Rasa Iri Mada

203 38 17
                                    

Dimohon untuk pembacaku yang cantik-cantik untuk muncul dan beri komen+vote ^^

Dimohon untuk pembacaku yang cantik-cantik untuk muncul dan beri komen+vote ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo hari ini kasih bekal apa ke Kak Arsen?"

"Puding jagung. Dia kan suka jagung."

Arsenio Barra adalah definisi kesempurnaan bagi semua orang yang mengenalnya. Hidup di lingkungan dengan keluarga cemara dengan harta yang tak akan habis 7 turunan adalah dambaan semua insan. Dan kedua hal itu dimiliki oleh Arsenio. Memiliki kedua orang tua yang memanjakan dan 2 kakak yang selalu ada untuknya adalah kebahagiaan yang sempurna.

Mada mengetahui tentang cowok itu. Tak ada yang menyadari bahwa Mada beberapa kali memerhatikan Arsenio dan Dafin.

"Enak banget jadi mereka."

Mada tersenyum kecut saat menatap dua siswi yang tengah asyik membicarakan bekal untuk Arsenio. Satu tangannya mengusap perutnya yang sejak tadi malam keroncongan.

'Bunda, laper.'

Mada mengeluh dalam hati. Ibu dan kakak tirinya sama sekali tak memberinya makan. Uang yang sengaja ia sisihkan diambil paksa oleh mereka. Cowok itu tak punya sepersen uang pun untuk membeli makanan di kantin.

'Laper banget.'

Mada meringis pelan sembari menekan perutnya saat rasa sakit menghujam. Sepertinya maag yang ia derita kambuh. Bahkan saking fokusnya pada rasa sakit, ia tak menyadari ada seseorang yang menatapnya khawatir.

"Hei, lo kenapa?"

Baru saat suara itu mengudara, Mada mendongak. Ternyata orang yang sejak tadi menjadi sumber rasa irinya kini berdiri di hadapannya dengan raut wajah khawatir.

"Nggak apa-apa. Bukan urusan lo."

Mada berniat ingin melangkah pergi, namun perutnya kembali semakin melilit. Rasanya sakit sekali sampai cowok itu jatuh tersungkur.

"Sini gue anter ke UKS."

"Gue bisa sendiri--"

"Gue cuman mau bantu sebagai sesama manusia."

Arsenio mendebat. Menurutnya Mada terlalu keras kepala. Padahal dilihat sekilas saja orang akan tahu Mada sedang kesakitan. Cowok pemilik lip border di bibirnya itu memaksa Mada untuk naik ke atas punggungnya.

Beberapa pasang mata memandang mereka. Hal itu tak menyurutkan langkah Arsenio menuju UKS. Apalagi saat merasakan tubuh dalam gendongannya semakin lemas.

"Dokter, tolong dia. Kayaknya dia kena maag."

Arsenio membaringkan tubuh lemas Mada ke aras ranjang UKS. Cukup khawatir melihat Mada yang telah sepenuhnya memejamkan mata.

"Sebentar. Saya periksa dulu, Sen."

Dokter UKS berhijab itu segera memeriksa Mada, mulai dari memeriksa perut dengan melihat, mendengar, dan mengetuk bagian perut di mana nyeri itu berada.

FORGET ME NOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang