Ahyeon merapikan tumpukan dokumen yang ada di mejanya dengan cermat. Sebagai seorang sekretaris pribadi untuk CEO sebuah perusahaan besar, tanggung jawabnya sangatlah besar. Dia sudah bekerja di bawah pimpinan Pharita selama hampir satu tahun dan selama itu, Ahyeon telah belajar untuk menjadi orang yang tepat waktu, detail, dan selalu siap untuk memenuhi segala permintaan bosnya.
Pharita bukan hanya CEO biasa. Wanita itu dikenal sebagai sosok tegas, berwibawa, dan cerdas. Namun, di balik sikap profesionalnya, Pharita juga memiliki sisi yang lembut dan perhatian terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama kepada Ahyeon. Sikap inilah yang membuat Ahyeon sulit untuk tidak mengagumi bosnya, meskipun dia berusaha untuk tetap bersikap profesional.
Hari itu, seperti biasa, Ahyeon tiba di kantor lebih awal dari Pharita. Dia sudah menyiapkan laporan keuangan terbaru dan jadwal rapat yang akan diadakan sepanjang minggu. Pharita biasanya datang sekitar pukul 8 pagi, dan setiap kali dia datang, Ahyeon selalu menyambutnya dengan secangkir coklat hangat, sesuai permintaan Pharita setiap harinya.
Tepat pukul 8 pagi, pintu lift terbuka, dan Pharita keluar dengan langkah anggun. Penampilannya selalu sempurna—dengan setelan jas elegan, rambut yang tertata rapi, dan wajah yang menunjukkan kepercayaan diri seorang pemimpin. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Pharita terlihat sedikit lebih santai, dengan rambut yang dibiarkan terurai, dan senyuman tipis yang terlihat lebih hangat dari biasanya.
"Selamat pagi, Ahyeon," sapa Pharita sambil melirik meja sekretarisnya yang sudah tertata rapi. "Apakah semua sudah siap untuk rapat nanti?"
"Selamat pagi, Bu Pharita. Ya, semua sudah siap. Saya sudah mempersiapkan laporan keuangan dan agenda rapat," jawab Ahyeon sambil menyerahkan dokumen-dokumen penting yang telah disusunnya semalam.
Pharita mengangguk sambil mengambil dokumen itu dari tangan Ahyeon. Jari mereka bersentuhan sebentar, dan Ahyeon merasakan sedikit getaran yang mengalir melalui tubuhnya. Dia cepat-cepat menarik tangannya dan kembali fokus pada pekerjaannya, meskipun ada sesuatu dalam tatapan Pharita yang membuatnya merasa canggung.
"Bagus. Kamu selalu bisa diandalkan, Ahyeon," kata Pharita sambil memasuki ruang kantornya.
Hari itu berjalan seperti biasa, dengan serangkaian rapat dan pertemuan yang tak pernah berhenti. Ahyeon terus bekerja keras, memastikan semua berjalan lancar, sambil berusaha menepis perasaan canggung yang terus menghantuinya. Meski begitu, dia tidak bisa mengabaikan bagaimana Pharita tampak sedikit berbeda hari ini—lebih ramah, lebih hangat, dan entah bagaimana, lebih dekat.
Sore hari, setelah semua rapat selesai, Pharita memanggil Ahyeon ke ruangannya.
"Ahyeon, bisa kamu masuk sebentar?" suara Pharita terdengar melalui interkom.
Ahyeon merasa gugup sejenak, tapi dia cepat-cepat menenangkan dirinya. "Tentu, Bu Pharita. Saya segera ke sana."
Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, Ahyeon mendapati Pharita sedang duduk di meja kerjanya, dengan wajah yang tampak sedikit lebih santai dari biasanya.
"Silakan duduk," kata Pharita sambil menunjuk ke kursi di depan mejanya.
Ahyeon duduk dengan hati-hati, merasa sedikit tegang di bawah tatapan intens Pharita. Suasana dalam ruangan itu terasa berbeda dari biasanya, seolah ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka.
"Ahyeon," mulai Pharita dengan nada yang lebih lembut dari biasanya, "aku ingin mengucapkan terima kasih atas kerja kerasmu selama ini. Kamu selalu bisa diandalkan, dan aku sangat menghargai itu."
Ahyeon tersenyum gugup. "Terima kasih, Bu Pharita. Itu sudah menjadi tugas saya."
Pharita memandang Ahyeon dengan tatapan yang dalam, dan detik-detik berlalu tanpa ada kata-kata. Ada keheningan yang menggantung di udara, sebelum Pharita akhirnya berkata, "Ahyeon, selama ini aku sudah mencoba menjaga jarak profesional. Tapi aku rasa kita tidak bisa terus seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
RomanceKumpulan cerita Ahyeon dan Pharita <3 Note: cerita ini hanya fiksi semata, jangan dibawa serius.