[2] The Worry

316 52 11
                                    

Kamar itu masih terlihat rapi meski dipenuhi banyak buku yang terletak di lantai tidak beraturan. Tampaknya pemilik kamar belum berniat membereskannya. Dari kamar mandi yang berada di ujung kamar, terdengar gemericik air shower.

Sesampainya di apartment-nya, Hyeyoon langsung membersihkan diri di kamar mandi, lalu mengenakan piyama ternyamannya. Ia kemudian membaringkan badannya di kasur. Begitu badannya sudah tenggelam akan kenyamanan kasur, matanya sejenak menatap temaramnya cahaya di loteng kamarnya.

Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, ia harus mengakui bahwa ia masih begitu merindukan laki-laki itu. Pertemuan tadi cukup menegaskan perasaannya yang selalu disangkalnya. Sesibuk apapun aktivitas yang ia tekuni sekarang, Wooseok selalu mampir entah itu dalam mimpi, hati, maupun otaknya.

Pikirannya kembali mengantarnya kepada masa-masa itu, 5 tahun yang lalu.

Itu adalah bulan Oktober tahun 2024, lima bulan setelah episode terakhir drama mereka dan hype-nya masih booming di media manapun baik nasional maupun internasional.

Hyeyoon mengecek ponselnya yang bergetar. Itu pesan dari Wooseok

[Apa aku mengganggumu?]

Butuh beberapa menit sampai akhirnya Hyeyoon memutuskan mulai mengetik dan membalas pesannya.

[Kenapa?]

[Besok kosong?] Ia tahu apa yang diinginkan laki-laki ini.

[Ada apa?]

[Apalagi? Aku mau memenuhi janjiku.]

Pria ini tetap bersikeras akan janji itu. Hyeyoon masih ingat, lima bulan yang lalu di TV nasional Wooseok menyampaikan pesan bahwa ia berjanji akan mentraktir Hyeyoon makanan apa saja yang ia mau dan kapanpun yang dia inginkan. Hyeyoon masih ingat itu sebagai ungkapan terima kasih yang diucapkan Wooseok karena perannya di drama.

Hyeyoon tidak bisa pungkiri, ia kaget bukan main namanya disebut berkali-kali dalam interview yang dipandu Yoo Jaesuk dan Jo Seho tersebut. Hyeyoon sebetulnya sudah lupa soal traktiran itu, karena selama ini mereka sudah cukup sering makan bersama ditraktir Wooseok. Dia rasa janji itu sudah terpenuhi. Dan lagi, jikapun harus, Ia tidak mau gegabah.

Bertemu dengan pria ini hanya akan membuatnya sulit menahan diri lagi. Bertemu dengannya hanya akan membuat pertahanan Hyeyoon hancur seperti yang lalu-lalu.

[Aku rasa akan sulit, Oppa. Aku akan ke rumah ibu besok. Sudah cukup lama tidak pulang.]

Kenapa begitu sulit bertemu dirimu? Wooseok yang di seberang sana membatin karena jawaban Hyeyoon yang selalu mengelak untuk bertemu seminggu ini. Janji itu sebenarnya hanya alasan saja agar dia bisa bertemu dengan Hyeyoon, karena dia tidak punya alasan lain lagi kali ini.

[Aku hanya ingin mentraktirmu makan. Apa aku mampir saja ke apartment-mu malam ini membawa Tangsuyuk dan Jjampong setelah pemotretan?] Pria ini selalu saja seperti ini, benar-benar tidak takut dengan media yang mungkin telah mengintai gerak-geriknya.

[Apa oppa gila? Aku benar-benar tidak bisa. Oppa tidak usah menyulitkan diri untuk mentraktirku. Aku tidak masalah]

Tidak ada balasan apapun. Lima menit setelahnya, ponsel Hyeyoon berdering.

How Can I Love The Heartbreak, You Are The One I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang