EYES

179 11 0
                                    

Gemini itu visual on top. Jangankan menyentuh, melihat ujung hidung Gemini saja sudah pasti semua orang akan beranggapan sama, tampan.

Belum lagi Gemini itu salah satu mahasiswa jurusan manajemen bisnis yang digadang-gadangkan akan lulus dengan nilai terbaik dan segera menduduki jabatan sebagai CEO salah satu perusahaan clothingan terbesar di Thailand. Karena itu, kurang beruntung apalagi hidup Gemini itu. Kelewat sempurna lah pokoknya.

"Kau pulang jam berapa?"

Gemini menoleh ke samping dan tersenyum. Menyerahkan teh botol kemasan pada Satang yang baru saja tiba.

"Aku ada kelas malam hari ini. Kau minta jemput Kak Winny saja ya."

Satang mendecih lalu menendangkan kakinya dengan asal, "Aku tidak suka Winny. Dia itu terlalu blak-blakan mendekatiku."

Gemini tertawa menanggapi omongan Satang barusan. Satang sendiri hanya berdiam diri mematung di tempat mendapati laki-laki di sampingnya ini tertawa hingga matanya tak terlihat.

Gemini itu jarang senyum atau pun tertawa. Padahal kalau Gemini tertawa, wajahnya itu benar-benar tampan kuadrat.

"Jangan jahat seperti itu padanya. Dia kan melakukannya karena—"

Gemini menghentikan langkahnya begitu pun dengan ucapannya. Satang sendiri baru sadar ketika awalnya ia ingin merangkul lengan Gemini tapi justru udara hampa yang menyambutnya.

Satang lalu memutar tubuhnya ingin meneriaki Gemini yang sudah membuatnya malu karena menggapai-gapai sesuatu yang jelas-jelas tidak ada di sampingnya ketika mulutnya kembali ia bungkam.

"Sudah kan?"

"Thanks Fourth. Nah sekarang sudah impaskan. Aku mencium Lego dan kau mencium Fourth. Ayo pulang, Kak Est."

"Sudah jelas suka, sok-sokan menolak. Membuatku ikut sakit hati saja." Satang bergumam dan setelahnya memilih meninggalkan Gemini yang masih mematung di tempat. Entahlah, Satang sedang kesal.

➖🪥🌻〰️

Fourth baru saja kembali dari toilet. Tangannya yang masih setengah basah ia kibaskan di udara. Untung saja Dosennya kali ini pengertian. Bisa-bisa Fourth mengompol di dalam kelas tadi.

Fourth lalu memutar knop pintu dan berjalan memasuki kelas.

"Eh!" Fourth reflek berteriak kaget mendapati ruang kelas kosong. Ia lalu mendecak, pasti salah masuk tadi.

Baru Fourth membalikkan badannya, ia terjengat kaget hingga mundur ke belakang selangkah.

"Fot!"

Fourth mematung di tempat. Matanya sama sekali tidak mencoba berkedip saat kedua matanya bersitatap dengan mata milik lawan. Tidak tahu saja yang sedang dirinya tatap sebenarnya sedang menatap Fourth dengan tatapan membunuh.

"Tunggu sebentar." Fourth akhirnya melepas kontak matanya. Ia lalu memegangi dadanya dan mengalihkan wajahnya mencoba mencari penglihatan yang lain.

Yang tadi mengagetkan Fourth kini mengerutkan dahinya, "Fot! Aku ini sedang ingin marah pa—"

"Iya, iya Gemini yang terhormat. Tunggu sebentar." Fourth kembali memotong ucapan Gemini seperti beberapa hari yang lalu.

Gemini, yang awalnya sudah bersiap marah perihal kejadian Fourth dengan Est tadi jadi tidak tega melihat Fourth memegangi dadanya yang terlihat naik-turun tidak biasa.

"Fot, kau baik-baik saja? Mana yang sakit?" Gemini maju selangkah mencoba menyentuh Fourth.

Tapi lagi-lagi Fourth justru menghindarinya dan berjalan mundur. Wajahnya yang sejak tadi menghadap ke samping kini menatap Gemini kembali dengan wajah cemberut yang sungguh, kalau Gemini tidak menahan hasratnya, Fourth sudah kenapa-napa.

"Hei, Gemini. Jangan menatapku seperti tadi. Kau membuat jantungku berdebar-debar. Aku kan tidak bisa melupakanmu jadinya."

Gemini? Kau dengar ucapan Fourth barusan?

Bersambung.

Some - GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang