WARNING! R-19
[Dimohon kebijaksanaan pembaca untuk menyesuaikan batasan umur]
Readers are respectfully encouraged to exercise discretion in observing age restrictions.
=========================================
"Aku ingin memelukmu malam ini."
Mata sang wanita mengerjap mendengar itu. Waktu seakan melambat, pikirannya buntu sesaat mencerna kalimat tersebut. Hyeyoon tahu maksud ucapan pria itu dan dia juga sama rindunya dengan sentuhannya.
Sekilas, pikiran-pikiran buruk mampir untuk menyadarkannya. Namun dia tepis dengan cepat, Hyeyoon ingin melupakan kekhawatirannya sejenak soal hari esok saat fajar datang, soal hal-hal yang terus membuatnya merasa tak tenang, setidaknya untuk malam ini. Maka, Hyeyoon menganggukkan kepalanya pelan sedikit malu.
Tanpa menunggu lama lagi, Wooseok kembali mencium Hyeyoon. Tubuhnya setengah bangkit tanpa melepas pagutan mereka, membuat Hyeyoon berada di bawahnya. Bibirnya yang penuh menekan bibir Hyeyoon dalam, sementara kepalanya terus miring ke kanan dan ke kiri menyesap bibir sang wanita.
Setiap kali bibir itu terangkat dari bibirnya ke sisi berlawanan, Hyeyoon merindukannya, seolah tidak mau pria ini jauh darinya barang satu sentimeter pun. Dia kalungkan kedua lengannya di leher pria itu agar ciuman mereka semakin dalam, kembali menghapus jarak-jarak yang memisah. Ciuman mereka menggema sensual menciptakan suara yang menjadi latar melodi yang mengalun di heningnya malam.
Wooseok membuka kaos yang dikenakannya. Sang wanita yang melihat itu tidak dapat menyembunyikan wajah merahnya yang seperti tomat. Garis-garis otot pria itu tergambar jelas, tubuhnya menyerupai dewa yang sering digambarkan orang-orang. Mata Hyeyoon terpana tak berbohong, tanpa disadari dia telah memandang tubuh pria itu terang-terangan, seakan merayunya tanpa menyadari tindakannya sama sekali.
Michigetda (ini gila).
Wooseok yang melihat ekspresi itu tak tahan untuk menempelkan kembali bibirnya pada Hyeyoon dan melumatnya, lalu melesakkan lidahnya ke dalam mulut wanita itu, memagutnya dengan mesra. Ciuman itu jadi berbeda, rasanya kini seperti penuh gairah dan tekad.
Ketika tangannya menyentuh ujung baju yang dikenakan Hyeyoon, ia berbisik dengan suaranya yang rendah.
"Apakah boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak, You Are The One I Love
Fiksi PenggemarBadai-badai itu memaksaku untuk menjauh. Jika itu memang benar bisa membuat sinarmu semakin terang, maka aku akan pilih pergi. Jika aku bisa memilih hidup bersamamu lebih lama, maka aku akan pilih selamanya. Percayalah, selamanya hanya ada kau disin...