Malam semakin larut, tae mulai memindahkan tempat bakaran barberkue ke pojok taman, jk yang sedang main uno dengan yang lain hanya mengamati taenya dari jauh.
Saat tae berjalan ke pokok taman untuk meletakan alat, sobinpun mengikutinya, sayang pandangan jk terhalang pohon dan bunga sehingga JK tak tau apa yang dilakukan. Sesaat hatinya menjadi gelisah. Yang lain pun menangkap kegelisahan itu
"Kalau suka t ngaku, jangan sok jual mahal", jimin
"Sobin menyukai tae lo jung", lisa
"Waah keknya bentar lagi mereka jadian, pasangan baruuu", mingyu
Jk hanya diam dan memilih acuh. Dia terdiam sejenak membayangkan tae kesekolah datang menggandeng tangan sobin. Kemudian sobin tak membiarkan tae menyapanya. Dan segala skenario jahat lainnya muncul. Jk menggelengkan kepalanya heboh, membuat teman2nya heran.
Akhirnya JK berdiri menyusul mereka. Sayup sayup JK mendengarkan pernyataann cinta sobin
"Gimana tae? Aku cinta sama kamu sejak SMP, kamu udah keburu pindah, jadi aku ga sempat menyatakan cinta"
"Sobina.. terimakasih.. kamu tau kan kalau aku..."
"Taeeeee kok lama banget", ucap JK cepat2 memotong ucapan tae. Dia ga mau tae berpaling. Tidak. Tae miliknya.
"Oh kookie, ini baru beres, mau gabung kesana"
"Tae... " lirih sobin
Tae menatapnya, dan mengelus kepala sobin.
"Kamu tau jawabannya kan", ucap tae
Sobin hanya tersenyum, lalu dengan gerakan cepat dia mengecup bibir tae dan lari begitu saja. Tae sempat mematung atas perlakuan sobin. Namun air mata JK sudah jatuh, tae kembali sadar dan menatap JK
"Kamu jadian ama dia, hiks",
" kenapa kookie, ayo balik", jawab tae
"KAMU JADIAN AMA DIA?? JAWAAB, HIKSS", teriak JK
Teriakannya cukup kencang, membuat teman2nya yang bermain uno pun pendengarnya.
"Sebaiknay kita tidur, sepertinya aku mendengar jeritan anak iblis" enwo
"Ayook.. gue merinding", ucap jimin.
Sobin masih enggan beranjak, namun ditarik oleh suga.
Tinggallah tae dan JK
"Hei, kenapa teriak gitu sayang", ucap tae setelah JK agak senang
Sialan, malah manggil sayang, guekan jadi malu, batin JK.
Jk membuang muka, dia malu yorobun
"Kookie.. ingin bicara sesuatu??" Tanya tae
"Ga, lo kegeeran, gue ga mau ngomong apa apa", jawabnya lalu pergi meninggalkan tae, namun ucapan tae sukses membuat JK menghentikan langkahnya
"Kookie, aku masih ingat ucapannya saat terakhir kita bertemu.. aku menepati janjiku untuk tak menganggumu.. tapi maaf, aku tak bisa menghilanglan perasaanku",
Tae menjeda ucapannya
"Sobin... dia anak yang menyenangkan, dan tidak jijik dengan gay sepertiku..
Aku harus bagaimana kookie?? Haruskah aku menunggumu sampai membuka hati? Atau aku memulai hubungan dengan sobin atau orang lain nantinya", ucap tae
Jk hanya diam, ingin rasanya menjerit, meminta tae jangan menyerah, namun lidahnya kelu.
JK melanjutkan langkahnay
"Kalau kamu meninggalkanku, aku menganggap kamu ingin aku berhenti memperjuangkanmu kookie. Kalau kamu mau menerima k menjadi kekasihmu, berbaliklah.. peluk aku", ucap tae. Jantungnya berdegup kencang, dia sudah siap dengan hal buruk itu lagi.
JK masih diam diposisinya. Dia ingin berbalik dan memeluk tae, namun lagi lagi dia kalah oleh dirinya sendiri. Setelah pergumulan panjang, JK menoleh kebelalang, senyum kotak terbaik muncul diwajah tae. Namun JK dengan cepat membalik tubuhnya dan lari ke dalam rumah.
Tae hanya diam menyaksikan cintanya pergi lagi.
"Maaf menyiksamu tae. Lepaskanlah dia.. kau berhak bahagia", ucap tae menatap pantulan wajahnya di kaca
.
.
.Pagipun tiba, semua seperti biasa. Tae dengan ceria menghidangkan nasi goreng andalannya ke semua orang. JK menatap tae, mata tae bengkak. Ah aku pasti menyakitinya lagi, batin jk sambil meremat sendoknya.
"Jung kenapa tak makan?? Masakan gue enak lo", ucap tae yang melihat Jk belum menyendok makananny
Jk menatap tak suka. Apa. Dia manggil gue jung, cih apaan sih norak, sok sok.lp gue lagi, batin JK kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkinkah?
Teen Fictioncerita seseorang yang memperjuangkan keyakinannya typo everywhereee kalo g ngerti alurnya, baca cerita penulis lain yaak disclaimer: cerita ini hanyalah fiksi belaka