Bab 7

24 19 0
                                    

"Rahasia? Apa maksudmu dengan itu? Kau tau permasalahan kenapa ini bisa terjadi?" tanya Kiana  sekali lagi kepada Viendra dengan harapan ia tau apa masalahnya.

Akhirnya dengan terpaksa Viendra harus mengungkapkan rahasia itu. "Aku tentu saja mengetahuinya. Aku tidak sengaja mengintip pembicaraan Ayah waktu itu."

"Mau aku ceritakan? Tentang apa yang kudengar?

"Cerita dan rahasia yang tersimpan? Apa maksudmu?" tanya Kiana dan Asha secara bersamaan

Viendra mulai menceritakan apa yang pernah ia dengarkan kepada mereka berdua. "Dengarkan aku baik-baik, aku harap ini dapat menjawab seluruh pertanyaanmu. Dan tidak lagi bertanya kepadaku."

~•~•~•~•~

"Ini, tidak mungkin? Bagaimana bisa Kerajaan itu semakin lama semakin maju? Ini tak akan kubiarkan itu terjadi. Tolong siapkan alat pertempuran, kita akan menyerang wilayah Qasha terlebih dahulu."  

"Baik, Tuan. akan kami siapkan."

Jantung Viendra berdetak cepat setelah percakapan itu selesai. "Perang? Apa yang ayah akan lakukan? Dan kenapa Ayah sangat membenci Kerajaan Adora maju?" 

Namun, saat akan melangkah. "Mau ke mana kamu, Viendra? Mencoba menghentikan tindakkan Ayah? Sayang sekali itu tidak akan pernah berhasil kamu lakukan!

Viendra kemudian menoleh ke belakang. "Apa salahnya aku menghentikan tindakannya itu?"

"Bagiku itu tindakan yang fatal, jangan mencoba untuk menghentikannya, dari pada kamu yang akan mendapatkan masalah," ucap Geo kemudian pergi meninggalkan Viendra di ruang itu.

"Apa maksudnya? Kenapa bisa seperti itu?"

"Viendra? Apa yang kau lakukan di sini? Kau menguping pembicaraan tadi? Ini area terlarang untuk didatangi olehmu, kau tau itu,kan?"

"Anu.." ucap Viendra dengan terbata-bata. Kemudian menoleh ke belakang.

"Nggak, Aku gak nguping sama sekali, Ayah. Aku ke sini cuman mau panggil ayah aja, gak bermaksud apapun."

Gerald pemimpin Kerajaan Aldmoor sekaligus orang yang mengangkat Viendra sebagai anaknya tidak percaya dengan ucapan Viendra. "Bohong, kau mengintip, bukan?" tanyanya diakhir kalimat sedikit ditekankan.

Viendra tetap kekeh menggelengkan kepalanya. "Nggak, Ayah. Aku gak bermaksud menguping...Tad–"

"Tadi,ya? Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Ini urusan, ayah. Bukan urusanmu. Sudah berapa kali, ya? Saya bilang kepadamu? Sejak  awal mengadopsi kamu, Viendra. Kau masih  mengingatnya, kan? Jangan bilang lupa."

"Maaf, Ayah. Aku gak bermaksud untuk datang kemari...Aku hanya tidak sengaja mendengarkan suara keributan yang berasal di sini. Karena penasaran dengan suara itu, aku putuskan untuk melangkah kemari."

Viendra menjelaskannya dengan kepala yang tertunduk ke bawah. Ia tidak berani menatap ke depan.

"Maaf, Ayah. Aku benar-benar tidak bermaksud melakukannya, aku hanya penasaran saja dengan suara keributan itu."

"Janji deh, besok gak akan aku lakuin lagi."

Setelah Viendra menyelesaikan kalimatnya, Gerald akhirnya berkata, "Kalau yang kau katakan benar, maka ayah tidak akan melakukan apapun. Tapi, jika kau berbohong jangan harap akan mendapatkan ampunan dari Ayah. Dan satu lagi, jangan diulangi. Ini yang terakhir kalinya kau melakukannya!"

Kiana ArsabillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang