29. Kembali ke Malang

28.5K 3.5K 3.2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


"Takdir selalu memiliki cara untuk mendekatkan dan menyatukan mereka yang berjodoh, terlepas dari jarak yang memisahkan mereka, dengan skenario terbaik yang telah ditakdirkan."

—Lentera Hati—

Ghazi dan Zana duduk di dalam kereta yang melaju menuju Malang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghazi dan Zana duduk di dalam kereta yang melaju menuju Malang. Harapan mereka untuk tinggal di kampung halaman lebih lama kini pupus.

Perasaan mereka bercampur aduk, antara senang dan sedih. Senang karena akan memulai kehidupan baru bersama, tapi sedih karena harus berpisah dengan keluarga. Terutama Zana, ia masih memikirkan perpisahan tadi dengan ayahnya yang seolah tak rela melepasnya.

Ghazi, yang seolah mengerti perasaan istrinya, menarik kepala Zana agar bersandar di pundaknya dan menggenggam tangannya.

"Nanti masih bisa main ke rumah ayah bunda, tunggu Mas libur ya, Sayang." Ghazi mengelus pipi Zana yang basah oleh air mata.

"Adek jangan nangis, nanti Mas beliin es krim," ujarnya lembut.

"Mau es krim sekarang, Mas..."

"Mana ada yang jual es krim di kereta Sayang?"

"Nggak tau pokoknya mau es krim sekarang! Suruh siapa Mas bahas es krim, aku jadi pengen," jawab Zana sambil mengerucutkan bibirnya.

Ghazi tersenyum seraya geleng-geleng kepala. "Yaudah Adek tunggu sini ya? Mas cari es krimnya."

Zana mengangguk seraya berujar lirih. "Adek? Kenapa Mas Ghazi panggil aku gitu sih," katanya seraya senyum-senyum sendiri.

Tak berapa lama kemudian, Ghazi kembali dengan es krim rasa stroberi. "Ini es krimnya, Sayang..."

"Aaaa, makasih banyak Mas!" Zana kegirangan walaupun ia heran dari mana suaminya itu mendapatkan es krim. "Mas dapet dari mana es krim ini? Mas nggak curi punya orang, kan?"

Ghazi menggeleng. "Mboten, Sayang," jawabnya lembut.

"Terus dapet dari mana?"

"Ada deh. Kamu makan dulu nanti Mas kasih tau," jawabnya terkekeh.

Zana mengangguk dan dengan semangat membuka bungkusan es krim sebelum melahapnya dengan nikmat. Ia berniat membagikan es krimnya pada Ghazi dan laki-laki itu pun sudah membuka mulutnya. Namun, Zana menarik kembali es krimnya.

"Eh, nggak bokeh, Mas. Ini kan habis aku gigit," ujar Zana.

Ghazi tersenyum, "Nggak papa, Mas suka makan bekas gigitan kamu," katanya sambil meraih tangan Zana dan ikut menikmati es krim tersebut.

"Eh," Zana terkekeh malu-malu. "Terima kasih ya, Mas, sudah repot-repot cariin es krimnya buat aku."

Ghazi mengangguk, "Mas suka direpotkan asalkan untuk kamu. Mulai sekarang kalau lagi sama Mas, jangan terlalu mandiri ya? Mas lebih suka kamu merepotkan Mas aja. Bahkan hal yang sepele seperti buka tutup botol, biar Mas saja yang bukain," ujarnya dengan senyum.

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang