Sinar matahari menembus jendela kayu, menyebar lembut di seluruh ruangan.
Hongjoong terbangun perlahan, matanya masih terasa berat. Selimut hangat masih membalut tubuhnya, namun pelukan Sakura sudah menghilang. Sesaat, ia merasa cemas, namun aroma lezat yang berasal dari dapur segera menenangkan pikirannya. Wangi masakan yang menguar memenuhi udara, membuat perutnya mendadak terasa lapar.
Ia bangkit dari sofa, berjalan perlahan menuju dapur. Dari celah pintu, ia bisa melihat sosok Sakura sibuk menyiapkan sarapan. Senyum lembut menghiasi wajahnya saat melihat Sakura begitu fokus di hadapan panci dan wajan. Beberapa saat kemudian, Sakura berbalik sambil membawa sepiring penuh makanan menuju meja makan, dan matanya langsung menangkap sosok Hongjoong yang sudah berdiri di ambang pintu.
“Kau sudah bangun?” sapanya ceria, matanya berbinar hangat.
Hongjoong mengangguk, mendekati meja dan duduk. “Kau masak apa pagi ini?” tanyanya sambil menghirup aroma yang sedap.
Sakura meletakkan piring-piring di atas meja, duduk di hadapan Hongjoong. “Hanya sarapan sederhana. Aku masak omelet keju, roti panggang, dan sedikit salad sayur. Kupikir kau pasti suka.”
Hongjoong tersenyum, mengamati makanan di hadapannya. “Terlihat enak. Aku yakin rasanya juga luar biasa,” katanya sambil mengambil sepotong roti panggang. Dia menggigitnya perlahan, dan seketika mata Hongjoong berbinar.
“Kau benar-benar berbakat dalam memasak, Sakura,” pujinya dengan tulus. “Rasanya luar biasa. Kau pasti akan menjadi calon istri yang hebat,” tambahnya dengan nada ringan.
Sakura, yang sedang menyuap salad, tiba-tiba tersedak mendengar perkataan Hongjoong. Wajahnya memerah, matanya sedikit melebar karena terkejut. Hongjoong yang panik segera meraih gelas air dan menuangkannya dengan cepat.
“Minumlah, cepat!” ujarnya cemas, menyerahkan gelas itu kepada Sakura.
Sakura meneguk air dengan terburu-buru, kemudian batuk pelan sebelum akhirnya bisa bernapas dengan lebih tenang. Wajahnya masih merah, tapi kali ini bukan hanya karena tersedak. Hongjoong menatapnya dengan raut lega, tetapi juga menyimpan tawa kecil di sudut bibirnya. Lucu sekali, pikirnya, melihat Sakura yang malu-malu begitu.
“Maaf... aku tidak bermaksud membuatmu terkejut,” ucap Hongjoong, menahan senyum.
Sakura menggeleng cepat, berusaha terlihat biasa. “Tidak, tidak apa-apa,” balasnya, tapi jelas terlihat masih ada rona merah di pipinya.
Setelah itu, mereka melanjutkan makan dalam keheningan yang nyaman. Sesekali Hongjoong memuji masakan Sakura, membuat wanita itu tersipu lagi, tetapi ia merasa bangga dengan apa yang disajikannya. Setelah selesai makan, Hongjoong dengan sukarela membantunya membersihkan meja dan mencuci piring.
“Biar aku yang bilas dan mengelap,” kata Hongjoong sambil mengambil posisi di samping Sakura yang sudah mulai menyabuni piring-piring kotor.
“Kau tak perlu repot-repot, Hongjoong. Aku bisa melakukannya sendiri,” protes Sakura lembut.
“Tidak masalah. Lagipula, ini adalah bagian dari kesenangan.” Hongjoong tersenyum kecil sambil mengambil piring pertama yang sudah disabuni Sakura, membilasnya dengan air bersih lalu mengelapnya hingga kering.
Mereka bekerja berdampingan, tangan sesekali bersentuhan tanpa sengaja, membuat percikan rasa yang aneh namun menyenangkan di antara mereka. Sesekali mereka tertawa kecil karena lelucon ringan yang terlontar, tetapi ada juga momen di mana mereka hanya menikmati kebersamaan dalam diam.
Namun, waktu terus berjalan. Setelah selesai mencuci piring, Hongjoong melirik jam dinding dan menarik napas panjang. “Aku harus segera pergi ke kebun. Banyak yang harus kuurus,” katanya pelan, menatap Sakura dengan sedikit berat hati.
Sakura juga merasa ada beban yang menekan di dadanya mendengar kata-kata itu. Ia tahu, waktunya di sini sudah hampir habis. “Aku juga harus segera bersiap pulang ke kota,” jawabnya, senyum di wajahnya sedikit pudar.
Mereka berdiri di ambang perpisahan, meskipun tak ingin. Sakura, dengan keberanian yang muncul begitu saja, memandang Hongjoong dengan tatapan lembut. “Kalau kau punya waktu, datanglah ke kotaku. Aku akan membawamu ke tempat-tempat menyenangkan. Ada banyak yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikanmu di sini.”
Hongjoong tersenyum hangat, matanya bersinar penuh rasa syukur. “Tentu. Lain kali, aku pasti akan ke sana. Aku ingin tahu tempat-tempat yang kau suka.”
Mereka bertukar pandang untuk beberapa saat, sebelum Hongjoong akhirnya mengangkat tangan dan mengusap lembut puncak kepala Sakura. “Hati-hati di jalan nanti. Aku akan menunggumu kembali ke sini kapan pun kau mau.”
Sakura mengangguk pelan, dadanya dipenuhi rasa hangat yang aneh, namun begitu menyenangkan.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla • Hongjoong × Sakura ✔
FanfictionSakura, seorang wanita kota yang stres karena pekerjaannya di kantor memutuskan untuk berlibur ke pedesaan dan tinggal di perkebunan vanila. Di sana, dia bertemu dengan Hongjoong, pemilik kebun yang hidup sederhana, namun penuh kebijaksanaan. Perlah...