8

312 48 10
                                    

.

.

.

.

Arsenio segera merilekskan tubuhnya di kursi kantornya yang empuk dan nyaman.

sungguh dirinya kelelahan, baik itu fisik atau mentalnya. walaupun dirinya sangat membenci orang-orang yang curang, tapi memberi keputusan itu merupakan hal yang sangat sulit dan memerlukan energi yang sangat banyak. keputusanya akan sangat berpengaruh untuknya dan juga penduduknya, oleh sebab itu dirinya harus benar-benar memperhitungkan semuanya.

Arsenio melihat ke arah tanganya yang terlihat mengunakan kekuatan kegelapanya. 

Dream Torture

salah satu dark magic yang lumayan mengerikan, itu berupa cairan hitam yang masuk pada lawan dan merusak jaringan otak mereka dengan memberikan ilusi yang paling di takuti oleh mereka dan itulah yang akan membunuh mereka secara perlahan.

Arsenio mengepalkan tanganya 'kekuatan yang sangat kuat, namun juga mengerikan' batin nya. Arsenio pun menenggelamkan kepalanya, sumpah ini kali petamanya membuat keputusan sebesar ini

'apa aku terlalu kejam? tapi mereka memang pantas! lagian aku hanya mengikuti karakter Arsenio saja yang kejam dan dingin, tapi.. mereka hidup.. mereka manusia sama seperti ku... itu artinya aku.. telah membunuh orang-' Arsenio kembali menatap tangan nya 'aku telah membunuh orang.. dengan tangan ini..'

Arsenio benar-benar tengelam dalam pemikiran-pemikiran nya tersebut, sampai-sampai dirinya tidak mendengar suara ketukan yang berasal dari pintu kantornya.

Tok Tok Tok

ketukan tersebut terus di ulang, namun sang penghuni ruangan masih tidak menyadarinya.

Alice sedikit mengerutkan keningnya, dirinya khawatir dengan ayahnya yang lagi-lagi melewati waktu makan nya lagi. mungkin dulu Alice hanya bisa diam-diam saja tanpa mengetahui hal kecil seperti ini, tapi berbeda sekarang karena dirinya akan terus terang dengan apa yang dia inginkan dan lakukan terutama membantu ayahnya. sebagai anak gadis satu-satunya di keluarga ini tentu itu menjadi hal yang lumrah bukan?

Alice tau bahwa ayahnya sangat sibuk sekarang, terutama setelah persidangan tadi yang dimana ayahnya bahkan turun lapangan untuk mengawasi semuanya. Alice yakin ayahnya sangat kelelahan sekarang hingga melewatkan makan malam nya, tapi setidaknya dia ingin membawakan makanan untuk ayahnya.

dalam gengaman nya terdapat makanan yang sudah dia siapkan, walau pun hanya roti dan buah saja, tapi setidaknya ini bisa untuk mengganjal perut. Alice terus diam di depan pintu hingga akhirnya seseorang menepuk pundaknya, dan saat di lihat ternyata orang itu adalah Niam.

dengan senyuman lembutnya, Niam bertanya " ada keperluan apa, nona muda di sini?" tanya nya dengan nada yang lembut.

Alice menelan ludahnya mendengar suara lembut itu lagi, sepintas ingatan masa epan lewat dimana dirinya melihat kebegisan Niam. tapi, sekarang bukan saatnya untuk takut.

"lili.. lili bawa macanan uncuk ayah, ayah belom macan can?" ucap Alice sambil menunjukan roti dan apel di tangannya. Niam tersenyum lagi ke arah Alice dan menurunkan kakinya agar sejajar tinggi nya dengan Alice.

"nona muda sangat perhatian dan baik hati ya, tapi sepertinya tuan Duke sedang istrirahat sekarang jadi nona muda bisa kembali ke kamar nona karena ini sudah terlalu larut" 

Alice setuju dengan itu, namun.. makanan yang sudah di bawakanya ini..

Niam tahu dengan apa yang di pikirkan oleh nona mudanya ini, dia pun memegang dokumen yang dia bawa ke tangan kirinya, lalu tangan kananya  "kalau begitu, biar saya saja yang menyerahkannya pada tuan Duke"

I Become a Father[Setiap Hari Senin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang