HAND

336 14 0
                                    

Fourth itu mahasiswa sibuk. Sibuk mencoba mengejar cumlaude dan juga sibuk karena urusan organisasinya.

Fourth juga masuk ke dalam klub debat yang tidak ia sangka justru sangat aktif setiap minggunya dalam mengikuti lomba dan beberapa event.

Ya, walaupun begitu, Fourth sendiri kan jadi viral karena masuk dalam jajaran anggota BEM inti dan lagi, Fourth itu termasuk anak debat yang aktifnya menyaingi anak-anak band kampus hingga sering Fourth mendapati banyak makanan ringan di dalam loker penyimpanan miliknya dengan beberapa memo kecil.

Mungkin hanya itu yang bisa Fourth banggakan semasa hidupnya di kampus ini. Lagipula, Fourth juga terkenal akan kebaikan hatinya yang selalu menambah nilai plus di hati setiap orang. Oh, menantu idaman lah inti dari seluruh penjabaran di atas tadi.

"Fourth!"

Fourth segera menghilangkan senyum cerahnya mendapati Phuwin yang berlari tunggang langgang mendekatinya.

"Gawat!" Phuwin menggoyangkan kedua pundak Fourth maju-mundur.

Fourth mendecak dan melepaskan cengkraman Phuwin di kedua pundaknya, "Apanya yang gawat?"

Phuwin kali ini menggigiti kuku jempolnya. Ia lalu mendudukkan diri tepat di seberang Fourth.

"Aku tidak bisa menejelaskannya. Kalau mau tahu, kau harus datang ke ruangan BEM sekarang juga."

Lagi-lagi Fourth mendecak. Tangannya yang tengah menggenggam biskuit kesukaannya kini ia lahap dengan segera.

Temannya ini kadang tidak pernah tahu waktu. Selalu saja setiap Fourth sedang beristirahat dan mencari tempat untuk refreshing dari kesibukannya, temannya ini pasti muncul dan merusak semuanya.

"Aku tidak minat." tolak Fourth yang kini beranjak dari duduknya. Tangannya meraih tas gendongnya asal dan segera berjalan cepat meninggalkan Phuwin.

Sayangnya Phuwin tidak pernah kenal akan kata menyerah, belum lagi ia juga sama gesitnya seperti seorang pahlawan.

Karena itu, kini tanpa meminta persetujuan Fourth, Phuwin langsung saja menarik lengan Fourth tanpa menghiraukan Fourth yang sudah memakinya sejak awal.

➖🪥🌻〰️

Fourth mana mau menjadi ketua BEM. Yang ada, semua anggotanya akan segera resign dan kapok pernah melamar menjadi bawahan Fourth.

Iya. Karena Fourth itu definisi dari perfeksionis yang overload ketika itu menyangkut dengan pekerjaan.

Fourth itu tipe orang yang tidak akan menyerahkan apa yang ia miliki jika itu bukan sesuatu hal yang memang seharusnya dapat dibagi.

Egois? Terserah.

Dan ajaibnya, tidak satu pun mahasiswa di kampusnya yang mengetahui tentang ini selain teman-teman seorganisasinya dan teman di klub debat.

"Fot.."

"Apa?"

Nah, jadi inilah yang benar-benar Fourth inginkan. Memutilasi setiap inchi dari tubuh seorang Phuwin Tangsakyuen dan melemparkannya ke sarang buaya di kebun binatang sana.

Phuwin sendiri nyengir bodoh sesaat setelah berhasil membawa Fourth ke dalam ruang BEM dan mendudukkannya dengan tenang. Tanpa ada sambung rasa segera keluar dari dalam ruangan itu entah ke mana.

"Fot kau masih marah padaku?"

Fourth mendecih. Tangannya lalu meraih cup es jeruk di atas meja. Menyeruput dengan kencang hingga terdengar suara tarikan.

"Kalau kau jadi aku, kuharap kau mengerti apa arti dari mengasah pisau dapur setiap harinya."

Laki-laki di hadapan Fourth hanya menatap balik Fourth yang kini sibuk memutar-mutar sedotan pada cup yang tadi sempat ia beli.

Biarkan saja, lagipula dia juga hafal kalau Fourth itu sangat mencintai es jeruk bekas jilatannya sekalipun. Fourth itu fans nomor satu es jeruk.

"Fot, aku benar-benar minta maaf soal itu. Kau tahu kan, aku tidak bermaksud—"

"Iya, aku mengerti. Kau ingin ku maafkan? Ya sudah, jauh-jauh dari hadapanku sana." Fourth memotong perkataan laki-laki di hadapannya. Tangannya dengan kasar menaruh cup yang sudah kosong di atas meja hingga terdengar bunyi tak! yang cukup kencang.

"Fot—"

"Jangan pegang tanganku, Gem." Fourth menyulut dan menarik tangannya menjauh dari atas meja.

Iya, Fourth itu benar-benar anti kalau di pegang Gemini. Apalagi untuk saat ini.

Alasan?

Sudah jelas sekali.

Karena Fourth merasakannya terus-menerus setiap tubuhnya terkena sentuhan dari laki-laki di hadapannya ini. Rasa yang selalu sama. Rasa yang belum juga berubah meski keadaan sudah berubah seirang berjalannya waktu.

Rasa seperti tersengat listrik dan banyak kupu-kupu berebut untuk terbang lebih dulu hingga memacu detak jantungnya berdebar-debar.

"Kenapa memangnya, Fot?"

Pemuda yang lebih tinggi beberapa sentimeter dari Fourth itu menunjukkan raut bingung mendapati tangannya di tolak begitu saja oleh lawan.

"Jangan menyentuhku pokoknya." Fourth sekali lagi memperingati membuat Gemini mendengus dan memundurkan tubuhnya hingga bersandar pada kursi.

"Memangnya kenapa sih?" Gemini bertanya sedikit frustasi.

Fourth yang sejak awal tidak pernah menatap langsung Gemini kini beranjak dari duduknya. Memilih melakukan eye contact dengan Gemini. Satu tarikan napas panjang—

"Jangan sentuh aku. Aku takut tidak bisa move on darimu."

Brukkk!!!

Ini bukan suara Gemini yang terjungkal dari kursinya.

Bukan juga suara tumpukan dokumen yang tercecer.

Karena ini benar-benar suara dari mereka yang berdiri di luar ruangan yang entah terjungkal atau terjatuh hingga berhasil mendobrak pintu ruangan yang sebelumnya tertutup meski tidak rapat-rapat amat.

Eh, memangnya Fourth salah omong ya?

Bersambung.

Some - GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang