Kehamilan Nadia kini telah memasuki usia lima bulan, dan **perutnya yang besar sudah tidak bisa lagi disembunyikan.** Meskipun Nadia berusaha menutupi keadaannya dengan pakaian longgar, kehamilan kembar tiganya semakin jelas terlihat, membuat situasi semakin sulit baginya. **Victor, yang sejak awal tidak menginginkan bayi-bayi itu, menjadi semakin kasar dan kejam terhadap Nadia.** Setiap malam, ketika marah atau frustrasi, Victor sering memukul perut hamil Nadia dengan kesengajaan yang sadis, seolah ingin menghukum Nadia karena kehamilannya yang terus berkembang.
**Di malam-malam itu, Nadia hanya bisa menahan rasa sakit dan ketakutan,** takut akan nyawanya sendiri dan bayi-bayi yang tumbuh di dalam perutnya. Dia tidak memiliki tempat untuk melarikan diri, dan tidak ada yang bisa menolongnya di mansion Byron yang penuh dengan kekejaman dan rahasia gelap.
**Suatu siang, saat Alya sedang berjalan di taman kota tempat mereka menginap di negara tersebut,** dia bertemu dengan Nadia yang tampak gelisah dan cemas. **Nadia duduk di bangku taman, tangan lembutnya terletak di atas perutnya yang sudah sangat menonjol.** Wajahnya pucat dan tampak lelah, seolah-olah beban emosional dan fisik yang dia hadapi sudah terlalu berat untuk ditanggung.
Alya duduk di samping Nadia, melihat wajah temannya yang penuh penderitaan. **Mereka sudah cukup dekat sejak pertemuan pertama, karena keduanya berbagi nasib yang hampir serupa: sama-sama terjebak dalam kehamilan yang tidak diinginkan, di bawah kendali pria yang kejam.**
"Nadia," Alya memulai dengan suara lembut, "kau terlihat sangat lelah. Bagaimana keadaanmu?"
Nadia menunduk, suaranya hampir seperti bisikan. "Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan, Alya. Perutku semakin besar, dan Victor semakin sering memukulku. Dia bilang aku harus menyembunyikan kehamilanku, tapi itu sudah tidak mungkin lagi. Dia tidak pernah menginginkan bayi-bayi ini... dan aku tahu dia akan membunuhku atau mereka, cepat atau lambat."
**Alya merasakan simpati yang mendalam untuk Nadia,** tetapi dia tahu bahwa situasinya sendiri juga sulit. Dengan kehamilan kembar lima yang tidak dia inginkan, dan tubuhnya yang semakin berat, dia merasa terjebak di antara tanggung jawab misi dan perjuangan pribadinya.
"Aku tahu apa yang kau rasakan," Alya berkata pelan. "Kehamilan ini... rasanya seperti beban yang tidak bisa kita hindari. Aku juga tidak menginginkan bayi-bayi ini, tapi aku tidak punya pilihan lain selain berpura-pura, sama seperti dirimu."
**Nadia menatap Alya, matanya penuh dengan air mata yang tertahan.** "Aku ingin kabur, Alya. Aku tidak bisa bertahan di sini lagi. Setiap malam aku merasa Victor akan membunuhku. Dia memukul perutku dengan sengaja, mencoba menyakiti bayi-bayi ini. Tapi aku tidak bisa lari. Tidak ada tempat untukku."
Alya mengangguk, memahami sepenuhnya ketakutan Nadia. **Dia sendiri sudah lama merencanakan pelariannya,** tapi dengan kehamilannya yang semakin membesar, dia tahu bahwa kabur dari situasi ini akan jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan. "Aku juga ingin keluar dari semua ini, Nadia," kata Alya dengan suara tegas. "Tapi kita harus cerdas. Kita harus menemukan waktu yang tepat dan cara yang aman."
Nadia terisak pelan, tangannya mencengkeram perut besarnya dengan kuat. "Aku hanya ingin bayi-bayi ini lahir dengan selamat, meskipun aku tidak tahu apakah aku bisa mencintai mereka. Tapi aku takut... aku takut Victor akan membunuh mereka, bahkan sebelum mereka lahir."
**Alya merasakan dorongan untuk melindungi Nadia dan bayi-bayinya,** meskipun dia sendiri masih merasa tidak mampu menangani kehamilannya sendiri. **Victor semakin berbahaya**, dan perlakuan kejamnya terhadap Nadia hanyalah bukti dari betapa sedikitnya dia peduli terhadap kehidupan orang lain.
"Victor adalah monster," kata Alya dengan suara yang dingin. "Dia tidak punya hak untuk menyakiti dirimu atau bayi-bayimu. Kita harus menemukan cara untuk melarikan diri dari sini, entah bagaimana."
**Mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak,** menikmati ketenangan yang diberikan oleh taman kota itu, jauh dari kekerasan yang mengintai di balik pintu-pintu mansion Byron. Tapi di balik ketenangan itu, **ada rasa takut dan kecemasan yang terus tumbuh di hati mereka.**
Nadia kemudian memecah keheningan, suaranya bergetar penuh kesedihan. "Aku ingin melarikan diri, Alya. Tapi aku tidak tahu bagaimana. Kau tahu apa yang terjadi padaku setiap malam. Kau tahu betapa kejamnya Victor."
**Alya menatap perut Nadia, yang tampak begitu berat dengan bayi-bayi kembar yang tumbuh di dalamnya.** "Aku akan membantumu, Nadia," kata Alya dengan tekad. "Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku tidak akan membiarkan Victor menyakitimu lebih lama lagi."
Namun, **di dalam hati Alya, dia juga tahu bahwa kabur bukanlah hal yang mudah.** Dengan perut mereka yang semakin besar dan tubuh yang semakin lambat, melarikan diri dari keluarga Byron adalah tantangan besar. Meskipun begitu, Alya tetap berjanji untuk membantu Nadia, karena dia tahu bahwa nasib mereka berdua kini terikat pada rencana yang lebih besar—rencana untuk keluar dari mimpi buruk ini, bahkan jika itu berarti harus melawan Victor dan keluarganya.
**Alya dan Nadia berpisah hari itu dengan perasaan was-was,** tapi dengan tekad yang semakin kuat. **Keduanya tahu bahwa waktu mereka semakin menipis,** dan mereka harus menemukan jalan keluar dari kehidupan yang menekan mereka ini sebelum terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang - bayang di Pulau Terpencil
Mystery / ThrillerAlya seorang perempuan berusia 23 tahun yang ditugaskan oleh negaranya untuk menyelidiki kasus mengenai senjata ilegal dan kasus ekperimen manusia. mampukah alya melakukan nya