tidak suka mendengar nasehat orang lain.

"Baiklah, pastikan kau melakukannya"

Tut

Panggilan diputuskan sepihak, membuat Jaemin memandang ponselnya kesal. Berbarengan dengan Saga yang memutuskan panggilan.

Chandie keluar dengan pakaiannya yang lengkap, Celana Jeans putih dan atasan berwarna coklat. Rambutnya masih basah. Ia menuju meja rias untuk mengeringkan rambut serta berdandan.

...
Mereka berhenti disebuah restoran cukup ramai dan memesan makanan. Kurang lebih 30 menit.

Makanan sampai dan mereka makan dengan tenang.
...

Saga menatap kosong layar leptopnya yang menunjukkan wajah seorang pria tua berumur 50an yang kini tengah menatapnya juga.

"Nak, kembalilah kemari apa kau tidak mau berbakti dengab membantuku disini." Ketus Alyosha yang merupakan ayah kandung Saga.

Saga menggeleng dan mendengus tak suka. "Ayah saja, perusahaanku di sini di indonesia untuk apa aku ke Berlin"

Mereka sama sama keras kepala lebih tepatnya Ayahnya Saga yang keras kepala dan menurun pada Si putranya Saga Abimanyu.

"Saga maafkan ayah, dulu Ayah jahat denganmu sekarang Ayah sadar" menolog Alyosha yang kini hanya bisa duduk di kursi roda.

"Ya karena kau sekarang sudah lumpuh, andai masih sehat kau akan menyiksaku seperti dulu." Mau bagaimanapun Saga tidak akan pernah melupakan bagaimana kerasnya Alyosha saat mendidiknya sebagai Pewaris Perusahaan Osha di Berlin.

"Tidak akan, Ayah janji. Lagi pula Ayah ingin melihat cucu Ayah juga ibumu ingin melihatmu." Rasanya Saga ingin meludah sekarang juga. Tapi mau bagaimana lagi toh tidak ada yang namanya mantan Orang tua.

"Tidak, Kau cari saja orang yang cocok untuk melanjutkan Osha aku disini mengelola Sagma. Aku tidak mau kesana." Saga itu menyayangi ayahnya namun Ego Saga lebih besar dari hatinya.

Ia masih tidak bisa memaafkan sang Ayah akibat perbuatan Ayahnya itu Ibunya meninggal dunia.

Maka dari itu dia tidak mau tinggal bersama Alyosha. Dulu di umurnya 18 tahun ia dijodohkan dengan seorang gadis berusia 15 tahun demi memperkuat perusahaan.

Jelas dia tidak mau, berujung dipukuli hingga babak belur. Ia bahkan masih mengingat jelas pesihnya cambukan dan tendangan Ayahnya.

Iapun diusir selama 1 bulan dari Mension Alyosha. Itu membuat ibunya sakit keras.

"Sudahkan, kalau begitu aku akan bekerja lag-  pembicaraannya terputus saat sang Ayah menyela.

"Sebenarnya aku hanya ingin mengenalkanmu dengan gadis baik hati. Mungkin dia akan cocok untuk menjadi ibu sambung cucu cucuku." Alyosha memberi gestur kemari pada orang disebelah nya yang tidak muncul dilayar komputer.

Saga hanya diam dan melihat, saat melihat gadis berusia sekitar 19 tahun dengan wajah manis bibir kecil. Dan mata biru.

Saga sedikit terpukau, dia benar benar cantik. Dan muda, gadis itu menundukkan kepalanya singkat dan memperkenalkan diri.

Setelah Alyosha menyuruhnya untuk memperkenal kan dirinya.

"Ha.. halo tuan saya Anya Apollinaria" Senyuman Anya begitu manis. Saga hanya mengangguk.

Mungkin itu asisten rumah tangga baru di Mension Alyosha. Sebab gayanya tak sama sekali menunjukkan dia dari anak orang kaya.

"Baiklah ayah, kalau cuman itu Sampai sini Saja Aku ada miting sebentar lagi."

Pip

Saga mematikan sambungan telponnya sepihak, membuat Alyosha menggeleng maklum disebrang sana.

"Anakku baik, dia dingin karena masih membenciku. Dia memperlakukan wanita dengan baik tenang saja" Anya tak tau harus merespon bagaimana ia hanya bisa mengangguk. Dan pamit unsur diri karena ia sudah menaruh teh pesanan tuan Alyosha.

Ia pamit undur diri, sebab harus menemani Nyonya rumah. Istri Alyosha, iapun pergi dari sana sembari membawa nampan peraknya bersamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ibu sambung // Author Irs // BersambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang