20. Pemakaman!

230 62 9
                                    

Sebuah kabar duka datang secara tiba-tiba, pagi hari tadi Gio langsung mengambil ponselnya setelah selesai membantu Melody di dapur persiapan untuk sarapan bersama dengan keluarganya. Hal pertama yang Gio dapati saat membuka ponsel adalah banyaknya panggilan masuk yang tidak terjawab dan saat membuka banyak pesan masuk, dia mendapati sebuah kabar duka jika ayah dari Dey meninggal dini hari tadi.

Dia diberitahu oleh Jessi yang kebetulan rumahnya berada dekat dengan rumah Dey, lalu membaca pesan Eli dan Muthe mengabarkan sebuah berita duka yang sama. Saat itu juga Gio berlalu masuk ke kamar mandi untuk siap-siap. Dia bahkan melewatkan sarapan pagi dengan keluarganya, untungnya Melody cukup pengertian dengan alasan Gio melewatkan sarapan kali ini.

Karena itulah Gio bersama teman-temannya berada di depan rumah Dey yang sudah ramai oleh orang-orang. Banyak mobil dan motor terparkir disana yang mungkin milik sanak saudara Dey, untungnya mereka masih bisa lewat dan kebetulan langsung bertemu Muthe, Eli, dan Jessi yang terdiam di kursi luar.

"Hi, maaf ya telat" Kata Daniel menyapa mereka bertiga dengan ramah, beberapa dari mereka ada yang langsung ikut duduk di kursi plastik yang tersedia. Berbeda dengan Gio yang langsung mengintip masuk ke dalam rumah, dia menemukan pemandangan jenazah sedang dishalatkan dan sepertinya hampir selesai.

"Dey-nya kemana?" Tanya Gio karena tak menemukan batang hidung Dey saat mengintip ke dalam tadi.

"Di kamarnya, kata tante Mega dia langsung ngurung diri waktu pulang dari rumah sakit" Balas Muthe.

Mereka semua mengangguk paham, lalu mereka kompak terdiam dengan pikiran masing-masing. Gio juga agak kalut dengan pikirannya sendiri, dia ingin bertemu dengan Dey. Dia ingin mengucapkan belasungkawa secara langsung pada Dey sekaligus menyemangati Dey, tak bisa dipungkiri juga Gio agak khawatir dengan kondisi Dey.

Selama dia dan Dey dekat, dia banyak tahu kalau Dey itu anak tunggal dan sangat dekat dengan ayahnya. Karena itu tak bisa dibayangkan bagaimana kehilangan dan hancurnya Dey saat ini, mungkin Gio belum pernah merasakan secara langsung, tapi yang namanya kehilangan pasti menyakitkan.

Terdengar lantunan salam dari dalam menandakan sholat jenazah sudah selesai, sekali lagi Gio melihat ke dalam dan tanpa sengaja melihat ada Cio keluar dari shaf menuju ke sebuah kamar. Ini pertama kalinya dia melihat isi rumah Dey, jadi dia tak tahu kamar siapa yang Cio masuki.

"Dey, Ayah pasti sedih kalau kamu gak hadir. Ayo!" Ujar seorang wanita paruh baya membuka pintu kamar yang tadi dimasuki oleh Cio.

"Nah Dey" Kata Aldo yang juga melihat Dey dituntun keluar kamar oleh Cio.

Benar saja seperti dugaan Gio, Dey kacau saat ini. Matanya sangat sembab dan bahkan masih saja menangis, bibirnya yang pucat dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Nanti aja, kalau keadaan udah agak membaik, lu temuin dia" Ujar Daniel yang berdiri di sebelah Gio, ucapannya seakan sangat paham apa yang Gio paling inginkan saat ini.

Kini semua orang sibuk, sibuk untuk bersiap mengantarkan ayah Dey ke peristirahatan terakhirnya. Gio dan teman-temannya juga ikut dalam rombongan, mereka berjalan karena makam tempat dimana ayah Dey akan dikuburkan dekat dari sini.

**

Pemakaman berjalan lancar, beberapa tetangga dan sanak saudara ada yang sudah kembali ke rumah dey atau ada yang langsung pulang, menyisakan keluarga inti Dey. Tante Mega dan Dey berhadapan berjongkok di samping makam sang ayah, sedangkan Cio dan kedua orang tuanya berdiri menemani mereka,

Lalu Gio, dia dan Daniel yang belum pulang. Mereka berdua berada sedikit jauh dari keluarga Dey. Gio menatap nanar ke arah Dey yang tak ada hentinya menangis sambil memeluk nisan yang masih terbuat dari kayu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang