Bab 3

31 25 2
                                    

"Turun kita sudah sampai," ucap Viendra setibanya di markas pribadinya. Namun, ketika melihat ke punggungnya sebuah senyuman terlukis disudut bibirnya.

Viendra tersenyum melihat Kiana yang tertidur itu, karena tidak tega untuk membangunkannya, akhirnya tubuhnya yang mungil dibaringkan di atas ranjang. "Aku akan menepati semua perkataanku, Kiana. Kau, jangan mengkhawatirkannya. " Tangannya dengan lembut membelai rambut panjang Kiana.

Sambil menunggu Kiana sadar, Viendra mulai menyusun recananya itu, untuk membantu Kiana merebutkan kembali Kerajaannya. "Sambil nunggu dia sadar lebih baik aku mulai menyusun strateginya, " ucap Viendra.

Beberapa jam telah berlalu. Namun, Kiana belum juga bangun. Tentu saja membuat Viendra sedikit gelisah. "Sialan, jangan sampai ayah mengetahui hal ini." gerutu Viendra sembari menguncang tubuh Kiana.

"Bangunlah, aku mohon, Kiana." Viendra membisikan kalimat itu di dekat telinganya, berharap Kiana mendengarkan bisikannya itu. "Kiana? Aku mohon," Viendra terus membisikannya.

Tidak berselang lama kemudian, Kiana mulai membuka matanya. Akan tetapi, ia sendirian di dalam sana. "Aku di mana ini?" batin Kiana.

Kiana yang sedang kebingungan itu, duduk di pinggir ranjang. "Apa ini rumah Viendra?" lanjut Kiana.

Yup, tidak berselang lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Namun, bukan Viendra yang membukanya melainkan pria yang tidak begitu asing untuk dilihat. "Siapa kamu? Mengapa ada di markas rahasia ini?" tanya pria itu dengan raut kebigungan saat matanya menemukan Kiana.

"Seharusnya saya yang bertanya, untuk apa anda kemari?" timpal Kiana, "Eh, kamu? Sialan! Dasar pengkhinat Kerajaan!" Kiana berteriak kesal ketika melihat wajah pria itu.

Pria itu tertawa renyah saat menyadari bahwa gadis di depannya adalah Putri kerajaan yang ia khianati. "Aku tidak menyangka, ya? Kita dapat bertemu di sini? Bagaimana kabarmu, setelah semua yang terjadi?"

"Dasar, kejamnya kau mengkhianati dan membunuh kerpercayaan orang tuaku! Akan aku pastikan, kau akan mendapatkan sebuah balasan yang setimpal!" Kiana bersumpah dengan perkataannya itu, membuat lawan bicaranya tertawa terbahak-bahak.

"Bagaimana caranya, Nona?" tanya orang itu, perlahan mendekat ke arah Kiana.

Kiana berjalan mundur mencoba untuk menghindarinya. Namun, sayang sekali semuanya sudah terlambat. Jarak mereka kini hanya sekepal tangan saja. "Takut, ya? Atau bagaimana? Aku tidak akan menyakitimu, jika kamu mau mengikuti perintahku."

"Tidak, aku tidak akan tertipu lagi olehmu, Azlan! Semua perkataanmu dan sumpah- sumpahmu itu sudah basi!" geram Kiana kesal berusaha menyingkirkan Azlan dari hadapannya.

Usaha yang sia-sia, Azlan semakin mendekat dirinya dan menyisakan jarak 5 cm.

"Azlan, sialan!" Sekuat tenaga Kiana mendorong Azlan hingga terjatuh. Azlan  pun terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Kiana. Sebuah senyuman pun terukir disudut bibirnya.

"Sudah berani, ya? Aku tidak menyangka, kau bisa melawanku, Kiana."

"Untuk apa aku takut denganmu? Setelah semua yang kau lakukan," timpal Kiana.

"Oke, aku mengerti tentang itu. Kedatanganku ke sini untuk memberi tahu, bahwa Geo sudah bergabung kembali ke bagian Keraj-" Ucapaan yang dipotong oleh gebrakan pintu.

BRAK!

Seseorang telah mendobrak pintu, ya. Tentu saja orang itu adalah Viendra."Menyingkirlah, dari Kiana! Tidak akan, kubiarkan anda menyentuhnya!" geram Viendra.

"Wah, kau datang tepat pada waktunya, Viendra. "Kini Azlan mengalihkan pandangannya. Ia menatap Viendra sejenak, sebelum berjalan menuju arahnya.

"Sialan! Apa yang kau inginkan?!"

Kiana ArsabillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang