Winny itu satu dari sekian banyak orang yang tidak pernah kenal dengan kata menyerah. Sebelas dua belas dengan Fourth lah pokoknya. Karena itu, Winny sendiri mendeklarasikan kedekatannya dengan adik tingkatnya itu benar-benar seperti seorang kembaran.
Winny bahkan masih ingat saat Fourth yang mendatanginya dan memaksanya untuk ikut berkeliling daerah Yaowarat karena Fourth yang sedang sedih setengah mati.
Yang jadi masalah, kenapa Winny tidak pernah bisa lupa, karena waktu itu Fourth memaksanya untuk menggunakan stelan sweater dan training berwarna merah muda seperti yang dikenakan Fourth. Dan Fourth terus saja memaksanya untuk mengelilingi setiap toko yang buka di daerah Yaowarat sana. Benar-benar memalukan.
Lain hal lagi jika disangkut pautkan dengan masalah hati.
Iya! Winny itu pantang menyerah. Bahkan, Winny sudah dengan blak-blakan terus mencoba menarik perhatian adik tingkatnya yang memiliki bibir seksi itu. Belum lagi warna rambutnya yang sekarang menjadi agak kecokelatan. Nah, tipenya Winny sekali.
Seperti sekarang ini. Winny sudah tersenyum kelewat lebar hingga jajaran giginya terlihat seperti tegel berjajar.
"Sayang!"
Yang dipanggil segera menoleh dan bergidik ngeri. Kelewat hafal dengan si Winny, laki-laki tidak jelas yang selalu membuat jantungnya tidak karuan karena takut melihat wajah mesum dari orang tersebut.
Memang wajah Winny terlihat mesum?
Oh! Bagi Satang bagaimana pun bentukannya, Winny itu terlihat mesum.
"Satang! Kenapa meninggalkanku."
Nah, bulu kuduk Satang segera berdiri merasakan lengannya disentuh Winny.
"Padahal aku khusus menunggumu hari ini. Ayo ke kantin, kau pasti lapar." Winny merangkul tubuh Satang dan memaksanya untuk ikut.
Satang? Inginnya sih menolak. Tapi dia tidak mungkin melakukannya kan? Apalagi sekarang banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya.
"Winny, tidak bisa ya kau menjauh dariku?" Satang berbisik di tengah perjalanan.
"Tentu saja, tidak bisa sayang. Aku sudah terikat denganmu. Hatiku hanya untukmu."
Ya Tuhan, Satang membatin. Kalau orang lain yang dengar mungkin akan pingsan atau terkena gejala malu-malu. Tapi ini Satang! Laki-laki manis yang benar-benar anti dengan laki-laki alien di sampingnya ini.
"Gemini!"
Itu teriakan Satang barusan. Winny yang awalnya masih merangkul Satang auto terlepas dengan sendirinya.
Satang? Jangan ditanya. Dia sudah berlari memeluk Gemini yang diam mematung di tempat.
"Kau, bantu aku." Satang berbisik disela kegiatannya.
Gemini sendiri hanya diam pasrah menatap Winny dengan datar menunggu Satang melepas pelukannya.
Bukannya dilepas, Winny dan Gemini sama-sama kagetnya ketika bibir Satang mendarat di atas bibir Gemini. Kontan Gemini mendorong Satang.
"Apa yang kau lakukan?" Gemini bertanya.
"Membuat Winny menjauh dariku."
Gemini memejamkan matanya sekilas sebelum berbicara, "Kak Satang kau gila atau bagaimana? Aku teman Kak Winny. Dan kami sangat dekat. Aku tidak mau menusuk temanku dari belakang. Sekarang, jelaskan yang sesungguhnya pada Kak Winny apa yang baru saja kau lakukan padaku, dan jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi."
Dan Satang harus menelan kepahitan ketika Gemini berjalan menjauhinya digantikan oleh Winny yang kini berdiri di hadapannya.
Winny senang? Tidak.
Dibandingkan dengan segala hal, Winny itu boyfriend material sekali. Lihat, sekarang Winny sudah memeluk Satang yang menangis di dadanya.
"Sudah-sudah. Kalau kau menangis begini, aku juga ikut sedih." gumam Winny. Ia lalu memundurkan tubuhnya mencoba menarik perhatian Satang.
Cup
Satu kecupan dicuri oleh Winny membuat Satang berhenti menangis dan segera melebarkan matanya,
"Sumpah Winny! Aku benar-benar akan menguburmu jika kau melakukan hal seperti ini lagi!"
Winny segera tertawa dan berlari menghindari kejaran Satang.
Kalau dengan cara seperti ini bisa membuat Satang melupakan sejenak tentang Gemini, Winny rela kok jika harus dipukuli hingga babak belur.
➖🪥🌻〰️
Kalau Gemini sudah kalang-kabut, siapa pun pasti tidak Gemini hiraukan, sekalipun mereka jatuh tersungkur karena tidak sengaja tersenggol Gemini yang berlarian menembus lorong gedung kampus.
Seperti sekarang ini. Gemini kesal sekali karena lift yang tak kunjung terbuka. Pada akhirnya, dia memilih menuruni anak tangga dari lantai lima hingga lantai dasar. Sebelum lanjut berlari keluar dari gedung fakultas menuju kantin.
Tidak menghabiskan waktu lama ketika kedua mata menemukan objek yang dicari, ia mendecak kesenangan. Gemini buru-buru mendekat.
"Oh! Hai Gem—"
Phuwin yang tengah duduk di pangkuan Pond kini menggelinding jatuh ke lantai. Mulutnya bahkan tidak bisa menyelesaikan kata-kata sapaannya tadi.
Kekasihnya? Jangan ditanya. Pond sama kagetnya sampai-sampai tidak sadar kalau Phuwin sudah tidak di atas pangkuannya.
"Gemmph—"
Gemini tidak juga menyudahi ciumannya memilih melumat bibir korbannya, mengeksplor lebih lanjut. Masa bodoh dengan mahasiswa yang menonton, terserah mereka mau berkata apa.
Fourth segera memukuli dada Gemini ketika hidungnya sudah tidak dapat meraup oksigen dengan benar. Gemini dan Fourth ngos-ngosan setelah tautan di antara keduanya terlepas.
Joong yang terlebih dahulu menepukkan kedua tangannya, bahkan Dunk yang terkenal kalem mengikuti pergerakan Joong.
Marc yang duduk di samping Pond sampai-sampai harus menutupi mulut Poon yang sudah terbuka tak tertutup semenjak awal ciuman Gemini.
Sepertinya berita mading minggu ini akan menampilkan Gemini dan Fourth yang akhirnya balikan.
➖🪥🌻〰️
Fourth mana mungkin menyia-nyiakan makanan di hadapannya. Kata Ibu, rezeki itu tidak boleh ditolak. Apalagi kalau makanannya seperti cokelat, biskuit, dan permen. Gempa pun Fourth tidak peduli.
"Kalian balikan?" Phuwin yang sempat didorong kasar oleh Gemini demi meraih Fourth yang berada di tengah meja bertanya. Memilih mendudukkan diri di samping Pond memaksa Marc untuk bergeser sehingga dirinya bisa duduk dengan nyaman.
"Aku saja kaget ketika dia menciumku." Fourth membalas. Gemini yang kini duduk di antara Fourth dan Dunk hanya diam menyimak.
"Kau sendiri tidak menolakku." Gemini akhirnya angkat bicara.
Dan tepat setelah itu, Fourth mengangkat traynya yang masih berisi setengah makan siangnya. Ia lalu berpindah duduk di samping Poon.
"Fourth, kenapa pakai kursiku?" Bonnie yang baru saja kembali dari toilet protes ketika Fourth sudah duduk dengan tenang di samping Poon mengambil kursi miliknya.
Matanya sama sekali tidak lepas untuk menatap Gemini yang sejak awal kebingungan karena Fourth yang tiba-tiba pindah dari sampingnya.
Baru Gemini ingin bertanya, Fourth sudah kembali berbicara dengan suara yang lebih pelan, "Kalau duduk di samping Gemini aku jadi ingat ciuman barusan. Jantungku berdetak sangat kencang. Aku kan jadi lupa kalau sedang move on darinya." Menjelaskan.
Kali ini tidak ada yang jatuh lagi seperti saat di ruang BEM. Hanya saja, semua yang di sana secara bersamaan beranjak dari kursi masing-masing kemudian berjalan meninggalkan Fourth dan Gemini berdua saja di meja itu.
"Kapan sih Fourth itu waras." Phuwin mengumpat di antara langkahnya.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Some - GeminiFourth
Short StoryGemini itu satu hal yang harus dihindari Fourth untuk sekarang ini. Tapi Gemini saja yang tidak mengindahkan omongan Fourth yang kelewat blak-blakan. ➖Dimulai : 20241006 ➖Berakhir : 20241006 Boy x Boy ©pipieeww_