"Astaga tuhan! Danel, kamu lagi bercanda kan?" Tanya Jennie berharap laki-laki itu cepat sadar.
Jantungnya berdegup dengan kencang, keringat dingin mulai bercucuran, rasa takut menguasai dirinya saat ini. Melihat seseorang tidak sadarkan diri dihadapannya merupakan pengalaman pertama bagi Jennie, ditambah ia tidak tau harus bertanya atau meminta tolong pada siapa karena Danel benar-benar tinggal sendirian disana.
"Danel !!!!!!" Panggil Jennie tidak menyerah, Jennie mulai menegapkan tubuh Danel dikursi roda sambil terus menepuk-nepuk pipinya kembali.
Puji tuhan, dengan perlahan mata Danel mulai terbuka "Jen..".
Jennie langsung menangis tersedu-sedu, ia merasa begitu lega melihat Danel telah sadarkan diri.
"Kamu membuatku takut!!" Teriak Jennie yang langsung memeluk Danel erat sambil terus menangis.
Danel ikut memeluknya sambil mengusap kepala gadis itu dengan lembut, air mata ikut menetes dipipinya setelah melihat Jennie yang menangis tersedu-sedu. Danel merasa begitu bersalah telah membuat Jennie ketakutan seperti ini dihari pertama mereka berpacaran.
"Maafkan aku" ucap Danel lemah.
"Sudahlah, yang penting kamu baik-baik saja. Sekarang kita kerumah sakit ya, kamu harus minum obat".
Danel menggeleng dengan lemah, ujung jarinya menunjuk sebuah obat yang tergeletak diatas meja disamping ranjangnya "aku sudah pergi ke rumah sakit".
"Baiklah, sekarang aku bantu kamu pindah ke ranjang dulu ya" ucap Jennie sambil mendorong Danel kesisi ranjang.
Setelah berada disisi ranjang, Danel langsung bersiap-siap memasang posisi untuk pindah, namun Jennie dengan cepat menahannya dan langsung melingkarkan tangannya ditubuh Danel.
Jennie sadar kondisi kekasihnya saat ini sangat lemah, dia pasti sudah tidak punya tenaga untuk pindah dari kursi roda menuju ranjangnya,
"biar aku saja" ucap Jennie yang langsung memindahkan Danel.Setelah duduk Danel mulai menarik tubuhnya kebelakang dengan perlahan, Jennie langsung membenarkan posisi kakinya yang terkulai lemas.
"Aku ambil obatnya dulu".
Jennie mulai membuka beberapa obat lalu memberikannya pada Danel. Setelah meminum obat, Danel langsung membaringkan diri diranjang, Jennie membantu menyelimuti tubuh laki-laki itu dengan teliti memastikan dia tidak akan kedinginan.
"Terimakasih banyak" ucap Danel sambil menatap Jennie lemah.
Jennie mengangguk sambil tersenyum. Ia duduk diranjang Danel lalu memegangi dahinya untuk mengecek suhu tubuh kekasihnya itu,
"astaga, sepertinya butuh selimut lagi, bentar ya" ucap Jennie yang langsung beranjak dari ranjang Danel, namun pergerakannya langsung terhenti setelah Danel menahannya untuk tidak pergi dengan menggenggam tangannya erat."Jangan pergi" pinta Danel.
"Aku hanya ingin mengambil selimut untukmu, aku akan kembali dengan cepat" jawab Jennie berusaha meyakinkan Danel.
Danel langsung menggeleng, tiba-tiba saja air matanya menetes dan berhasil membuat Jennie panik "kenapa kamu menangis?! Apa ada yang sakit?!".
Danel menggeleng kembali "jika aku memintamu untuk memelukku, apakah itu berlebihan?".
Jennie berusaha menenangkan diri setelah mendengar permintaan kekasihnya itu, setelah merasa tenang Jennie langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kearahnya, "aku pacar kamu sekarang, sebuah pelukan bukanlah apa-apa".
Danel ikut tersenyum sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya, Jennie pun mulai membaringkan tubuhnya disamping Danel. Sesuai dengan permintaan, Jennie langsung memeluk Danel dengan erat memastikan laki-laki itu tidak kedinginan lagi, Danel tersenyum sambil menutup kembali tubuh mereka dengan selimut.
![](https://img.wattpad.com/cover/251122707-288-k374543.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Break The Silence
RomanceSeorang gadis bernama Jennie baru saja datang menggeparkan seisi kampus dengan kecantikannya. Gadis yang harusnya menjadi mahasiswa sangat populer malah memilih untuk menyendiri dengan kepribadiannya yang sangat pemalu. Namun, sosok bernama Danel ya...