05

596 76 5
                                    

"Mengapa kau melakukan ini untukku?" suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, hampir seperti bisikan.

"Karena dia layak mendapatkan kesempatan untuk hidup, Sasuke. Begitu juga kau."

______

Sasuke terbangun dari tidurnya dan terengah-engah, rasa sakit mendadak menyerang tepat di kepalanya, ia tidak tahu mengapa.

Seringkali, ia terbangun dari tidurnya di tengah malam seperti saat ini. Ingatan-ingatan tentang masa lalu selalu mendadak muncul di ruang bawah sadarnya hingga membuatnya terbangun dan berakhir kembali tidak bisa tidur.

Sasuke duduk di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar tidurnya yang gelap. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan jantungnya masih berdetak kencang. Bayangan wajah Hinata, kata-katanya yang lembut namun penuh keteguhan, terus berputar di pikirannya. Kata-kata itu menghantuinya, seperti melodi yang tak pernah usai.

Dengan napas yang masih terengah, Sasuke berdiri, matanya mengarah ke pintu kamar Aiko yang berada di seberang lorong. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali dia bisa tidur dengan tenang, tanpa bayang-bayang masa lalu yang mengganggunya.

Perlahan, Sasuke berjalan menuju kamar putrinya. Pegangan pintu berderit lembut saat ia membukanya, dan di sana, Aiko tampak terlelap, tubuh kecilnya terbungkus rapat oleh selimut. Wajah mungilnya terlihat tenang, berbeda dengan kegelisahan yang menyelimuti pikirannya setiap malam.

Sasuke berdiri di samping tempat tidur Aiko. Ia menatap putrinya dalam diam, bayangan wajah Hinata kembali terlintas di benaknya. "Dia layak mendapatkan kesempatan untuk hidup..." kata-kata itu terngiang lagi. Sasuke mengulurkan tangannya, perlahan mengusap lembut rambut hitam Aiko, merasa hangat di tengah kegelapan malam yang mencekam.

Saat tangannya menyentuh puncak kepala Aiko, gadis kecil itu sedikit bergerak, kelopak matanya berkedip-kedip sebelum akhirnya terbuka.

"Ayah...?" Aiko bergumam dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Sasuke menarik tangannya, sedikit terkejut bahwa usapannya telah membangunkan putrinya. "Maafkan aku, Aiko. Aku tak bermaksud untuk membangunkan mu," ucap Sasuke lembut, suaranya berusaha menenangkan.

Aiko mengucek matanya, kemudian menatap ayahnya yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. "Kenapa Ayah ada di sini?" tanyanya dengan nada polos, matanya masih sedikit tertutup karena rasa kantuk yang belum sepenuhnya hilang.

Sasuke terdiam sejenak, mencari jawaban yang tepat. "Ayah hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," jawabnya akhirnya, meski itu tidak sepenuhnya jujur. Ada rasa takut yang tak mampu ia ungkapkan, rasa takut bahwa ia mungkin tak bisa selalu berada di sini untuk Aiko, seperti yang pernah ia alami dengan Hinata.

Aiko tersenyum kecil, meski masih setengah mengantuk. "Aku selalu baik-baik saja, Ayah... Aku kan selalu punya Ayah yang menjagaku."

Sasuke merasakan sesak di dadanya mendengar kata-kata putrinya. Ia mengangguk pelan, menatap putrinya dengan kasih sayang yang dalam, sebelum berkata, "Tidurlah lagi, Aiko."

Aiko kembali membenamkan tubuhnya di bawah selimut, menutup matanya dengan nyaman. Namun, sebelum sepenuhnya terlelap, suaranya terdengar berbisik, "Ayah... jangan pergi jauh-jauh, ya?"

Sasuke menunduk, menatap putrinya yang sudah hampir tertidur kembali. "Tidak akan, Aiko. Ayah di sini."

•••

Keesokan harinya, pagi yang tenang menyelimuti kediaman Uchiha. Sasuke duduk bersama Aiko di meja makan, menyiapkan sarapan sederhana. Ia belum memberi tahu putrinya bahwa hari ini, ia harus pergi keluar dari desa untuk misinya lagi.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang