Leticia tidak menyangka ia akan mengingat sesuatu yang terasa tidak nyata. Itu adalah kehidupan masa lalunya yang diperlihatkan oleh sang Dewi. Dengan berbekal bakat sihirnya yang luar biasa, ia berharap bisa keluar dari kuil suci Dewi Angin guna me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pepohonan yang rindang tertiup angin. Udara yang bersih dan burung-burung yang berkicau membuat perasaan lega. Sedikit lagi, semua ini mungkin akan tergantikan dengan aroma darah busuk para monster dan aura pekat menyesakkan dari makhluk dunia bawah. Ia tahu hal itu akan membuat segala hal yang ia rasakan di sini terasa amat sangat dirindukan. Tapi seolah semua itu tidak ada artinya. Tidak masalah. Lengkingan makhluk dunia bawah dan teriakan monster akan lebih menyenangkan daripada orang-orang munafik yang hidup dalam kepalsuan. Ayahnya, ibunya, dan orang-orang yang tersenyum tanpa belas kasih. Orang-orang itu tidak berharga.
Kira-kira, orang seperti apa Heros itu? Karena kemarin mereka bertemu dengan cara yang tidak mengenakkan, Leticia pikirkan Heros adalah orang yang sulit. Namun orang itu tidak menunjukkan sesuatu yang berlawanan dengan perasaannya. Heros sepertinya adalah orang yang jujur dan keras. Semakin membuat Leticia ingin meninggalkan tempat ini. Ia penasaran, dunia seperti apa yang Heros jajaki.
Lelaki itu mengatakan sesuatu yang membuat Leticia terus memikirkannya. Ia berkata bahwa Leticia harus meninggalkan tempat ini untuk memperoleh maafnya. Jika begitu, ia tidak akan menolaknya.
Di luar tembok besar kuil, ada perkampungan yang cukup rapih dan tertata. Rumah-rumah berbahan kayu dan jerami sangat mendominasi. Mereka punya perapian yang tinggi untuk menghangatkan diri ketika musim dingin tiba. Leticia ingin melihatnya lagi. Ia ingin memastikan apakah mereka masih sama, seperti 5 tahun yang lalu.
Selain itu, sungai yang ia lewati bersama ayahnya ketika masuk ke desa yang terletak di depan kuil, airnya sangat jernih. Konon, sungai itu sangat panjang. Berasal dari wilayah suku Air, Lemhir. Air jernihnya tidak putus akibat berkah Dewa Air.
Ia ingin mandi di sana sebelum pergi ke tempat yang jauh.
***
Rona menjerit kesal dalam hati. Rencananya gagal total. Seharusnya Leticia dihukum berat. Dan seharusnya ia tak boleh ikut ujian. Tapi bisa-bisanya gadis miskin itu masih bisa mengikuti ujian dengan tenang.
Ia mencuri buku itu bukan untuk melihat ini semua. Apa orang suruhannya tidak berhasil membuat Leticia masuk ke dalam kamar itu? Ia dengar memang pengadilannya tertutup, makanya ia tak mempermasalahkan meski tak ada yang menyinggung soal Leticia. Tapi bukankah ini berarti Leticia tak dihukum?
Rona melihat ke arah Erii. Gadis itu mengendikkan bahunya. Ia juga tak tahu.
"Bodoh sekali, orang yang kau suruh benar-benar paham atau tidak?" tanya Rona, sepelan mungkin.
"Tentu. Dia pasti paham. Aku juga sudah memberinya koin perak." Jika gagal, ia rugi.
"Nyatanya Leticia di sini. Tidak dihukum."
"Ro, memangnya hukumannya seperti apa?" tanya Erii.
"Mereka dihukum cambuk, dan diskors selama sebulan."
Erii mengernyit. Mengerikan juga. Bagaimana caranya Leticia lolos dari hukuman itu? Apa dia menggoda Heros supaya mengampuninya? Bisa saja dia tidur dengan Heros supaya lolos dari hukuman.