Leticia tidak menyangka ia akan mengingat sesuatu yang terasa tidak nyata. Itu adalah kehidupan masa lalunya yang diperlihatkan oleh sang Dewi. Dengan berbekal bakat sihirnya yang luar biasa, ia berharap bisa keluar dari kuil suci Dewi Angin guna me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan hanya marah, Rona juga menjambak rambutnya Leticia. Sesuatu yang tak kalah Rona benci. Ia kemudian keluar dari kamar Leticia, menyisakan Leticia yang menghela napas melihat kepergian Rona. Tatapan matanya terlihat tidak terlalu peduli. Wajahnya merh dan bengkak. Tapi ini tidak masalah. Dua bulan lagi ujian akhir tahun, dan ia akan memastikan dirinya lolos. Keluar dari kuil ini sudah seperti sebuah cita-cita baginya.
Jika ada yang lebih membuatnya muak selain ayahnya adalah, kuil ini.
Leticia berjalan ke arah jendela. Udara dingin yang masuk ke dalam kamarnya seperti sebuah selimut tak kasat mata. Dirinya merasa dilingkupi. Itu melegakan. Setidaknya Dewi Angin berpihak padanya.
Tapi, sekali lagi... tanda apa yang ada di dahinya? Bukankah ini cukup aneh karena tak ada yang melihatnya? Rona tak melihatnya, Leticia yakin akan hal itu. Lalu, tanda ini muncul setelah ia bermimpi tentang kehidupannya yang lalu.
Ini mungkin saja sebuah petunjuk. Ia bisa mendapatkan sesuatu di perpustakaan. Akan tetapi ruangan itu terlarang untuk sembarang orang. Ruangan itu tidak boleh dimasuki oleh dirinya yang hanya pelayan kuil.
***
Matahari bersinar cukup terik. Pepohonan yang ada di sekitar kuil adalah tempat paling bagus untuk istirahat. Karena semilir angin membuat udara tetap sejuk, Leticia tidak akan melewatkannya.
Daripada merasa tersiksa dengan pelatihan kuil, ia lebih merasa tersiksa dengan keberadaan orang-orang seperti Rona. Saat mereka tengah melakukan pelatihan seperti tadi, Lanmor dan Rona tak berhenti mengganggunya. Mereka adalah dua orang yang sangat serasi. Lanmor menyukai Rona, dan Leticia tahu akan hal itu. Lanmor tak mengatakannya karena Rona pernah berkata ia tak akan menikahi siapapun yang berada di kuil ini. Padahal, pihak kuil pasti akan menyetujui hal ini.
Secara fisik Lanmor punya kekuatan yang bisa dianggap lumayan. Hanya saja bakar sihirnya tak begitu menonjol. Sulit menemukan anak dengan bakat sihir angin yang melimpah di masa sekarang ini. Tapi meski begitu, itu sudah cukup untuk membuat paha dan lengan Leticia memar. Lanmor menendang dan memukulnya tadi. Nyerinya bisa ia tahan, tapi tetap saja kulitnya membiru pada akhirnya.
Kapan ia bisa meninggalkan kuil ini? Sembari membayangkan betapa luasnya dunia luar, Leticia tertidur di bawah pohon yang rindang.
Ia melewatkan kedatangan rombongan tamu dari pusat kota kerajaan Sorelia.
***
"Selama 2 bulan, kami akan tinggal di sini dan mengawasi pelatihan hingga hari ujian tiba."
"Sungguh suatu kehormatan bagi Penduduk Suku Ventus, Tuan."
Seorang pria dengan rambut sepanjang bahu terlihat menatap pimpinan kuil dengan kedua mata tegasnya. Agak runcing seperti mata seekor binatang buas. Dari auranya, seharusnya orang-orang dapat mengenalinya sebagai pemilik sihir api.