04

836 112 2
                                    

Setelah selama seminggu penuh ia berada di Konoha, Sasuke kembali menerima panggilan misi. Kini ia sedang berada di kantor Hokage, untuk mengetahui apa detail misinya kali ini.

Aiko ikut bersamanya, karena sebelum ia menerima panggilan misi yang tiba-tiba itu dari salah satu anggota ANBU bertopeng, ia dan Aiko sedang berada di Taman bermain. Jadi, mau tidak mau dirinya mengajak Aiko ikut ke kantor Hokage.

Saat pintu ruangan Hokage terbuka, Aiko langsung melihat sosok pria berambut pirang yang sangat dikenalnya. Uzumaki Naruto, Hokage Ketujuh, terlihat tengah sibuk mengurus berbagai dokumen di mejanya. Namun, begitu mendengar suara langkah kaki masuk, ia menoleh dan senyum hangat langsung muncul di wajahnya.

"Paman Naruto!" seru Aiko dengan bersemangat, melambaikan tangan kecilnya ke arah Naruto.

Naruto tersenyum lebar, meletakkan penanya sejenak dan bersandar di kursi kebesarannya. "Aiko-chan! Kau datang bersama ayahmu hari ini?" tanyanya, senang melihat putri sahabatnya itu yang sudah beberapa minggu ini jarang ia temui.

Sasuke, yang berjalan di belakang Aiko, hanya memberikan anggukan singkat sebagai sapaan. "Naruto, aku perlu bicara tentang detail misi. Aku titip Aiko disini sebentar," ucapnya dengan nada yang datar namun tegas.

Naruto mengangguk, memahami situasi tersebut. "Yosh! Tentu saja, Sasuke. Serahkan saja padaku," jawabnya dengan suara penuh percaya diri. Dia kemudian memandang Aiko, "Aiko-chan, kau bisa menunggu di sini bersama paman sementara ayahmu menyelesaikan urusannya. Bagaimana?"

Aiko mengangguk, meski matanya sesekali melirik ke arah ayahnya yang bersiap untuk pergi.

Sasuke memandang putrinya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Tinggallah di sini dan bersikap baik. Aku akan segera kembali."

Setelah itu, Sasuke keluar dari ruangan untuk menemui timnya dan membicarakan detail misi yang akan ia jalankan. Meninggalkan dua orang berbeda usia tersebut. Naruto menatap Aiko yang terlihat tenang duduk di sofa. Gadis itu, memandang kearahnya bingung, yang membuat Naruto dengan cepat kembali tersenyum kepada Aiko, mencoba menghilangkan suasana canggung yang mungkin dirasakan gadis kecil itu.

"Jadi, Aiko-chan," Naruto memulai, sambil duduk bersandar di kursinya, "Apa yang sedang kau lakukan bersama ayahmu hari ini?"

Aiko yang semula duduk bersandar di sofa menegakkan badannya, dan menjawab dengan nada suara polos, "Kami sedang berada di taman, bermain ayunan. Ayah bilang dia jarang punya waktu untuk bermain denganku, jadi hari ini dia mengajakku ke taman." Wajahnya berubah sedikit muram saat dia melanjutkan, "Tapi kemudian ayah mendapat panggilan dan kami harus datang ke sini."

Naruto mengangguk, mengerti situasi yang sering terjadi dalam hidup Sasuke sebagai anggota ANBU. "Maafkan aku, Aiko-chan. Karena harus mengganggu waktu kalian. Ayahmu memang sibuk, tapi dia selalu berusaha meluangkan waktu untukmu ya, kan? Kau anak yang sangat penting baginya, kau tahu?"

Sejujurnya ia merasa bersalah pada gadis kecil di seberangnya itu, dia tidak pantas merasakan apa yang dulu pernah ia dan Sasuke rasakan. Seharusnya gadis kecil itu hidup dengan dilimpahi kebersamaan kedua orangtuanya, namun takdir berkata lain.

Aiko tersenyum kecil, tiba-tiba pikirannya terarah pada rasa ingin tahu di hatinya yang berusaha ia abaikan namun tidak bisa. Setelah beberapa detik hening, ia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Paman Naruto..."

Naruto yang semula kembali sibuk mengamati dokumen-dokumen di mejanya kini mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada Aiko. "Ya, Aiko-chan? Ada apa?"

Aiko menatap Naruto dengan mata yang penuh tanda tanya dan menggigit bibirnya sebelum akhirnya mengucapkan pertanyaan yang sudah sering mengganggu pikirannya. "Paman, apa paman tahu tentang ibuku?"

Pertanyaan itu membuat Naruto sedikit terkejut hingga matanya membulat. Dia menghela napas dalam, menatap Aiko dengan lebih serius.

Bajingan itu, dia belum memberitahu anaknya sendiri!

"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu, Aiko?"

Aiko menundukkan kepalanya, tampak ragu untuk melanjutkan. "Aku… aku pernah bertanya pada ayah, tapi dia tidak pernah menjawabnya. Dia selalu diam."

Naruto mengatupkan bibirnya, bingung harus merespon apa.

"Teman-temanku di sekolah sering bercerita tentang ibu mereka, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang ibuku sendiri. Aku ingin tahu, Paman. Apa paman tahu siapa ibuku?

Naruto merasakan ketegangan dalam pertanyaan Aiko. Dia tahu betapa beratnya topik ini bagi Sasuke dan bagi Aiko sendiri. Namun, dia juga mengerti betapa pentingnya bagi gadis kecil itu untuk mendapatkan jawaban. Namun, Naruto sendiri merasa ia tidak punya hak untuk menjelaskan segalanya pada gadis itu, jika ayahnya saja tidak memberitahunya, lantas ia memiliki hak apa hingga ia berpikir untuk dapat memberitahunya.

Ia berpikir sejenak sebelum menjawab dengan hati-hati. Tangannya terangkat mengusap belakang kepalanya, tanda bahwa ia gugup. "Aiko-chan," Naruto mulai dengan suara lembut, "Yang kutahu, ibumu adalah wanita yang sangat luar biasa. Dia sangat baik, kuat, dan begitu menyayangimu."

Aiko terperangah hingga bibirnya terbuka membentuk huruf 'o'. "Apa paman mengenal ibuku? Siapa namanya, paman?, kumohon beritahu aku."

Naruto terdiam sejenak, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Pertanyaan Aiko yang begitu polos dan tulus membuatnya merasa semakin sulit untuk menghindari topik yang tidak seharusnya dibahas. Ia menyandarkan diri di kursinya, mengusap tengkuknya dengan canggung. Menjelaskan hal ini kepada gadis kecil seperti Aiko tidak semudah yang ia bayangkan.

"Ehm... Aiko-chan..." Naruto berusaha menemukan kata-kata yang tepat, namun kata-kata terasa begitu sulit untuk keluar. "Paman dan Ib—ibumu... Dia—"

Sebelum Naruto bisa melanjutkan, suara langkah kaki yang tegas dan familiar terdengar mendekati ruangan. Pintu terbuka, dan Sasuke Uchiha muncul di ambang pintu, wajahnya tampak datar namun penuh ketegasan.

"Aiko," suara Sasuke terdengar rendah namun jelas, menghentikan percakapan di antara mereka. Naruto segera menghentikan ucapannya, sedikit lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan yang menurutnya sulit itu. "Kita harus pulang," lanjut Sasuke sambil mengarahkan pandangannya ke arah putrinya.

Aiko menoleh, sedikit terkejut melihat ayahnya sudah kembali. Ia tampak sedikit kecewa karena percakapannya dengan Naruto terhenti. "Tapi, Ayah..." Aiko mencoba protes kecil, ingin melanjutkan percakapannya dengan Naruto tentang ibunya.

Namun Sasuke segera memotongnya dengan nada yang datar namun tegas. "Tidak ada tapi. Sudah cukup kunjungan untuk hari ini."

Naruto, yang melihat ketegangan di antara ayah dan anak itu, hanya bisa menghela napas pelan. Ia memahami situasi yang sulit ini, terutama bagi Sasuke yang selalu berusaha menghindari membahas masa lalu yang ingin sekali dilupakannya. Naruto tahu bahwa ini bukan waktunya untuk mengungkapkan semuanya, meski hati kecilnya merasa sedikit iba kepada Aiko yang begitu ingin tahu.

"Aiko-chan," Naruto berkata sambil tersenyum, "Lain kali kita bisa bicara lagi, oke? Tapi sekarang dengarkan apa kata ayahmu."

Aiko hanya mengangguk pelan, bibirnya melengkung kebawah, membuah wajah kecewa yang kentara. Namun memilih untuk mengikuti keinginan ayahnya. Sasuke memberikan tatapan singkat ke arah Naruto, seolah mengucapkan terima kasih dalam diam, lalu menggandeng tangan Aiko sebelum berjalan keluar dari ruangannya.

Begitu mereka keluar, Naruto menghela napas dalam dan menatap pintu yang baru saja tertutup. "Sasuke... sebenarnya sampai kapan kau akan terus menutupinya dari putrimu?" gumamnya pelan, meski ia tahu bahwa pertanyaan itu tak akan mendapatkan jawaban dalam waktu dekat.

Dan Aiko Uchiha lagi-lagi harus menelan rasa kecewa ketika seluruh keingintahuannya harus kembali dikubur dalam-dalam karena kembali tidak mendapat jawaban.


•••

To be continued...

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang