pertemuan yang tak terduga

347 32 4
                                    



Marella duduk di kursinya yang megah, pandangan matanya tajam menatap kota dari balik jendela besar kantornya di lantai tertinggi Maranzano Luxury Plaza.

Tangannya dengan anggun memegang cangkir kopi hitam, sementara pikirannya melayang pada laporan dari Lyora.

"Seorang gadis remaja tak tahu diri telah mempermainkan nama kita, dan dia berjalan di mallmu seolah itu taman bermainnya," suara Lyora terngiang di kepala Marella. Di dunia Marella, hal seperti ini tak bisa dibiarkan.

Namun, entah mengapa, Marella merasa sedikit tergelitik. Gadis itu, Lola, tampaknya berbeda dari orang-orang yang biasanya takut hanya mendengar nama keluarganya.

Marella meletakkan cangkirnya di atas meja, membuat bunyi halus yang nyaris tak terdengar.

"Panggil gadis itu. Bawa dia ke sini," perintahnya kepada Lyora, yang berdiri tak jauh dari meja.

"Aku ingin melihat bagaimana dia bisa begitu berani."Lyora, dengan tatapan dingin khasnya, mengangguk dan segera keluar dari ruangan untuk melaksanakan perintah Marella.

Sementara itu, di dalam spa…Lola tengah bersantai, menikmati pijatan lembut dari terapis spa. Matanya terpejam, merasa puas setelah seharian penuh dengan rutinitas yang melelahkan. Namun, suasana santai itu tiba-tiba terpecah ketika Paman Jacob datang menghampiri.

“Nona Lola,” katanya dengan nada tegang. “Saya baru saja menerima panggilan. Anda diundang ke kantor Nyonya Maranzano.

”Lola mengernyit, memandang Paman Jacob dengan alis terangkat. “Siapa? Maranzano?” gumamnya sambil membuka mata, setengah mengingat sesuatu.

“Itu nama yang tadi di mall, ya?” ucap lola yang sudah mengingatnya.

Luna yang sedang menikmati perawatan rambut di sebelahnya ikut terkejut.

“Apa?! Kau diundang oleh nyonya Marella Eleonora Maranzano? Apa dia yang punya mall ini dan yang tadi kita bicarakan!?”

Paman Jacob mengangguk, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang dalam. “Iya, Nona Lola. Dia bukan orang sembarangan. Saya sarankan kita segera pergi".

Lola bangkit dari ranjang pijat dengan ekspresi malas. “Ah, apapun itu. Aku tidak peduli dengan hal-hal semacam itu. Ayo, Luna, kita pergi dan temui dia”

Di dalam kantor Marella…Lola berjalan dengan penuh percaya diri ke dalam ruang megah milik Marella, disertai Luna dan Paman Jacob. Pengawal-pengawal bersenjata berdiri di setiap sudut ruangan, menjaga dengan waspada. Ruangan itu terasa dingin—bukan karena suhu, melainkan karena aura kekuasaan yang mengelilinginya.

Di tengah ruangan, duduklah Marella, wanita yang selama ini hanya terdengar dari cerita-cerita penuh ketakutan.Marella memandang Lola dari balik meja kerjanya, matanya yang tajam menyelidik setiap gerakan gadis itu. Di satu sisi, Marella bisa merasakan betapa Lola berbeda. Gadis ini tidak gentar, tidak menunjukkan rasa takut seperti orang-orang lainnya. Ada keberanian, mungkin bahkan keangkuhan, dalam cara Lola melangkah.

Lola berhenti beberapa langkah di depan meja Marella, menyilangkan tangan di dada. “Jadi, ini orang yang katanya ditakuti di seluruh dunia?” tanyanya sambil menoleh ke Luna dengan nada bercanda.

Luna hampir kehilangan akal sehatnya mendengar komentar tersebut. Sementara itu, Marella hanya tersenyum tipis—senyum yang tidak mengindikasikan rasa senang, melainkan seperti seekor predator yang melihat mangsanya bergerak lebih dekat.

“Nama yang tak bisa diucapkan sembarangan, namun kau sebutkan tanpa rasa takut,” Marella akhirnya berbicara dengan suara yang dingin tapi mematikan.

QUEEN MAFIA KEJAM ITU MILIKKU!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang