Step Sister

224 31 5
                                    


Ahyeon berdiri di tepi jendela ruang tamu rumah barunya, memandang ke luar dengan perasaan campur aduk. Sudah beberapa bulan sejak mamanya menikah lagi, dan itu mengubah banyak hal dalam hidupnya. Bukan hanya karena harus beradaptasi dengan suasana baru, tapi juga karena kehadiran Pharita, anak dari suami baru mamanya yang kini menjadi "saudara" tirinya. Meskipun mereka tinggal di bawah atap yang sama, hubungan mereka jauh dari kata akrab.

Pharita, dengan sikap tenang dan misteriusnya, selalu terlihat tak tersentuh. Dia lebih tua beberapa tahun dari Ahyeon, sukses dalam karier, dan seolah memiliki segala hal yang Ahyeon kagumi. Namun, di balik segala kekaguman itu, ada perasaan asing yang tumbuh dalam diri Ahyeon. Sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.

"Ahyeon, kenapa melamun?" Suara mamanya mengagetkannya.

Ahyeon tersenyum tipis, menoleh. "Tidak, hanya menikmati pemandangan saja ma."

"Pharita akan pulang sebentar lagi. Nanti kalian bisa mengobrol. Kalian jarang sekali menghabiskan waktu bersama." Mama Ahyeon tersenyum berharap, seakan ingin agar hubungan kedua anak tirinya itu lebih erat.

Ahyeon hanya mengangguk, tapi dalam hati ia merasa aneh dengan ide itu. Menghabiskan waktu dengan Pharita selalu membuatnya gugup. Ada sesuatu dalam diri Pharita yang membuat Ahyeon tak bisa bersikap biasa. Bukan hanya karena Pharita lebih dewasa, tapi juga ada daya tarik yang tak bisa ia abaikan.

Tak lama kemudian, suara mobil terdengar di depan rumah. Ahyeon menoleh ke pintu, dan Pharita masuk dengan langkah tenang, mengenakan pakaian formal yang elegan. Pharita selalu tampil rapi, menambah aura karisma yang sudah dimilikinya secara alami. Ia tersenyum tipis pada Ahyeon ketika melewatinya, lalu menaruh tas kerjanya di sofa.

"Hai," sapa Pharita dengan suara lembut, meskipun sikapnya tetap dingin.

"Hai," jawab Ahyeon cepat, sedikit canggung.

Pharita berjalan menuju dapur, dan tanpa sadar Ahyeon mengikutinya. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk mendekati Pharita, meskipun ia sendiri tak yakin apa itu.

"Kamu mau minum sesuatu?" tanya Pharita sambil membuka kulkas.

Ahyeon menggeleng, tapi masih tetap berdiri di dekat meja dapur, memperhatikan setiap gerakan Pharita. Pharita menyadari hal itu, lalu berbalik dan menatap Ahyeon dengan alis terangkat. "Ada apa? Kamu kelihatan aneh."

Ahyeon tertawa kecil, mencoba menghilangkan kecanggungan. "Enggak, cuma... mama tadi bilang kita harus lebih sering ngobrol."

Pharita menyandarkan tubuhnya di meja, memandangi Ahyeon dengan tatapan intens. "Ngobrol tentang apa?"

Tatapan itu membuat Ahyeon merasa sedikit gugup, tetapi ia mencoba tetap tenang. "Entah, mungkin tentang kehidupan, pekerjaan, hal-hal biasa."

Pharita tersenyum tipis, tapi matanya masih memperhatikan Ahyeon dengan cara yang membuat jantung Ahyeon berdetak lebih cepat. "Kamu tahu, Ahyeon, kita memang tinggal di rumah yang sama sekarang, tapi aku sering merasa seperti orang asing di sini. Mungkin karena kita tidak benar-benar mengenal satu sama lain."

Ahyeon merasakan napasnya sedikit tercekat. Pharita benar. Meskipun mereka tinggal di bawah atap yang sama, jarang sekali mereka benar-benar berbicara. Setiap interaksi terasa formal, seolah-olah mereka adalah dua orang asing yang kebetulan hidup bersama.

"Mungkin kita bisa mulai dari sekarang," Ahyeon memberanikan diri berkata, meskipun ia tak yakin dengan apa yang sebenarnya ingin ia katakan.

Pharita mengangguk pelan, lalu mengambil segelas air dan menyesapnya perlahan. "Oke, Ahyeon. Jadi, apa yang ingin kamu ketahui tentangku?"

Ahyeon terdiam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Pharita terlalu misterius, dan rasa penasaran yang ada dalam dirinya bukan hanya soal kehidupan pribadi Pharita, melainkan perasaan yang lebih dalam dari itu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Pharita melangkah mendekat, membuat jarak di antara mereka semakin kecil.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang