12

231 47 6
                                    

.

.

.

.

.

"ayah!!!" seru Alice yang langsung menerobos masuk setelah mendapat berita kalau ayahnya sudah bangun, begitu dia masuk dia langsung menangis mencengkram selimut ayahnya

"hiks.. ayah.. hiks.. ayah"

Alice terus menangis yang membuat Asenio keingungan harus merepon apa yang akhirnya dia hanya memperhatian Alice yang menangis, tentu Olivia yang melihat 'pengabaian' ini tidak suka di tambah juga dirinya mengetahui rumor Arsenio sebelumnya

"hey!" dengan nada dan tatapan peuh intimidasi, dia pada Arsenio "apa-apaan sikap dingin mu itu hah?! nalas lah dasar bodoh! makannya kalau belum bisa jadi orang tua jangan punya anak! otak mu dimana?!" 

Omelan Olivia entah mengapa rasa sakitnya menusuk hati nurani Arsenio, walaupun bukan dia tapi karena dia sekarang mendiami tubuh Arsenio membuatnya ikut merasa bersalah

Alice yang kaget mendengar omelan Olivia pun bangun dan mencoba meluruskan kesalah pahaman ini, sekaligus dia juga mersa bersalah karena terlalu terbawa emosi yang mebuat semuanya berantakan "i-tida, ayah tida calah! lili yang slah"

Oliva yang melihat Alice yang seperti ibu bukan malah mengerti tapi malah makin salah paham dimana Olivia memandang Alice seperti bayi mungil yang mencoba bersikap dewasa, hal itu membuat Olivia makin salah paham 

"ya ampun bayi mungil ku~ kenapa kamu begitu dewasa? gimana kalau tinggal dengan kakak saja? tinggalkan ayah mu yang tidak punya hati dan mungkin dia bukan manusia, gimana mau ikut?"

Arsenio dan Alice tercengang mendengar tawaran yang sangat mengagetkan, hal itu bahkan membuat mereka berdua tanpa sadar menunjukan reaksi yang sama yaitu mulut mereka terbuka secara beramaan.

Olivia yang menyadari hal tersebut pun bergumam "cih, tidak seru. bayi kecilku memang anak mu" 

namun bukan sadar, keduanya masih bingung dengan maksud perkataan Olivia yang membuatnya resah "ih! kalian tidak sadar? tutup mulut kalian sebelum ku lempar kayu!"

ayah dan anak itu pun sadar dan menutup mulut mereka menggunakan tangan kanan secara bersamaan lagi, dan itu makin membat Olivia bete

"sungguh buah jauh tidak jauh dari pohon nya" gumamnya

"ya sudah! intinya Alice jangan sedih lagi oke? ayah mu ini baik-baik saja. dan untuk kau! jangan terllalu dingin pada anakmu!"

setelah mendengar kata-kata Olivia, Alice segera kembali ceria sedangkan Arsenio hanya bisa menghela nafas

'bukan aku padahal, tapi kata-kata dia tetap menusuk' Batin Arsenio hingga dia teringat sesuatu 'Oh ya!'

Arsenio pun hendak bangun dari tidurnya, namun hal itu tentu di hadang Olivia dan Alice 

"eh?-eh eh! mau kemana kau?!"

"ada pekerjaan yang belu-"

"pekerjaan? pekerjaan yang kau pikirkn?! apa hanya itu yang ada di pikiran mu setelah bangun? tidak! aku tidak mengizinkannya!" tolak Olivia

"lalu, bukan sekarang dan aku yang mengerjakannya, itu akan selesai kapan?" tanya Arsenio dengan nada dan tatapan Malas

"ya.. kan bisa besok? toh hari itu hanya hari ini saja kan? kau harus banyak istirahat!"

"jika bisa sekarang kenapa harus besok?"

"harusnya jika bisa besok kenapa harus sekarang! kau masih sangat lemah! kau perlu istriarahat" tegas Olivia lagi yang mencoba mendorong Arsenio kembali tiduran di kasur

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Become a Father[Setiap Hari Senin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang