Haiii, baca ini pas lagi ngapain?
Happy reading yaa!!_________________________________
Kali ini Ananta terbangun di sebuah ruangan yang sudah tak asing baginya. Aroma obat yang menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya sudah cukup membuktikan kalau tebakan Ananta benar. Ia sedang berada di rumah sakit. Di dalam kamar inap VIP dengan jarum infus yang menancap di punggung tangan dan masker oksigen yang entah sudah sejak kapan menghiasi wajahnya. Sebab merasa risih, Ananta melepas alat bantu pernapasan tersebut. Ia menoleh ke kiri, menemukan sang Mama yang tertidur sambil memeluk tangannya yang bebas dari jarum infus. Lalu pandangan Ananta beralih ke arah jam dinding, lantas ia tersenyum miris, pantas saja batinnya. Sekarang sudah jam 7 malam dan dirinya baru sadar. Lumayan lama juga ia pingsannya.
"Ma?" Suara lirih Ananta memanggil. "Mama?" Sekali saja tidak cukup, hingga Ananta harus mengulang untuk bisa membangunkan sang Mama.
Tidak tau diri, Ananta tidak tau diri. Harusnya ia tidak perlu menganggu tidur Mamanya.
"Nanta? Adek, udah bangun sayang?"
Namun yang namanya seorang ibu, meskipun lelah, meskipun mengantuk, ia akan tetap berdiri di garda terdepan jika anaknya butuh. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang tidak akan pernah keberatan untuk direpotkan anak-anaknya.
"Mama panggilkan dokter ya, Nak?"
Ananta menahan tangan Mama, kemudian menggeleng lemah. "Mau minum aja, Ma," katanya.
Tenggorokan Ananta kini terasa sangat kering. Ia butuh sedikit air supaya bicaranya tak lagi serak.
Dengan telaten Mama membantu Ananta minum. Memasangkan sedotan supaya memudahkan Ananta, agar anak itu tidak perlu mengubah posisi tidurnya.
"Sudah?"
"Makasih, Ma."
Mama hanya mengangguk. Wanita yang wajahnya sudah sedikit keriput dan sedikit sendu itu lalu mengusap kepala Ananta, menatapnya dalam-dalam seperti sedang merindukan sosok yang telah lama tak ia lihat. Atau tidak?
Setelah puas mengusap kepala Ananta, memastikannya baik-baik saja, Mama kemudian menegakkan badannya sambil tarik napas dalam. Tatapan mata yang awalnya teduh seolah lenyap begitu saja, terganti dengan tatapan serius, tidak terlalu tajam memang, tapi itu saja sudah cukup untuk membuat Ananta menelan ludah.
"Sekarang Mama mau tanya, kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa bisa sampai pingsan di sekolah? Kamu ngapain aja sih, Ta?"
Ananta langsung memalingkan mukanya. Mama memang seorang wanita yang penuh akan kasih sayang. Terlebih kepada anak-anaknya. Namun jika marah dan sudah menyangkut tentang kesehatan, wanita itu akan berubah galak dan tegas.
"Nanta bisa jelasin, Ma."
"Kalau begitu, jelaskan sekarang!"
Akan tetapi bukannya bicara, Ananta malah geming, semakin membuat Mama kesal. Mungkin, jika tidak ingat Ananta sedang sakit dan berada di rumah sakit, ia sudah marah-marah sambil teriak sekarang.
"Ta," panggilan Mama berubah lirih. Alun-alun kepala Ananta kembali bergerak menghadap sang Mama. "Kenapa sih? Kamu itu di sekolah ngapain aja? Jajan apa aja? Beneran deh, apa kamu gak kapok masuk rumah sakit? Apa kamu gak kasihan lihat Mama, Papa, bahkan Mas Raga khawatir? Kamu mau Mamamu ini cepet muda karena serangan jantung?"
"Ma ... Jangan ngomong gitu," balas Ananta merengek panik.
"Ya mau gimana lagi, Ta? Hampir tiap hari loh, adaa aja tingkah kamu yang buat Mama kaget, takut. Asal kamu tau, tadi, Mama hampir aja ketabrak truk pas mau ke sini. Jantung Mama rasanya hampir copot saat pihak sekolah ngasih tau kalau kamu dilarikan ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Life?
FanfictionBagi Ananta Dipta, hidup adalah tentang kesehatan. Tidak ada yang lain, Ananta hanya ingin kembali hidup sehat untuk waktu yang panjang. -- ⚠️⚠️⚠️ - no bxb - no romance - no happy ending -- Rank #7/41,6k - Jaemin (2 November 2024) #5/4,89k - Sick...