Bab 3

1.5K 192 5
                                        

Aiko Uchiha tidak tahu mengapa, tapi dia selalu merasa bahwa orang-orang dewasa selalu menyembunyikan sesuatu dari anak kecil. Tak terkecuali termasuk ayahnya, selalu menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

Meskipun Sasuke adalah ayah yang penyayang, ada saat-saat di mana Aiko merasa ada jarak di antara mereka. Terutama ketika pertanyaan-pertanyaan sederhana yang ia lontarkan, seperti tentang ibunya, muncul di benaknya. Setiap kali dirinya mencoba untuk menanyakan hal itu, Sasuke selalu mengalihkan pembicaraan atau memberikan jawaban yang sangat singkat atau bahkan menjawab dengan nada dingin yang sukses membuatnya terdiam.

Sejak ia berumur 5 tahun, berbagai rasa penasaran membuatnya sering bertanya-tanya pada siapa saja yang bisa ia tanyai.

Namun sekarang, Aiko belajar untuk tidak terlalu banyak bertanya, meski hatinya penuh dengan rasa ingin tahu. Dia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mandiri, namun ada perasaan kosong di dalam dirinya yang sering kali membayangi kebahagiaan yang tengah ia rasakan.

Seperti pada suatu waktu, teman-temannya di sekolah sering berbicara tentang keluarga mereka-tentang ibu, ayah, kakak, bahkan adik-tetapi Aiko tidak pernah bisa ikut andil dalam percakapan itu, setidaknya tidak ketika topik "ibu" muncul.

Seperti pada saat ini, bel istirahat sekolah berbunyi. Aiko duduk bersama beberapa temannya di taman bermain. Mereka sedang duduk di bawah pohon besar yang rindang, menikmati bento yang dibawa masing-masing dari rumah. Sambil makan bersama-sama dan berbincang, salah satu temannya, Yui, mulai bercerita dengan penuh semangat.

"Apa kalian tahu? ibu ku berkata pada hari minggu kami akan pergi ke taman bunga bersama. Aku senang sekali!, Ibu bilang akan ada banyak bunga sakura yang mekar, aku benar-benar tidak sabar!" kata Yui dengan mata berbinar-binar, bersemangat menceritakan apa yang dijanjikan ibunya.

Teman-teman Aiko yang lainnya pun ikut bergabung dalam percakapan itu, menceritakan hal-hal menyenangkan yang pernah mereka lakukan bersama ibu mereka.

"Ibuku juga sangat menyukai bunga!" sahut temannya yang lain, Haruka. "Dia bilang kami akan menanam bunga di halaman rumah kami ketika hari libur tiba."

Semua anak di sekitar Aiko tampak begitu bersemangat ketika berbicara tentang ibu mereka. Mereka bercerita tentang bagaimana ibu mereka membuatkan makanan favorit, mengajak mereka berjalan-jalan, atau membacakan cerita dongeng sebelum mereka tidur.

Aiko hanya duduk diam, mendengarkan tanpa kata, sementara rasa tidak nyaman perlahan mengisi relung hatinya. Dia menunduk, memandangi kotak bento nya yang dibawakan oleh Ayahnya yang sudah setengah habis, sambil berpikir.

Semua teman-temannya memiliki pengalaman yang menyenangkan bersama ibu mereka. Namun mengapa, hanya dirinyalah yang tidak mengenal sosok ibunya?

Jangankan mengenalnya, melihat rupa ibunya saja ia tidak pernah. Terkadang, rasa penasaran Aiko membuncah. Ingin sekali ia berterus terang kepada Ayahnya dan menodongkan berbagai pertanyaan-pertanyaan seperti,

Dimana ibunya berada?
Bagaimana rupa ibunya, apakah ia cantik hingga membuat ayahnya jatuh cinta padanya?
Mengapa ibu tidak ada bersama kita?
Apakah ibu tidak mencintaiku hingga ia tidak ada bersama kita?

Banyak. Namun semuanya hanya dapat ia simpan di kepalanya yang penuh tanda tanya.

Teman-temannya masih sibuk bercerita, hingga tiba-tiba, Yui menoleh ke arah Aiko, wajahnya tampak penasaran mengapa teman disampingnya ini hanya diam saja.

"Aiko, kau sendiri bagaimana dengan ibumu? Apa yang biasanya kau lakukan bersama ibumu?" tanya Yui, dengan polosnya.

Aiko terdiam. Pertanyaan itu menghentikan seluruh percakapan di antara mereka. Teman-temannya yang lain juga ikut menatap Aiko, menunggu jawabannya. Dia merasa jantungnya berdebar lebih cepat.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang