22

4.2K 460 98
                                    

Aelaaah susah ya tembus 200 komentar 😭udah neror kemana-mana,minta double up🙏FYI buat update seminggu sekali aj udah syukur neng😭serius paduka tidak sanggup lagi dengan cobaan skripsi ini. Jadi ayolaaahhhh KOMEN JANC*KKK KALIAN NINGGALIN JEJAK GAK MISKIN KOK SERIUS

 Jadi ayolaaahhhh KOMEN JANC*KKK KALIAN NINGGALIN JEJAK GAK MISKIN KOK SERIUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zac, tugasmu hari ini sampai disini. Karena ada aku disini maka aku yang akan mengantar Ratu Caroline." Datar Cederix tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Deluna.

Zachary mendecih mengepalkan kedua tangannya memberikan hormat pada Deluna sebelum pergi. Deluna memandang lekat Cederix dengan penuh tanda tanya. Pria itu diam mengulurkan tangannya.

"Disini dingin. Mari kuantar ke kamar." Ucapnya diikuti Deluna dalam diam. Kesunyian memecah hening dengan alunan langkah kaki yang berirama.

Deluna hanya mampu menundukkan kepalanya hingga mereka berdua sampai dikamar tamu. Deluna memberanikan diri menatap Cederix. Masih terdiam namun tak mengalihkan pandangannya pada setiap gerak-gerik Deluna.

"Mau berbincang didalam?" Tanya Deluna diangguki Cederix.

Meja dan kursi yang telah disediakan disamping jendela besar menjadi tempat mereka saling menyelami pikiran masing-masing. Deluna merasa sangat gugup, apakah ia harus mengungkapkan identitasnya sekarang? Kalau tidak sekarang, ia tidak tahu kapan waktu yang tepat. Namun ia tidak yakin bagaimana Cederix melihatnya. Ucapan Emeralda kala itu sedikit menimbulkan riak yang membuat Deluna merasa rendah diri. Demi melindungi hidup para monster, Deluna melakukan kontrak sebagai penguasa dan penjamin hidup para monster. Resiko dari kontrak tersebut yang perlahan mengubah fisiknya membuat Deluna tidak percaya diri.

"Kenapa kau mau aku melepaskan topengku?" Tanya Deluna berbicara dengan nada non formal memecah kesunyian.

"Entahlah, apa kau merasa nyaman dengan memakai topeng itu?" Tanya Cederix membuat tangan Deluna bergetar. Alih-alih bertanya alasan dibalik ia mengenakan topeng, Cederix memilih menanyakan kenyamanan Deluna.

"Tidak, tapi lebih tidak nyaman lagi jika seseorang tahu wajahku yang menyeramkan." Tunduk Deluna dengan suara bergetar ingin menangis.

"Kepribadianku juga menyeramkan. Jadi tak apa jika kau membukanya didepanku." Ucap Cederix mengulas senyum simpul.

Deluna memberanikan diri menatap Cederix yang membuatnya tertegun. Pandangan pria itu meneduh dengan seulas senyum manis menawan. Perlahan jemari lentiknnya meraih utas tali topengnya. Menghembuskan nafas panjang sebelum memberanikan diri menatap Cederix. Cederix terdiam membeku seirama bulir airmatanya yang jatuh perlahan.

"Deluna." Ucap Cederix membuat Deluna tidak bisa lagi membendung air matanya.

Wanita itu menangis menutupi wajahnya. Isak tangis itu membuat dada Cederix sesak. Mata yang jernih seperti mutiara kini menajam seperti binatang buas. Wajah tembam yang kini menjadi tirus, namun Cederix mengenalinya. Ia lebih yakin wanita dihadapannya inilah istri yang dicintainya.

"Jangan lihat aku." Getar Deluna terisak.

Cederix berdiri dihadapan Deluna kemudian menjatuhkan dirinya tepat dihadapan perempuan itu. Bersimpuh dikedua kaki Deluna yang membuat perempuan itu tersentak.

"Aku merindukan istriku, apa aku tidak boleh memandangmu? Apa aku harus menutup wajahku seumur hidupku asal kau tetap bersamaku Deluna?" Ucap Cederix membuat Deluna menggeleng melepaskan kedua tangannya yang menutupi paras wajahnya.

"Jangan lakukan itu. Pandangi aku sepuasmu setelah itu tidak apa-apa jika kau merasa jijik." Ucap Deluna membuat Cederix merasa marah.

Meraih tengkuk Deluna dan mendaratkan kecupan dalam yang manis. Bulir air mata kembali deras melebur kesedihan diantara keduanya. Cederix tidak melepaskan Deluna begitu saja. Pria itu lantas semakin membekap erat tubuh Deluna. Mengecupi seluruh permukaan wajah Deluna dan mengelusnya dengan penuh kelembutan.

"Mengapa kau mengatakan sesuatu yang menyakitkan? Apa kau tak tahu saat kau hilang rasanya aku menggila tidak karuan Deluna. Mengapa kau tidak tahu bahwa dirimu sangat berarti Deluna. Bahkan jika tidak ada apapun didunia ini asal kau tetap bersamaku. Aku merasa telah memiliki segalanya. Saat kau hampir kehilangan nyawa, seberapa besar usahaku menentang takdir untuk menghidupkanmu kembali. Jangan pergi lagi Deluna. Cukup satu tahun ini kau menyiksaku." Ucap Cederix mencurahkan segalanya yang membuat Deluna meluruh.

"Kupikir aku perlu berusaha agar setara disampingmu. Kupikir semua akan mudah, tapi ternyata aku menggagalkan semuanya." Tangis Deluna dalam dekapan Cederix.

"Tidak, kamu berhasil istriku. Wajah cantik ini menjadi bukti kalau istriku ini begitu hebat." Lembut Cederix berbisik menenangkan Deluna.

"Tapi aku tidak secantik dulu lagi."

"Cantik. Istriku yang paling cantik. Apa kamu tidak merasa cantik? Kalau begitu aku yang akan menarik kutukan itu dan memindahkannya." Ucap Cederix membuat Deluna menggeleng.

"Shhh, sudah cukup istriku menderita. Maaf ya, lama tidak menyadarinya. Maaf tidak menjemputmu dengan cepat dan merasakan penderitaan yang lama." Ucap Cederix membuat Deluna meluruh.

Seharusnya Deluna yang meminta maaf, dia yang meninggalkan Cederix. Namun pria itu dengan mudahnya menjatuhkan egonya dan meminta maaf. Betapa besar cinta Cederix yang tak pantas bagi Deluna untuk meragukannya. Cederix telah menepati semua janjinya. Cederix hanya meminta agar tetap disinya tanpa meminta imbalan apapun. Cederix yang berusaha mati-matian untuk apa yang ia butuhkan.

"I love you Cederix." Lirih Deluna yang masih terdengar ditelinga Cederix.

"I love you more my wife." Balas Cederix membuat Deluna terkejut.

"Kau-kau tahu artinya?" Tanya Deluna dengan wajah bersemu malu. Pria itu terkekeh gemas melihat pantulan mata Deluna seperti kucing yang lucu.

"Ya, aku sangat ingin tahu segalanya tentangmu. Hingga aku tidak sabar mengobati rasa haus rinduku dengan meminta naga hitam milikmu untuk mengajari bahasamu. Selama kalian sibuk pemulihan wilayah ini, aku malah pergi ke Kerajaanmu meminjam semua kamus dan mempelajarinya. Maaf." Ucap Cederix membuat Deluna menggeleng tak percaya. Semua kamus yang dimiliki Deluna teramat banyak. Berbagai bahasa campuran bisa dikuasai Cederix dengan mudah dan hanya perlu satu minggu.

"Oh, dan kata semacam anj*ng, bangs*t, Janc*k, pant*k, pukim*k, as*. Jika keluar dari bibirmu, maka aku akan menghukummu. Kau tahu saat aku mengetahui artinya, aku tak bisa berhenti syok mendengarnya." Ucap Cederix menatap garang Deluna.

Perempuan itu perlahan terkekeh karena Cederix menyebutkan kata-kata itu tanpa sensor dengan lancar. Cederix bernafas lega melihat wajah itu kembali berseri. Memeluk dengan erat seakan takut miliknya akan lari atau dicuri.

"Sudah malam, ayo kau harus tidur. Matamu pasti sangat perih." Ucap Cederix dengan lembut membaringkan Deluna dan duduk disampingnya.

"Eum, kau akan pergi?" Cicit Deluna meraih ujung kemeja pria itu.

"Apa aku boleh tidur disini?" Tanya Cederix dengan raut wajah bahagianya.

Tak disangka, Deluna merentangkan kedua tangannya yang membuat gemuruh jantung Cederix tak karuan. Mengapa sangat menggemaskan?! Bergegas memeluk tubuh ramping yang sangat ia rindukan. Menciumnya sepanjang malam tanpa sedikitpun melepaskan pelukannya. Ia takut jika ini hanyalah mimpi. Setelah ini, ia harus mencari cara melepas kontrak dan menyingkirkan sosok menjijikan yang meniru Deluna dengan berani. Memilih hukuman apa yang cocok sembari membayangkan apa saja cara membahagiakan Deluna. Menghirup rakus aroma tubuh yang menenangkannya hingga perlahan membuatnya terlelap dengan damai.

TAMAT

Tapi boonggg -_- 😋kalo endingnya gue matiin ni mereka berdua keknya seru

Selir DelunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang