O5

84 15 0
                                    

Jane hanya berdiam diri di toilet perempuan. Ia menatap ke cermin berkali-kali untuk memastikan apakah dirinya sudah siap untuk bertemu dengan tunangannya atau belum. Tapi, jujur saja Jane gugup. Ia takut jika mata nya bertemu dengan mata Vante itu.

Jane beberapa kali menghela nafas dan kembali menarik nafas sebelum akhirnya dia siap untuk keluar dari toilet. Ia mulai memikirkan, "Apa aku kembali saja ke istana tanpa memberi tahu mereka?" Ia kemudian menggeleng cepat.

"Keep yourself calm, Janeva Watson."

Suara itu adalah suara yang Jane kenal, suara berat dari pangeran Venturo. Jane langsung menoleh ke belakang setelah ia keluar dari toilet dan hendak kembali pada sahabatnya.

Vante berjalan menghampiri Jane yang malah berjalan mundur sebelum Vante semakin mendekat, "Kau menguntitku?" Tanya Jane.

Vante terkekeh dan menatap Jane, "Untuk apa aku menguntit calon istriku?"

Jane memutar bola matanya malas, ia menghela nafas, "Tidak perlu kau sebutkan kata-kata itu. Ingat, pernikahan kita hanya sebatas untuk menyatukan dua kerajaan."

Mendengar perkataan Jane, Vante semakin mendekatkan dirinya pada tubuh Jane yang akhirnya bersentuhan dengan dinding. Disini hampir tidak ada orang atau pelayan yang berlalu lalang, karena memang wilayah untuk bangsawan.

Vante menaruh satu tangannya disamping kepala Jane yang bersandar di dinding, mengunci pergerakan Jane agar tidak bisa kabur menghindarinya. Ia menatap Jane dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, ada rasa kecewa karena Jane menghindarinya.

"Kau menghindariku? Kenapa?" Tanya Vante.

Jane yang ditatap dengan sangat dekat oleh Vante menundukkan kepalanya, tidak berani bertatapan sedekat ini dan bertemu tatapan dari pemuda tampan rupawan. Hati Jane berdebar, tidak tahu perasaan gugup atau karena hal lain.

"Jangan menghindariku, kumohon. Tidak apa-apa kalau aku bagimu hanya sebagai pria yang menyatukan kerajaan kita, tapi bagiku kau adalah perempuan yang aku sayang, perempuan yang aku suka."

Tatapan Jane dan Vante bertemu, Vante meraih dagu Jane dan mengarahkan pandangan Jane keatas untuk menatapnya. Jane merasa bersalah saat Vante mengatakan itu, ia melihat manik kecewa pada matanya.

"Aku— aku minta maaf. Bukan seperti itu maksudku. Aku... hanya belum bisa menerima ini semua." Jane menundukkan kepalanya.

Vante tersenyum tipis, ia menggeleng, "Tidak perlu minta maaf, J. Maaf kalau aku terkesan memaksakan cintaku padamu."

Jane kembali mendongakkan kepala saat mendengar penuturan maaf dari Vante, pandangan mereka kembali bertemu. Bingung harus merespon bagaimana, ia terdiam.

— AGAPE —

"Itu mereka!" Teriak Lily menunjuk ke arah dimana Vante dan Jane kembali memasuki ruangan.

"Wow. Aku kira kau tidak akan kembali bersama dengan putri Jane, kak." Jake berani bertaruh kalau Vante tidak akan berhasil membawa Jane kemari, namun kali ini ia salah.

Vante melirik ke arah adiknya, ia mendecih, "Kau memang selalu mengharapkan yang buruk untukku." Jake lantas tertawa.

Jane duduk di tengah antara Rosie dan Lily, ia berhadapan dengan Vante. Perasaan dan pikirannya masih tidak sinkron, ia bimbang bagaimana melanjutkan hari-hari dengan Vante nantinya.

"So, how was going on there?"

"Nothing happen, Rosie."

PRINCE(SS) | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang