Cermin Tua 2

3.8K 52 0
                                    


Setelah berhasil kembali dari dimensi aneh di dalam cermin, Hamdi dan Wawan masih terengah-engah di lantai museum. Cahaya di sekitar mereka kembali normal, dan cermin SCP-093 yang sebelumnya memancarkan cahaya merah aneh kini tampak seperti cermin biasa. 

Namun, pengalaman yang mereka alami jelas membuktikan bahwa cermin itu bukan sekadar artefak tua. "Aku tidak bisa percaya kita benar-benar masuk ke dunia lain," gumam Wawan, suaranya masih terdengar berat akibat kelelahan dan ketakutan. 

Dia melirik ke arah cermin dengan kecurigaan dan kekhawatiran. Hamdi berdiri, mengusap keringat yang menetes di dahinya. "Ini bukan sekadar cermin biasa. Ada sesuatu yang lebih besar di balik artefak ini. Dan jelas, makhluk-makhluk di dalam sana bukan hanya bayangan. Mereka nyata dan berbahaya."

Wawan mengangguk, masih mencoba mengatur napasnya. "Mereka ingin mencuri identitas kita. Aku bisa merasakannya. Salah satu dari mereka... hampir menyerangku."

"Dan jika mereka berhasil, mungkin kita tidak akan pernah kembali ke dunia ini," tambah Hamdi sambil menatap cermin itu dengan sorot mata tajam.

Di tengah ketegangan itu, ponsel Hamdi berdering. Layar menunjukkan nomor yang sudah tidak asing lagi — SCP Foundation. 

Hamdi mengangkat telepon. "Hamdi di sini."

Suara di seberang terdengar dingin dan tegas. "Kami menerima laporan bahwa Anda berdua berhasil berinteraksi dengan SCP-093. Apa yang terjadi?"Hamdi menjelaskan kejadian di dalam dimensi cermin. 

Tentang kota yang hancur, makhluk-makhluk yang menyerupai manusia dengan wajah-wajah cacat, dan bagaimana mereka hampir tidak bisa kembali."Ini lebih berbahaya dari yang kita kira," ujar Hamdi. 


"Cermin itu tidak hanya berfungsi sebagai portal, tapi ada sesuatu di sana, sesuatu yang hidup, yang ingin masuk ke dunia kita."Suara di telepon terdiam sejenak sebelum melanjutkan, 

"Kalian berdua harus kembali untuk misi investigasi lanjutan. Kami perlu lebih banyak data tentang makhluk-makhluk itu dan bagaimana cara kerja dimensi tersebut."

Wawan, yang mendengar percakapan itu, langsung bereaksi. 

"Kembali? Kau serius? Kami nyaris tidak keluar hidup-hidup dari sana!"Namun, Hamdi mengangguk pada Wawan, seolah-olah sudah tahu bahwa ini bukan pilihan. 

"Kami akan kembali. Tapi kali ini, kami butuh lebih banyak perlengkapan."



**Beberapa Jam Kemudian**

Hamdi dan Wawan berdiri kembali di depan cermin SCP-093. Kali ini, mereka dilengkapi dengan perlengkapan yang lebih canggih: sensor suhu, kamera inframerah, dan alat komunikasi jarak jauh yang terhubung langsung ke markas SCP Foundation. 

Mereka telah diperingatkan bahwa jika terjadi sesuatu, SCP Foundation akan mencoba menarik mereka keluar dengan cara apa pun, namun keberhasilannya tidak terjamin."Siap?" tanya Hamdi sambil memasang kamera kecil di dadanya.Wawan mengangguk ragu. 

"Tidak. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkanmu sendirian di sana."Tanpa banyak bicara lagi, Hamdi mengulurkan tangannya dan menyentuh cermin. 

Sekali lagi, dunia di sekitar mereka berputar, dan mereka tersedot ke dalam dimensi cermin yang mengerikan itu.Begitu mereka tiba, suasana yang sama kembali menyambut mereka. 


Langit ungu gelap yang suram, reruntuhan kota yang tak berujung, dan hawa dingin yang mengerikan. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih... aktif."Kau merasakannya?" tanya Wawan. 

Detektif Hamdi - Detektif SCPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang