Bunyi kilatan kamera terdengar dominan di sebuah ruangan yang sibuk dengan para staf yang berlalu lalang menjalankan tugas masing-masing. Byeon Wooseok memiliki tiga sesi pemotretan dengan brand yang diiklankannya dan ini adalah sesi yang terakhir. Pemotretan hari ini berlangsung lebih lama dari biasanya karena performanya yang kurang bagus sehingga harus mengulangi take beberapa kali lagi.
Pikirannya terlalu rumit menghadapi situasinya saat ini. Setelah jutaan kebahagiaan yang ia rasakan malam itu di apartment-nya, entah kenapa Hyeyoon mendadak terasa seperti orang lain. Dengan begitu tiba-tiba, Hyeyoon berubah sikap secara drastis, tidak seperti Hyeyoon yang dikenalnya.
Bukan tentang responnya yang lama atau tidak membalas pesannya lagi, wanita itu justru selalu membalas pesan dan mengangkat telfonnya bahkan lebih cepat dari biasanya. Namun kali ini cara bicaranya terasa berbeda. Dia tidak menanggapi percakapan yang dibangun Wooseok dan akan membalas ketus sekenanya. Perubahan sikap itu terasa begitu tiba-tiba.
Apa hari itu aku terlalu memaksanya menuruti keinginanku? Atau aku terlalu bersikap kasar padanya? Apa aku mengatakan sesuatu yang menyakitinya?
Dia sungguh tidak menemukan penyebab yang pas untuk itu. Ketika ditanya pun, respon sang wanita tidak pernah benar-benar menjawab pertanyaannya dengan tepat.
Atau mungkinkah dia sedang melewati hari yang buruk dan butuh waktu sendiri?
Jika berasumsi demikian, Hyeyoon tampak begitu ceria saat di bandara, baik waktu berangkat maupun kepulangannya dari Macau, di fanmeet juga sama. Sinarnya yang selalu seperti cerahnya mentari itu seolah tanpa beban.
Jadi apa yang salah? Apakah memang wanita itu jago sekali menyembunyikan masalah pribadinya soal hari-hari yang buruk atau memang sebenarnya Wooseok lah satu-satunya masalah bagi Hyeyoon?
Banyak pertanyaan yang berlintasan di kepala pria itu. Pun ketika perjalanan ke Bali beberapa hari lalu, dia tidak benar-benar bisa menjalani agenda workshop perusahaan yang diselingi liburan staf dan aktor dengan santai. Fokusnya begitu terpaku pada wanita itu dan layar ponselnya. Semua sikap Hyeyoon terasa janggal.
Hal yang dipikirkannya saat ini adalah dia harus bertemu wanita itu. Komunikasi langsung adalah hal yang paling utama untuk menuntaskan masalah, dia perlu bertanya bukan dengan pesan atau panggilan telpon.
Pria itu memutar otak, hingga ia menemukan satu hal bahwa janjinya di acara Yoo Quiz untuk mentraktir Hyeyoon makan belum benar-benar dilakukannya. Sebetulnya sudah beberapa kali mereka menghabiskan waktu makan bersama, mau di apartment atau di restoran dekat agensi di ruang VIP. Namun tidak pernah ada ucapan kalau saat itu Wooseok mentraktir sebagai pemenuhan janji dari ungkapannya di TV nasional.
Ini mungkin berhasil, setidaknya menjadi pancingan agar bertemu, pikirnya. Namun setelah mengusahakan itu, ternyata hasil yang didapatkan adalah kegagalan dan berakhir dengan diabaikannya panggilan telfon itu oleh Hyeyoon (re : Chapter 2)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak, You Are The One I Love
FanfictionBadai-badai itu memaksaku untuk menjauh. Jika itu memang benar bisa membuat sinarmu semakin terang, maka aku akan pilih pergi. Jika aku bisa memilih hidup bersamamu lebih lama, maka aku akan pilih selamanya. Percayalah, selamanya hanya ada kau disin...