Prolog [Arc.1]

48 16 6
                                    

Senja telah menggantungkan dirinya di langit Sekolah Menengah Kejayaan Lemuria, memancarkan warna-warna jingga yang memudar di balik dinding-dinding bata merah tua. Suara gemericik angin yang menyapu daun-daun kering menjadi latar belakang yang kontras dengan hiruk-pikuk para siswa yang baru saja selesai dengan pelajaran sore.

Dilihat dari luar, sekolah ini tampak normal, sekolah yang megah dan berdiri dengan kokoh, tetapi bagi mereka yang cukup peka, ada sesuatu yang lebih gelap tersembunyi di balik temboknya.

Sekolah Menengah Kejayaan bukanlah tempat biasa. Di sinilah ambisi, kekuasaan, dan rahasia bertabrakan, menciptakan dinamika yang mempengaruhi setiap siswa yang melangkah di atas lantainya. Lorong-lorong sekolah ini memiliki lebih banyak cerita daripada yang bisa dibayangkan, dengan setiap sudut dan celahnya penuh dengan bisikan-bisikan tersembunyi.

Di tengah hiruk-pikuk siswa, seorang pemuda melangkah dengan tenang dan hati-hati. Evan Blackwood, siswa yang kerap kali tidak diperhatikan secara langsung oleh orang-orang di sekitarnya, membawa aura yang misterius dalam dirinya. Rambut hitamnya yang sangat gelap menyembunyikan sebagian besar wajahnya, terutama matanya yang gelap dan dalam, seolah menyimpan segudang rahasia.

Evan adalah sosok yang sulit ditebak. Dia jarang berbicara, namun ketika dia melakukannya, kata-katanya selalu memiliki bobot yang membuat siapa pun yang mendengarnya merenung. Dia bukanlah siswa biasa—Evan adalah seorang yang terampil memanipulasi keadaan, seseorang yang mampu memutar balikkan kenyataan untuk memenuhi tujuannya. Setiap orang yang mengenalnya tahu bahwa dia adalah individu yang tidak boleh disepelekan.

Di balik ketenangan dan senyuman samar yang selalu menghiasi wajahnya, Evan memiliki kemampuan membaca orang lain dengan ketajaman luar biasa. Dia tahu bagaimana mengendalikan mereka, baik teman, musuh, maupun gurunya sendiri.

Evan dianggap sebagai ‘master manipulator’. Ia memainkan takdir orang lain seperti bidak catur, selalu memikirkan beberapa langkah ke depan. Namun, ada satu orang yang selalu membuatnya terganggu—Stella Evergreen.

Stella adalah gadis yang tidak mudah dipahami, sama seperti Evan. Rambut hitamnya yang panjang dan berkilau seolah menyerap cahaya matahari, dan matanya yang biru tajam seperti langit senja menyimpan kecerdasan yang mengesankan.

Stella bukan hanya sekedar cantik, dia juga pintar dan cerdik. Di antara siswa lainnya, hanya dialah yang bisa menandingi Evan, baik dalam intelektual maupun mental. Dia selalu satu langkah di belakang Evan, seolah bayangannya selalu mengintai di setiap sudut, mencari celah untuk mengungkap misteri yang dia simpan rapat-rapat.

Namun, pertemuan mereka tidak hanya didasarkan pada rasa ingin tahu. Ada sesuatu yang lebih dalam yang mereka rasakan, semacam ketegangan yang melampaui persaingan biasa. Baik Evan maupun Stella sama-sama mengerti bahwa di antara mereka terdapat hubungan yang rumit, sesuatu yang belum pernah mereka akui, bahkan pada diri mereka sendiri.

---xxx---
| Reverie |
---xxx---

Hai guys, gimana kesan pertamanya saat membaca prolog nya? Jangan lupa komen di setiap paragraf yang menurut kalian menarik yah.

Ini cerita baru, jadi masih membutuhkan semangat dan partisipasi dari kalian. Jangan lupa vote guys.

Follow jugaa, ayo temenaan!!!

Aku baik kok!

VeloraArven

ReverieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang