02

7 3 0
                                    

⋆。˚୨𝐑𝐚𝐠𝐚𝐧𝐚୧˚。⋆

Jari-jari nya gemetaran bersamaan dengan deru nafasnya yang terdengar tak beraturan. Tak henti-hentinya dia bergumam bersama dengan rasa bahagianya yang kian membuncah.

"Dia kembali. Dia benar-benar kembali, permataku... Dhara."

"Kanda, ada apa?" tanya seorang pria bernama Adityawarman saat melihat gelagat aneh dari Wangsa yang tengah duduk di atas sofa.

"Aditya, dia kembali! Dhara ku, dia kembali!" ucapnya antusias seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan mainan baru.

"Sebentar, maksud Kanda... Dhara Jinata? Dhara yang melindungi Kanda dari serangan Ra Tanca?"

Wangsa mengangguk, seratus persen yakin jika ini sebuah kenyataan.

"Bukan bermaksud ingin menghancurkan kebahagiaan Kanda, tapi sudah berapa kali Kanda seperti ini? salah mengira gadis lain sebagai Dhara." ujar Adityawarman dengan ekspresi sendu.

Wangsa tersenyum tipis, kemudian menggelengkan kepalanya pelan, "tidak, kali ini aku yakin dia benar-benar Dhara. Sorot mata itu, suara itu, serta kebiasaan-kebiasaan kecilnya benar-benar mirip dengan Dhara." tutur Wangsa meyakinkan.

"Dimana Kanda bertemu dengan Dhara?"

"Aku bertemu dengannya pagi ini di sekolah. Ternyata dia satu SMA dengan kita sebagai anak baru, Aditya. Namanya pun masih sama, yakni Dhara Jinata."

Seolah tak percaya akan fakta yang baru ia dengar, Adityawarman membelalakkan kedua matanya, hampir keluar dari tempat yang seharusnya.

"Lo... bercanda kan?" tanya Adityawarman ragu-ragu. Bahkan saking kagetnya, logat Aditya pun berubah menjadi lo-gua yang secara tidak sengaja dia pelajari karena efek reinkarnasi bersama Jayanegara di zaman-zaman yang berbeda.

"Lihat mukaku, Aditya. Apakah menurutmu aku sedang bercanda?"

Aditya menatap wajah dari Jayanegara dengan seksama. Namun nihil, tak ada tanda-tanda seorang Jayanegara tengah bergurau disana.

"Mau dipikirkan bagaimana pun ini benar-benar mengejutkan, rasanya seperti mimpi karena bisa berhasil menemukan Dhara kembali," tutur Adityawarman. Pria itu senang, amat senang karena bisa bertemu lagi dengan wanita sehebat Dhara yang telah dia anggap sebagai adik perempuannya di masa dahulu kala.

"Ya, tapi aku bersyukur karena ini bukan mimpi. Bahkan hangat tangannya tadi pagi masih terasa di tanganku. Mungkin beberapa hari ke depan tangan ini tak akan aku bersihkan, Aditya." Jayanegara menatap lengannya yang sempat ia gunakan untuk menggenggam tangan mungil milik Dhara.

Aditya sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar hal gila yang Jayanegara niatkan. Namun ia tak terlalu ambil pusing karena dirinya juga tau seberapa lega nya Jayanegara setelah berhasil menemukan kembali sang wanita pemilik wajah seindah bulan purnama serta senyum secantik arunika.

"Tapi Kanda,"

Jayanegara menoleh, menuntut kelanjutan dari perkataan Adityawarman.

"Kanda tidak terlanjur menggunakan bahasa formal dengannya bukan? Kanda tau? di zaman sekarang menggunakan bahasa formal dianggap terlalu kaku dan...aneh, aku takut–"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang