Family

234 28 2
                                    

Ahyeon dan Pharita tidak pernah menyangka bahwa kisah cinta mereka, yang dulu dipenuhi dengan keraguan, kini telah berkembang menjadi sebuah keluarga kecil yang harmonis. Setelah melalui berbagai tantangan dalam hubungan mereka, pernikahan akhirnya menjadi babak baru yang mereka jalani bersama. Kini, Ahyeon dan Pharita telah menikah selama lima tahun dan mereka dikaruniai seorang anak perempuan berusia tiga tahun bernama Hana.

Kehidupan pernikahan mereka jauh dari sempurna, tapi penuh dengan tawa, cinta, dan tentunya banyak momen komedi yang tak terduga. Sebagai dua wanita yang berasal dari dunia hiburan, mereka memiliki cara unik dalam menjalani kehidupan keluarga mereka.

.

.

.

Matahari baru saja terbit dan Ahyeon terbangun dari tidurnya dengan suara tangisan Hana yang memenuhi rumah. Dengan mata setengah terbuka, ia menoleh ke arah Pharita yang masih tertidur nyenyak di sampingnya. Ahyeon tersenyum dan perlahan-lahan mendekati Pharita yang masih terlelap. "Morning sayang" gumamnya setelah mencium pipi Pharita.

Saat ia hendak keluar dari kamar, suara Pharita yang setengah mengigau terdengar. "Sayang, Hana menangis..."

Ahyeon hanya tertawa pelan. "Iya. Aku udah mau pergi kok."

Setelah mengambil nafas panjang, Ahyeon berjalan menuju kamar Hana dan di sana dia menemukan anak perempuannya yang lucu sedang menangis sambil meraih boneka kelinci kesayangannya.

"Hana sayang, kenapa menangis pagi-pagi?" tanya Ahyeon lembut sambil menggendong anaknya.

"Kelincinya jatuh, Mama..." rengek Hana sambil menunjuk ke lantai.

Ahyeon menghela napas lega dan tersenyum. "Ayo sini, Mama ambilin."

Setelah membantu Hana mengambil bonekanya, Ahyeon membawa putrinya ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Sementara itu, Pharita masih tidur pulas di kamar. Ahyeon tersenyum kecil saat memikirkan betapa berbedanya kehidupan mereka sekarang dibandingkan dengan ketika mereka masih di puncak karier di dunia hiburan. Dulu, mereka sering sibuk dengan jadwal latihan, konser, dan pemotretan. Sekarang, jadwal mereka dipenuhi dengan tangisan bayi, tumpahan sereal, dan tentu saja, rutinitas orangtua.

Saat Ahyeon sedang sibuk memasak pancake untuk sarapan, suara langkah kaki Pharita terdengar mendekat. Dengan rambut berantakan dan wajah mengantuk, Pharita muncul di dapur.

Sepasang lengan hangat memeluk pinggang Ahyeon dari belakang. "Selamat pagi, sayang," bisik Pharita di telinga Ahyeon dengan suara lembut.

Ahyeon tertawa kecil, merasa geli dengan kehangatan pelukan Pharita. "Sayang, kamu mengagetkanku," jawabnya sambil tetap fokus memasak pancake di wajan.

"Aku nggak tahan untuk nggak meluk istriku yang paling cantik ini," kata Pharita sambil mengencangkan pelukannya sejenak. Suasana hangat dan romantis menyelimuti mereka di dapur pagi itu.

Ahyeon mencoba tetap serius memasak, meskipun hatinya terasa berdebar penuh cinta. "Kalau kamu terus begini, sarapan kita bisa gosong, lho," candanya sambil tersenyum.

Pharita terkekeh pelan, tapi tetap memeluk Ahyeon. "Nggak masalah, yang penting aku bisa memelukmu pagi ini."

"Gimana tidurnya, udah cukup?."

Pharita mengelus perut Ahyeon lembut "Masih ngantuk, tapi aku nggak mau kamu ngurus Hana sendirian. Jadi, apa yang bisa aku bantu pagi ini?"

Ahyeon menoleh sambil tersenyum. "Kamu bisa bantu Hana untuk makan sarapannya. Aku lagi bikin pancake dan kalau Hana makan sendiri, biasanya bakal berantakan."

Pharita dengan sigap mengambil kursi bayi dan mendudukkan Hana di atasnya. "Oke, Hana sayang, yuk makan pancake dari Mama Ahyeon."

Hana yang tadinya cemberut mendadak tersenyum ceria melihat pancake di piringnya. "Pancake!" serunya penuh semangat.

.

.

.

Setelah sarapan, keluarga kecil itu memutuskan untuk pergi ke taman bermain dekat rumah. Hari itu cuacanya sangat cerah dan Hana terlihat sangat bersemangat untuk bermain ayunan dan berlari-lari di sekitar taman. Ahyeon dan Pharita duduk di bangku taman sambil mengawasi putri mereka yang sedang sibuk dengan mainannya.

"Kamu ingat nggak, dulu kita selalu bilang nggak mau buru-buru punya anak?" tanya Pharita sambil tertawa kecil.

Ahyeon mengangguk. "Iya, dan lihat sekarang. Kita bahkan nggak bisa membayangkan hidup tanpa Hana."

Pharita tersenyum sambil memandang Hana yang sedang berusaha naik ayunan. "Dia memang hadiah buat kita."

Ahyeon tiba-tiba mendekat dan berbisik pelan di telinga Pharita, "Tapi kadang aku kangen juga masa-masa kita dulu... waktu kita masih berdua aja. Ada waktu buat nonton film di bioskop, makan malam romantis, dan... ya, kamu tahu lah."

Pharita tertawa kecil dan menepuk lengan Ahyeon. "Iya, aku juga kangen. Tapi nggak apa-apa, sekarang kita punya Hana. Lagian, kalau kita mau, kita bisa titipin dia ke kakek neneknya buat sehari dua hari."

Ahyeon tersenyum penuh arti. "Itu ide yang bagus. Mungkin kita bisa rencanakan malam kencan lagi."

Namun, momen romantis mereka segera terganggu ketika Hana berteriak dari ayunan. "Mommy! Mama! Ayo dorong ayunannya!"

Pharita dan Ahyeon saling pandang, tertawa, lalu berlari ke arah putri mereka untuk membantu mendorong ayunan. Hidup mereka mungkin tidak lagi dipenuhi dengan glamor seperti dulu, tapi tawa dan kebahagiaan dari keluarga kecil ini adalah hal yang jauh lebih berharga.

.

.

.

Setelah hari yang panjang di taman, keluarga kecil itu akhirnya kembali ke rumah. Hana sudah tertidur pulas setelah bermain seharian, dan Ahyeon serta Pharita merasa lega karena bisa memiliki waktu sejenak untuk beristirahat.

Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, menikmati ketenangan yang jarang terjadi di rumah mereka yang biasanya ramai. Ahyeon merebahkan kepalanya di pundak Pharita, sementara Pharita membelai rambut Ahyeon dengan lembut.

"Kalau dipikir-pikir, hidup kita berubah banyak banget ya, sejak dulu," kata Ahyeon pelan.

Pharita mengangguk setuju. "Iya, tapi aku senang dengan perubahan ini. Dulu kita cuma dua orang yang saling jatuh cinta dan berjuang bersama di dunia hiburan. Sekarang kita jadi keluarga kecil yang bahagia."

Ahyeon tersenyum dan menatap wajah Pharita. "Kamu ingat nggak, gimana dulu kita selalu berdebat soal hal-hal kecil? Seperti siapa yang harus mengalah saat kita main game atau siapa yang harus cuci piring setelah makan malam."

Pharita tertawa kecil. "Iya, dan sekarang kita berdebat soal siapa yang harus bangun di tengah malam kalau Hana bangun."

Ahyeon menghela napas lega. "Tapi walaupun begitu, aku nggak bisa bayangin hidup tanpa kamu. Kamu adalah bagian penting dari hidupku."

Pharita menggenggam tangan Ahyeon dengan erat. "Sama, sayang. Aku juga merasa begitu. Nggak peduli seberapa sibuk atau kacau hidup kita, aku bersyukur kita selalu bisa melewati semuanya bersama."

Mereka saling menatap, tersenyum penuh cinta. Meskipun hidup sebagai orang tua tidak selalu mudah, mereka selalu menemukan cara untuk saling mendukung dan menjaga cinta yang ada di antara mereka.

Namun, di tengah ketenangan itu, suara tangisan Hana terdengar dari kamar. Ahyeon dan Pharita langsung berdiri.

"Aku atau kamu?" tanya Ahyeon dengan senyum lelah.

"Biar aku saja gapapa" jawab Pharita sambil mengelus rambut Ahyeon lalu berjalan menuju kamar Hana.

Beberapa menit kemudian, Pharita kembali dengan wajah lega. "Hana cuma mimpi buruk. Tapi dia udah tidur lagi."

Ahyeon tersenyum dan menepuk bahu Pharita. "Makasih sayang. Kamu keren."

Pharita tertawa kecil dan merebahkan dirinya kembali di sofa. "Sama-sama sayang. Kamu juga luarbiasa."

"I love you sayang." Ucap Ahyeon.

Pharita tertawa dan menarik Ahyeon ke dalam pelukannya. "I love you more."

Ahyeon hanya bisa tersenyum malu-malu dan menikmati momen itu. Mereka tertawa, saling menggoda, dan menyadari betapa beruntungnya mereka memiliki satu sama lain.


-End-

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang