Happy reading
*********************************************
General's POV
Di sudut kantin sekolah, seorang gadis duduk di kursi kantin bersama teman-temannya. Matanya melebar penuh rasa ingin tahu, menatap lekat-lekat liontin unik yang menggantung di tangannya.
Kalung itu terlihat biasa saja tanpa liontin yang menggantung di ujung rantainya. Dengan rantai monel kecil berwarna hitam yang terlihat lembut di kulit, dan sebuah liontin botol kaca kecil berbentuk silinder dengan tinggi sekitar dua koma lima sentimeter ditutup dengan logam yang terukir halus, memberikan sentuhan vintage yang mempesona.
Di dalam botol kaca itu, terlihat cairan merah pekat yang mengalir lambat, menyerupai darah. Cairan tersebut memancarkan warna merah tua yang intens, hampir seperti rubi cair, memberikan kesan misterius dan menakutkan. Setiap kali botol tersebut bergerak, cairan di dalamnya mengikuti dengan lembut, menimbulkan ilusi aliran darah yang hidup.
Gadis itu begitu larut dengan pikirannya saat memandangi liontin kalung itu hingga tak sadar waktu berjalan cukup lama saat salah satu teman di sampingnya mengingatkan dia. "Stella, apa kau akan membiarkan makananmu dingin, sampai kapan kau akan memandangi kalung itu ?"
"Ah, aku tak sadar waktu berlalu selama itu." Balas gadis itu sembari memasang kalung itu di lehernya. "Bagaimana, apa terlihat cocok untukku ?"
"Aku tidak peduli." Balas teman Stella yang berada di depannya dengan acuh tak acuh, Stella berdecak dengan alis sedikit berkerut kesal. "Dari pada itu, apa yang akan kau lakukan dengan benda itu ?"
Stella bersenandung ringan sejenak sembari mulai menyantap makanannya yang sudah agak dingin. "Aku tidak tahu, aku belum terpikirkan sampai sana."
"Apa, jadi kau menyuruh kami mendapatkan benda itu tanpa tujuan apa pun ?"
"Itu karena aku penasaran dengan benda ini, dan yang aku katakan itu belum, bukan tidak ada."
"Bukankah itu sama saja. Tapi memangnya apa yang membuatmu penasaran, sampai membuatmu membayar orang."
"Memangnya kau sendiri tidak penasaran dengan cairan yang ada di dalam sini ?" Ujar Stella mengambil kalung liontin yang menggantung di lehernya dan menunjukkannya kepada temannya. "Cairan ini sangat kental, seperti darah sungguhan. Jika ini darah sungguhan, kira-kira darah apa yang dipakainya ya."
"Jika itu darah sungguhan itu akan benar-benar menakutkan."
"Apa jangan-jangan kalung itu digunakan untuk mengutuk orang."
"Oh tidak, aku terkena kutukan karena sudah memakainya."
Ketiganya pun tertawa saat meliat Stella berpura-pura ketakutan.
Arabelle's POV
Dari ambang pintu kantin aku dapat melihat tiga orang gadis sedang bercanda ria di sudut kantin, salah satu dari mereka adalah adik perempuan kecilku yang nakal, Stella. Mataku menyipit saat aku melihat kalungku sudah menggantung di leher mungil Stella.
Tanpa kusadari tanganku sudah membuat kepalan karena menahan emosi. Jika bukan karena panggilan Farrel yang menyadarkanku mungkin tanganku sudah terluka dengan kuku-kuku tajamku.
"Tunggu, Arabelle. Jangan berpikir untuk melakukan itu." Ucap Farrel menahan bahuku untuk pergi.
"memangnya apa yang ku pikirkan ?"
"Berhenti berpura-pura, aku tahu betul apa yang akan kau lakukan jika sedang marah. Aku hanya berharap, setidaknya jangan sampai ada yang terluka kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
PIPRA [REVISI]
Mystery / Thriller* * * * * Arabelle, seorang gadis yang terperangkap dalam tekanan lingkungan usai insiden mengerikan di sekolah yang melibatkan adik tirinya, Stella. Membuatnya kembali diasingkan ibunya dalam rumah pengasingan selama lebih dari tiga bulan masa huku...