O6

154 26 1
                                        

Dengan lembut, Vante berbisik, "Semoga kau bisa melihat perasaan tulusku suatu hari nanti, Janeva Watson."

Ia menatapnya sekali lagi, memastikan bahwa Jane tidur dengan nyaman, sebelum akhirnya membalikkan tubuh dan berjalan menuju pintu.

Saat sampai di pintu, ia disambut oleh raja Andrew dan ratu Alana, yang masih memandang putri mereka dengan rasa sayang. Mereka mengangguk pada Vante, senang melihat bagaimana perhatian Vante kepada Jane.

"Kami berterima kasih, Pangeran Vante," ujar Ratu Alana. "Jane mungkin belum mengerti, tetapi kehadiranmu berarti banyak bagi kami."

Vante tersenyum tipis, menundukkan kepala hormat. "Menjadi bagian dari kehidupan Jane adalah suatu kehormatan bagi saya."

Mereka saling berpamitan dengan penuh rasa hormat. Vante melangkah keluar, sementara raja dan ratu menutup pintu kamar Jane dengan perlahan, memberikan putri mereka ketenangan untuk beristirahat.

Di luar istana, malam semakin larut, tetapi dalam hati Vante, harapan dan kesabaran tetap menyala terang.

- A G A P E -

Keesokan harinya, Jane terbangun di kamarnya. Dia menatap sekeliling, sedikit bingung. Baru saja ia mengingat kembali bahwa Vante-lah yang membawanya pulang ke istana setelah ia tertidur di atas kuda.

Jane menghela napas. Seiring waktu, kedekatannya dengan Vante terasa semakin rumit. Ada bagian dari dirinya yang ingin menjauh, namun ada juga perasaan yang perlahan muncul, membuatnya bingung.

Setelah beristirahat sejenak, Jane mengenakan pakaian sederhana dan keluar ke taman istana untuk menenangkan pikirannya. Saat melangkah keluar, udara pagi menyambutnya dengan sejuk. Taman Amaryllis terasa damai, dikelilingi oleh pepohonan dan bunga yang bermekaran. Di sini, ia merasa bisa berpikir lebih jernih.

Namun, tak lama kemudian, Jane melihat sosok yang tak asing. Vante sedang duduk di bawah pohon besar, tampaknya sudah menunggunya. Jane sedikit terkejut, namun ia berusaha tenang.

"Aku tak menyangka kau akan ada di sini sepagi ini," ujar Jane, mencoba menyapa dengan nada biasa.

Vante tersenyum tipis, "Aku kira kau akan tidur lebih lama setelah perjalanan kemarin. Tapi ternyata aku salah."

Mereka berdua tertawa kecil, meskipun Jane mencoba menutupi kecanggungannya. Hening sejenak, sebelum akhirnya Vante berdiri dan berjalan mendekat.

"Aku tahu ini mungkin terlalu cepat bagimu," kata Vante pelan, "Tapi aku ingin kau tahu bahwa meskipun pernikahan kita diatur, perasaanku padamu tulus."

Jane merasakan dadanya berdebar lagi, seperti semalam. Ia menunduk, tak ingin terlihat terbawa perasaan.

"Aku... aku hanya butuh waktu," kata Jane, suaranya nyaris berbisik.

Vante mengangguk, "Aku tidak akan memaksamu. Aku akan menunggu, seberapa lama pun itu."

Mereka kemudian berjalan bersama, membahas hal-hal sederhana untuk mengalihkan pembicaraan. Jane merasa sedikit nyaman karena Vante tidak mendesak atau menuntutnya. Perlahan, ia mulai membuka diri, meskipun belum sepenuhnya.

Setelah beberapa waktu berlalu, sahabat-sahabat Jane - Lily, Rosie, dan Jake - datang ke taman, dan suasana berubah lebih ceria. Mereka membawa berita tentang acara-acara kerajaan yang akan datang, termasuk pesta dansa musim semi yang diadakan di kerajaan Venturo sebagai perayaan sebelum pernikahan Jane dan Vante.

Jake tersenyum lebar, "Aku dengar kau akan jadi ratu sejati di pesta itu, Jane."

Rosie ikut bercanda, "Benar. Kau harus siap dengan gaun terbaikmu."

PRINCE(SS) | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang