Cermin Tua 1

2.8K 51 0
                                    


Ketika sebuah cermin di museum tua memancarkan cahaya aneh setiap kali seseorang mendekat, Hamdi dan Wawan dipanggil untuk menyelidiki kasus tersebut. 

Cermin itu ternyata SCP-093, artefak misterius yang memungkinkan siapa pun masuk ke dimensi lain melalui bayangannya.

Di dalam dimensi itu, mereka menemukan reruntuhan kota kosong, dihuni makhluk-makhluk misterius yang mencuri identitas orang-orang yang terperangkap di sana. 

Dengan waktu yang semakin menipis, Hamdi dan Wawan harus menemukan cara untuk kembali sebelum menjadi korban dari entitas yang menghuni dimensi cermin tersebut.


---


Museum Kota Tua berdiri megah di tengah kota, bangunannya menjulang dengan tembok-tembok berusia ratusan tahun. Hari itu, suasana museum terlihat lebih suram dari biasanya. 

Hujan deras di luar memantulkan cahaya lampu jalanan, membuat setiap benda di dalam museum terlihat berkilauan dengan cara yang aneh. 

Hamdi dan Wawan berjalan melewati koridor panjang museum, mengikuti penjaga malam yang gemetar sejak keduanya tiba."Aku bersumpah, aku melihat cermin itu menyala tadi malam," ucap penjaga museum dengan suara bergetar. 

Dia menunjuk ke arah sebuah ruangan tertutup di ujung lorong. "Cahaya merah. Dan aku tahu itu bukan pantulan dari lampu apapun."Hamdi mengangguk tanpa banyak bicara. 

Sebagai seorang penyelidik supranatural yang sudah berpengalaman, ia telah mendengar cerita seperti ini sebelumnya. 


Tapi, ini adalah pertama kalinya dia dan Wawan mendapat panggilan untuk menyelidiki SCP, atau Secure, Contain, Protect, sebuah organisasi rahasia yang bertugas mengamankan fenomena dan objek anomali. 

"Tenang saja, Pak," kata Wawan, rekan Hamdi, sambil menepuk pundak penjaga. "Kami akan lihat apa yang terjadi."

Mereka berhenti di depan pintu besar yang terbuat dari kayu gelap, dengan ukiran-ukiran rumit yang hampir terhapus oleh waktu. 

Di balik pintu, tersembunyi sebuah artefak tua yang sudah lama menjadi bagian dari pameran museum: sebuah cermin besar dengan bingkai emas yang mulai berkarat. 

Cermin itu berdiri sendiri di tengah ruangan. Cahaya redup dari lampu di langit-langit membuat permukaannya terlihat seperti danau hitam yang tenang. 


Namun, ketika Hamdi mendekati cermin, sesuatu yang tak biasa terjadi. 

Bayangannya di cermin tiba-tiba berubah, memanjang, dan mulai bergerak sendiri, seolah-olah menjadi makhluk hidup."Sudah aku bilang," suara penjaga museum terdengar serak di belakang mereka. 

"Ada sesuatu yang tidak beres dengan cermin itu."Wawan mendekat, merasakan hawa dingin aneh menguar dari permukaan cermin. "Ini lebih dari sekedar artefak tua. Ada energi di sini," katanya dengan serius. 

Ia merogoh tasnya, mengeluarkan alat pengukur energi supranatural yang mereka bawa. Alat itu langsung berbunyi keras, memberikan indikasi adanya fenomena anomali.


Hamdi, yang sejak awal merasakan keanehan dari cermin itu, menyentuh permukaannya dengan hati-hati. 

Begitu kulitnya menyentuh kaca, dunia di sekitarnya berguncang. Cahaya merah tiba-tiba menyilaukan mata, dan bayangan Hamdi ditarik ke dalam cermin, seolah-olah cermin itu hidup dan menelan tubuhnya.

Detektif Hamdi - Detektif SCPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang