7

404 65 9
                                    

.

.

.

.

Daena pun kembali sadar dan dengan terpaksa tersenyum pada Arsenio "ti-tidak, hanya saja.. pagi ini kamu sangat perhatian ya..?"

Arsenio hanya diam dan melanjutkan makan nya dengan tenang, beda dengan batinya 'brengsek! apa akau terlalu mencolok?! bagaimana ini.. apa rencana ku gagal' batin Arsenio dengan panik, namun dirinya mencoba senatural mungkin untuk terlihat biasa saja.

Daena benar- benar panik karena dia  sedari tadi menahan rasa mual nya. Alice melihat kepanikan ibu tirinya dan langsung mengerti, dirinya tersenyum kecil dan bertanya " ibu cenapa? kok ga macan?"

 mendengarkan celotehan Alice membuat Daena hilang kendali karena emosi dan langsung memarahinya "APA MAKSUD KAU ALICE?! KENAPA KAU SELALU MEMBUATKU MARAH?! LEBIH BAIK SEDARI DULU KA-!" segera Daena setelah sadar menutup mulutnya, sungguh ini sama saja bunuh diri.

Alice mulai berkaca-kaca dan akhirnya menangis "hiks.. apa calah lili.. hiks.. lili cuma naya.." Arfan yang melihat Alice menangis segera memeluknya dan mencoba menenangkanya. Arfan segera memandang Daena dengan tatapan tajam, bukan hanya Arfan tapi juga Adnan dan Arsenio yang menatapnya dengan marah.

Adna dengan keras memukul meja "APA MAKSUD MU MEMARAHI ADIK KU SEPERTI ITU? HAH?! APA MAKSUD PERKATAAN KAU YANG TERAKHIR?! APA YANG INGIN KAU LAKUKAN PADA ADIKKU HAH?! ASAL KAU TAU! AYAH KU SAJA TIDAK PERNAH MEMBENTAK KAMI SEMUA!" amarah Adnan benar-benar tak terbendung lagi, sekaliguas Arsenio baru sadar bahwa 'Arsenio' yang asli memang tak pernah membentak sebelumnya dan hanya mengabaikan saja, barulah saat di saat Alice menyelinap untuk ikut membasmi iblis dia membentak nya.

Daena tambah panik dan alam kepanikanya tersebut, rasa mualnya tak tertahan lagi. "uwekk!". Seketika semunya hening, dan Daena makin pucat dan panik.

Alice segera mengambil momentum itu dengan langsung turun "lili minca maaf bu! lili pangil doctel dulu ya!" serunya sambil berlari meninggalkan semua orang yag masih terdiam.

tidak ada yang berani membuka suara hingga akhinya Arsenio buka suara "Adnan, duduk"

"a-" sebelum Adnan membuka suara, dirinya sudah bungkam duluan dengan tatapam Arsenio yang menurutnya menyeramkan dan penih tekanan, berbeda dengan Arsenio yang 'syukurlah semuanya berjalan lancar.. nice putriku! tapi kenapa Adnan malah langsung terdiam? apa ada yang salah dengan wajah ku?' batin Arsenio yang bertanya-tanya  

semuanya kembali tennag sekaligus ketakutan, tidaka da yang bergerak dari posisinya sekarang. Arsenio meletakkan garpuhnya yang menandakan dia sudah selesai makan, begtupun denga Adnan dan Arfan yang benar-benar kehilangan nafsu makanya yang tadi akibat Daena, sedangkan Daena yang memang sedari awal belum makan apapun hanya bisa terdiam mematutung.

Niam dengan profesional beserta pelayan yang lain lagsung membersihkan semua makanan di meja makan. hingga akhirnya Alice datang dengan Dokter di sampingnya.

.

.

.

.

Owen Syahreza adalah dokter keluarga yang memang sudah di pekerjakan oleh keluarga Abelard selama turun temurun. dan dirinya sendiri sudah mengabdikan dirinya sudah 20 tahun mengantikan ayahnya yang sudah tidak bisa melanjutan pekerjaannya lagi. 

Dirinya kaget karena di datangi oleh Alice denagn buru-buru "doctel! ikut lili cekalang! jawat!"

'jawat? gawat mungkin maksudnya' batin Owen yang langsng mengambil perlengkapan seperlunya "ayo nona, tunjukan jalannya" 

I Become a Father[Setiap Hari Senin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang