Bab 8

23 19 0
                                    

"Syukurlah kau menangkap mereka, Viendra. Bawa saja ke tempat penampungan!"

Setelah berhasil melewati pintu masuk, mereka melanjutkan perjalanannya, sesuai yang diperkirakan oleh Viendra. Untuk mencapai tempat itu dibutuhkan perhitungan waktu yang tepat. "Kita tidak bisa sepenuhnya pergi ke sana, tunggu malam tiba, itu lebih baik."

~•~•~•~•~

"Viendra? Coba bisa diulangi lagi?"

"Tidak, aku tidak ingin mengulanginya, sangat memalukan!"

"Pantas saja dan aku nggak nyangka,sih. Kalau ucapanmu itu benar bisa jadi pemicu peperangan ini." Asha mencabir perkataan Viendra itu.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Asha membuat Kiana menoleh ke arahnya. "Asha? Apa maksudmu? Kenapa kau bilang seperti itu?"

"Eh, bukan apa-apa, kok. Mungkin salah denger aja, aku gak bilang apapun," jawab Asha sedikit gagap.

"Asha! Asha! Asha!" panggil Kiana berulang-ulang kali. Namun,  sepertinya Asha tidak menanggapinya. 

"Jawab Asha! Jangan diam saja,Sha!" 

Asha tetap tidak menanggapi panggilan dari Kiana yang kian lama semakin  mengeras, ia lebih memilih untuk  menghiraukannya. "Diamlah, berisik tau, gak?" katanya dengan nada yang tinggi

Kiana tentu saja tidak terima dengan tanggapan itu. "Asha, apa maksudmu? Aku hanya bertanya saja."

"Bisa diem ngakak, kalian? Berisik banget dari tadi, Viendra udah nyuruh kita diem." 

Haora mencoba meleraikan Asha dan Kiana yang lagi-lagi bertengkar. "Diam bisa, nggak? Nanti kalau ketahuan gimana? Kalian dari tadi berantem terus, mana gak ada habisnya lagi." 

Namun, semuanya sudah terlambat, ketika Haora menoleh kebelakang. "Shut, jangan sekarang. Tunggu saja arahan dariku," ucap Haora dengan suara samar. 

Arahan? Apa maksudnya? pikir Asha  dan Kiana dalam benaknya. 

Kemudian ia menyenggol Kiana seraya membisikan apa yang baru saja didengarnya. "Aku merasa ada yang aneh dengan teman kakak yang satu ini, aku bisa merasakan bahwa dia memiliki hubungan dengan kerajaan Aldmoor. Sesuai perkataan Viendra." 

"Hah? Apa maksudmu, Sha? Mana mungkin dia melakukannya...salah denger kali kamu." 

"Nggak, Kak. Mana mungkin aku salah denger?" 

"Mungkin aja, Sha." 

Tanpa mereka berdua sadari Haora telah menyelipkan sebuah alat pelacak baru dekat dengan kunciran rambutnya.  Namun, untung saja Asha dengan cepat menyadarinya. "Haora? Apa yang kau lakukan tadi?"

"Eh, gak apa-apa, Kok. Cuman mau rapiin rambutnya Kiana aja," jawabnya gugup.

"Emang, iya? Kau tidak berbohong dengan apa yang kau katakan, Haora?"

"Tidak, untung apa aku bohong, Sha? Aku beneran cuman mau merapikan rambutnya aja."

"Kalian, sudahlah. Jangan bertengkar dulu, dan untukmu Asha...jangan berpikir seperti itu, ya? Haora tidak akan sejahat itu kepada kita."

"Haora? Kau tidak mungkin melakukannya, kan?"

Kini pandangan Kiana menatap mata Haora. "Tidak, mana ada aku melakukannya? Apalagi menyelipkan alat pelacak? Huh! Itu tidak akan terjadi!" jawab Haora sebisa mungkin untuk tidak gugup saat menjawabnya.

Kiana ArsabillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang