2. Bayangan Awal

100 3 0
                                    

Di sebuah malam yang sunyi di pulau terpencil, Alya berdiri di dekat jendela kamar kecilnya. Angin laut yang dingin menusuk kulitnya saat dia mengamati mansion mewah yang tampak angkuh di bawah sinar bulan. Damien Byron, pria yang selama ini menjadi sasarannya, adalah sosok yang tak pernah mendekati perempuan. Semua pelayan wanita di mansion itu menjaga jarak darinya, takut akan sifat psikopatnya yang kejam dan brutal. Namun Alya tahu, untuk menyelesaikan misinya, dia harus bisa menembus dinding pertahanan Damien, apapun risikonya.

Hari demi hari, Alya semakin mendekatkan dirinya pada Damien. Awalnya, Damien tidak mempedulikannya, menganggap Alya tak lebih dari sekadar pelayan biasa. Namun, Alya terus bermain cerdas-berperan sebagai pelayan yang patuh tetapi juga memancarkan pesona yang tak bisa diabaikan.

Suatu malam, ketika Alya sedang membereskan meja makan di ruang besar mansion, Damien masuk dengan langkah berat. Otot-otot tubuhnya yang besar terlihat jelas di bawah kemeja tipis yang dikenakannya, sementara wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"Kenapa kau masih di sini?" suara Damien terdengar berat dan dingin, seperti biasa.

Alya menoleh dengan senyum lembut, meski hatinya berdegup cepat. "Maaf, Tuan Damien. Saya hanya ingin memastikan semuanya sudah rapi sebelum meninggalkan ruangan."

Damien berjalan mendekat, menatapnya dengan mata tajam. "Kau berbeda dari pelayan lain. Kau tidak takut padaku?"

Alya menahan napas sejenak, lalu melangkah lebih dekat, meskipun instingnya memperingatkan untuk berhati-hati. "Mengapa saya harus takut pada Anda, Tuan? Anda adalah pemilik tempat ini. Saya hanya ingin melakukan tugas saya dengan baik."

Damien mengangkat alisnya, tampak tertarik. Jarang sekali seseorang berani mendekatinya seperti itu. "Kau benar-benar tidak takut, ya?" Dia tertawa kecil, suara tawanya terdengar tajam di udara.

Alya melihat ini sebagai kesempatan. Dengan lembut, dia menyentuh lengan Damien. "Mungkin saya bisa membantu lebih dari sekadar menjadi pelayan di sini, Tuan. Saya bisa melakukan lebih banyak untuk Anda... jika Anda membiarkan saya."

Mata Damien menyipit. Ada ketegangan dalam udara malam itu, ketegangan yang sulit diabaikan. Damien, yang terbiasa ditakuti oleh semua orang di sekitarnya, merasa penasaran dengan perempuan ini. Dia tidak tahu bahwa Alya sedang memainkannya, mencoba mendapatkan kepercayaan untuk mencuri informasi penting.

Beberapa minggu berlalu. Alya perlahan-lahan berhasil mendekati Damien. Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama-Damien membiarkannya lebih dekat daripada siapapun yang pernah ada dalam hidupnya. Malam-malam panjang di mansion Byron mulai dipenuhi dengan interaksi intim mereka. Damien yang tidak berpengalaman dalam hubungan dengan perempuan, tertarik dengan tubuh Alya, tanpa menyadari efek jangka panjang dari permainan mereka.

Namun, ada satu hal yang Alya tidak ketahui tentang Damien-pengetahuannya tentang reproduksi manusia jauh di atas rata-rata. Damien sangat terobsesi dengan kehidupan manusia dan aspek biologis, terutama kehamilan. Meskipun dia tidak pernah terlibat dalam hubungan serius, Damien secara tak terduga memahami lebih banyak tentang kehamilan dan reproduksi daripada yang terlihat dari luar.

Pada suatu malam, ketika mereka sedang duduk di ruang pribadi Damien, Alya mencoba menggali informasi lebih dalam.

"Apa kau pernah memikirkan tentang keluarga?" tanya Alya pelan, suaranya lembut namun penuh maksud.

Damien yang sedang menatap api di perapian, menjawab datar. "Keluarga?" Dia menoleh dengan pandangan yang tajam. "Aku tidak butuh keluarga. Tidak ada perempuan yang bisa menanganiku." Dia tertawa kecil.

Alya tersenyum tipis, mencoba menyelidiki lebih jauh. "Tapi pasti ada sesuatu yang kau inginkan... keturunan, mungkin?"

Damien memandang Alya dengan tatapan yang aneh, lalu berkata, "Keturunan?" Dia menyeringai. "Manusia... reproduksi itu menarik, tetapi aku tidak butuh anak-anak. Mereka hanya melemahkanmu. Tapi, kau mungkin bisa berubah pikiran."

Alya tersentak sedikit mendengar kata-kata Damien, namun dia menyembunyikan keterkejutannya. Dia tidak menyadari bahwa tubuhnya yang sering Damien "mainkan" telah menyebabkan sesuatu yang lebih besar berkembang di dalam dirinya.

Bulan demi bulan berlalu. Alya mulai merasakan perubahan aneh pada tubuhnya. Pakaiannya mulai terasa lebih ketat, tetapi dia mengabaikan gejala-gejala awal itu. Sikap acuh Alya terhadap tubuhnya, serta obsesinya pada misi, membuatnya tidak sadar bahwa dia sedang hamil-dan bukan hanya satu bayi, tetapi lima bayi kembar makrosomia.

Setiap malam, Alya terus mendekati Damien, menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Dia tidak menyadari bahwa tanda-tanda kehamilan semakin jelas. Terkadang, dia merasa mual, tetapi mengabaikannya, berpikir itu hanya akibat kelelahan. Perutnya yang mulai membesar juga dianggapnya sebagai berat badan yang bertambah akibat terlalu sering makan malam di mansion.

Suatu malam, ketika Alya tengah bersiap-siap untuk tidur di kamarnya, Damien tiba-tiba masuk. Dia memandang Alya dengan tatapan serius. "Ada sesuatu yang aneh denganmu."

Alya menoleh dengan kaget. "Apa maksudmu?"

Damien melangkah mendekat, menatap perut Alya yang sedikit menonjol. "Kau tidak menyadarinya?" suaranya rendah namun penuh peringatan.

Alya menggeleng bingung. "Tidak ada yang salah denganku. Aku hanya... sedikit berat badan mungkin."

Damien menyeringai, memandang Alya dengan tatapan tajam. "Berat badan? Aku sudah melihat ini sebelumnya. Kau hamil, Alya."

Alya tersentak mendengar kata-kata itu, merasa dunia seakan runtuh di sekelilingnya. "Apa... apa yang kau katakan?"

Damien tertawa pelan, lalu berjalan mendekat dan meletakkan tangannya di perut Alya. "Kau tidak menyadarinya selama ini? Kau membawa lima bayi dalam perutmu, Alya."

Kata-kata Damien menusuk hati Alya seperti pisau. Lima bayi? Bagaimana mungkin? Alya mulai panik, namun dia menyembunyikan ketakutannya di balik wajah dinginnya. "Kau pasti bercanda, Damien. Itu tidak mungkin."

Damien tersenyum tipis, matanya berkilat aneh. "Kita lihat saja nanti. Tapi, jangan pernah berpikir kau bisa meninggalkan pulau ini sekarang."

Alya merasa terjebak dalam jaring yang dia buat sendiri. Misinya semakin berbahaya, dan sekarang tubuhnya sedang melawan waktu dengan kehamilan yang dia takuti untuk diterima. Satu langkah salah, dan bukan hanya hidupnya yang berakhir, tetapi juga nasib kelima bayi yang tumbuh tanpa dia sadari.

Bayang - bayang  di Pulau TerpencilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang