Sepertinya hari ini matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Udara yang sejuk membuat segalanya menjadi terasa lebih mudah. Burung-burung juga sibuk bertengger di dahan pohon yang rindang. Meski udara sejuk, namun teriknya matahari membuat siapapun merasa latihan hari ini menjadi cukup berat.Tidak membutuhkan waktu lama, orang-orang segera berteduh begitu pelatih menginstruksikan untuk istirahat. Waktu yang diberikan hanya selama 15 menit. Selanjutnya, mereka harus kembali fokus untuk mengendalikan mana dan melakukan serangan pada target yang telah ditentukan.
Dengan menggunakan elemen angin, banyak yang bisa dibuat. Leticia sangat menyukainya karena dengan begitu, dadanya tidak terlalu merasa berat.
Setelah sebuah tanda muncul di dahinya, ia merasa seperti mengalami lonjakan mana dalam dirinya. Terkadang ia sulit tidur di malam hari. Ia juga merasa kurang nyaman di beberapa bagian tubuhnya.
Di tempat ini, Leticia tak memiliki teman. Bahkan anak-anak yang lebih miskin darinyapun enggan berbicara dengannya. Di masa ini, bukan hanya anak bangsawan yang memiliki bakat sihir. Ini karena dulunya para orang tua bermain dengan para rakyat jelata hingga melahirkan seorang anak. Siapa sangka anak ini mewarisi bakat itu. Dulunya hal itu dilarang. Karena pihak kuil beranggapan bahwa dengan masuknya rakyat biasa ini ke kuil sebagai penyihir, maka keturunan yang akan dihasilkan adalah keturunan darah rendahan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka tidak lagi memberlakukan larangan itu.
Ini karena jumlah penyihir elemen angin semakin sedikit.
Kuil sempat melakukan ritual besar-besaran. Mereka mengadakan persembahan hasil bumi sebanyak-banyaknya untuk Dewi Angin. Mereka pikir, menurunnya jumlah penyihir elemen angin diakibatkan oleh Dewi Angin yang marah dan enggan melindungi mereka.
Meski begitu, tak banyak hal berubah. Keberadaan penyihir elemen angin semakin berkurang. Dan puncaknya, tahun lalu, Suku Ventus tak mengirimkan seorang pun penyihir elemen angin untuk menjadi anggota pasukan pembasmian.
Leticia melihat ke arah anak-anak yang mulai berdiri dan berjalan ke arah tengah lapangan. Tak terasa istirahat singkat itu telah usai. Ia pun segera berdiri dan bergabung dengan anak lainnya.
Di tempat lain.
"Menurutmu, apakah tahun ini akan ada yang masuk kualifikasi?" tanya Loki.
"Tidak tahu."
"Menurutku mungkin keberadaan kita di sini hanya akan buang-buang waktu."
Loki cukup malas sebenarnya menghabiskan waktu 2 bulan di kuil angin tanpa melakukan apa-apa. Sihir Api birunya juga tak bisa ia gunakan sesuka hati. Api dan angin adalah dua elemen yang cocok. Jika digabungkan, sebuah tornado dengan lidah api meliuk-liuk bisa saja terbentuk. Tapi jiwa bebasnya harus dikekang di kuil ini. Sungguh melelahkan.
"Menurutku mungkin saja ada."
Heros menatap ke arah luar kuil. Di lantai 3 ini ia bisa melihat para pelayan kuil itu sedang berlatih. Meski bakat mereka bisa dibilang memprihatinkan, tapi dari semua anak muda itu, pasti ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leticia : Breeze Of The Sorelia
FantasyLeticia tidak menyangka ia akan mengingat sesuatu yang terasa tidak nyata. Itu adalah kehidupan masa lalunya yang diperlihatkan oleh sang Dewi. Dengan berbekal bakat sihirnya yang luar biasa, ia berharap bisa keluar dari kuil suci Dewi Angin guna me...