Merelakan

247 31 2
                                    


Ahyeon berdiri di pintu kedatangan internasional, menggenggam tangan Rora yang berada di sampingnya. Bandara dipenuhi hiruk-pikuk orang yang lalu-lalang, tapi perasaan Ahyeon tetap fokus pada satu hal—dia akan bertemu dengan kakak Rora untuk pertama kalinya hari ini. Pharita, yang namanya sudah sering disebut Rora dalam berbagai cerita, akhirnya kembali dari luar negeri setelah beberapa tahun.

Rora tampak sedikit gelisah, memegang erat tangan Ahyeon sambil sesekali melirik layar kedatangan di atas mereka. "Dia harusnya udah sampai," kata Rora, senyumnya sedikit canggung.

Ahyeon tersenyum lembut, mengusap tangan Rora dengan ibu jarinya. "Tenang aja, sayang. Kakakmu pasti baik-baik aja. Dia udah pernah tinggal di luar negeri bertahun-tahun, kan? Lagi pula, aku yakin dia senang banget ketemu kamu lagi."

Rora tertawa kecil. "Iya, aku cuma... sedikit gugup. Sudah lama banget nggak ketemu dia, dan dia pasti banyak berubah. Aku penasaran gimana sekarang."

Ahyeon mengangguk. Dia juga sedikit penasaran. Pharita, yang selama ini hanya berupa cerita dalam percakapan, kini akan menjadi sosok nyata di hadapannya. Apakah Pharita benar-benar secantik dan sepintar seperti yang selalu digambarkan oleh Rora? Ahyeon tidak bisa membohongi dirinya sendiri; dia sedikit terpesona hanya dari deskripsi Rora.

Tak lama kemudian, suara pengumuman bandara terdengar, memberi tahu bahwa penerbangan Pharita telah mendarat. Ahyeon merasa Rora semakin menggenggam tangannya erat, dan mereka berdua berdiri lebih tegak, memperhatikan setiap orang yang keluar dari pintu kedatangan.

Lalu, Ahyeon melihatnya—sosok wanita tinggi, elegan, dengan rambut panjang yang jatuh sempurna di bahunya. Pharita. Penampilannya begitu memukau sehingga Ahyeon sejenak kehilangan kata-kata. Pharita benar-benar lebih cantik daripada yang dia bayangkan. Senyum lembut di bibirnya, mata yang tajam namun bersinar ramah, membuat Pharita tampak seperti seseorang yang penuh karisma.

"Ah, itu dia!" seru Rora, lalu melambai dengan penuh semangat.

Pharita melihat adiknya, dan wajahnya langsung berseri-seri. Ia segera berjalan mendekat dengan langkah mantap, membawa koper di sampingnya. Ketika akhirnya mereka bertemu, Pharita langsung memeluk Rora erat, tampak penuh kerinduan.

"Rora! Aku kangen banget sama kamu," ujar Pharita, suaranya lembut tapi penuh kehangatan.

"Aku juga kangen banget, Kak!" balas Rora sambil tertawa. Mereka berpelukan untuk beberapa saat sebelum Rora akhirnya melepaskan diri, lalu meraih tangan Ahyeon. "Oh iya, kenalin, ini Ahyeon, pacarku."

Pharita mengalihkan pandangannya ke Ahyeon, dan untuk pertama kalinya, mata mereka bertemu. Ahyeon tiba-tiba merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari yang seharusnya. Pharita tersenyum padanya—senyum yang lembut, namun di baliknya seperti ada sesuatu yang sulit diuraikan oleh Ahyeon.

"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Ahyeon. Rora sering banget cerita tentang kamu," kata Pharita, suaranya begitu tenang namun terasa dalam.

Ahyeon, meski sedikit terkejut oleh kecantikan Pharita, berhasil menguasai dirinya dan tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga, kak. Rora juga sering cerita tentang kamu."

Pharita tertawa pelan. "Aku harap dia cerita hal-hal yang baik saja."

Rora menoleh ke kakaknya sambil tersenyum lebar. "Tentu saja semuanya hal baik! Kamu kan selalu jadi contoh yang baik buat aku."

Ahyeon ikut tertawa kecil, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang melintas di hatinya. Pharita memang tampak ramah, tapi entah kenapa, ada sesuatu di balik tatapan dan senyumnya yang membuat Ahyeon merasa sedikit canggung.

Waktu berlalu, hubungan Ahyeon dengan Rora tetap berjalan lancar. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, menikmati masa-masa kuliah sambil merencanakan masa depan. Namun, sejak Pharita kembali, Ahyeon merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali mereka bertiga berkumpul.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang