RINDU INI MILIKMU

2 1 0
                                    

Hey...

Rindu ini, milikmu—seperti luka yang kau titipkan di bawah kulitku, tak ada yang tahu kapan ia akan sembuh, atau apakah ia harus sembuh, begitu?

Setiap hari aku bangun dengan perasaan yang kusut, 
seperti surat cinta yang kau remas sebelum sempat kubaca.

Kau, yang selalu datang seperti hujan di musim yang salah, 
memberiku payung yang sudah bolong, tapi aku tetap berdiri, tersenyum, karena tak ada pilihan selain tenggelam dalam genangan perasaanmu.

Ah, cinta ini tak punya pelampung, hanya serpihan kata-kata yang tak sempat kau ucapkan, mengambang di antara kita, 
seperti perahu kertas yang menolak karam, meski air sudah menelan setengah tubuhnya.

Kau bilang cinta itu sederhana, tapi kenapa rasanya seperti melangkah di atas pecahan kaca? 

Setiap kali aku mendekat, bayangan kita justru semakin menjauh, seperti mimpi buruk yang terus berulang, di mana aku berlari, tapi kau tetap lebih cepat, dan pada akhirnya kita hanya terjebak dalam labirin yang tak pernah kita pilih.

Rindu ini milikmu—seperti pintu yang selalu kau tinggalkan terbuka, cukup untuk membuatku berharap, tapi tak pernah cukup untuk membuatmu benar-benar tinggal. 

Kau berjalan masuk dengan langkah pelan, lalu pergi lagi, seolah-olah rumah ini hanyalah persinggahan sementara, 
dan aku, hanyalah kursi yang kau duduki sebentar sebelum kau beranjak mencari tempat lain yang lebih nyaman.

Kadang-kadang, aku ingin berhenti, sayang, meletakkan rindu ini di depan pintumu, lalu pergi jauh, tanpa menoleh. Tapi rindu ini adalah belenggu yang tak bisa kulepaskan, karena setiap kali aku melangkah, bayangmu justru semakin jelas, seperti tanda jalan yang selalu muncul tepat saat aku ingin tersesat.

Cinta ini, sayang, adalah perangkap yang kita buat sendiri, dengan tali yang kau ikat di tanganku, dan pisau yang kau simpan di kantong bajumu. 

Kita menari di antara percakapan yang tak pernah tuntas, seperti dua orang asing yang pura-pura saling kenal---hanya untuk menunda perpisahan yang sudah pasti datang.

Kau bilang kita masih bisa bertahan, tapi rasanya seperti berpegangan pada ranting yang sudah patah, kau tahu, tapi tetap saja kau bilang, "Aku masih di sini."

Rindu ini milikmu—dan mungkin aku harus belajar, bahwa tak semua rindu diciptakan untuk disembuhkan. Sebagian rindu, seperti milik kita, hanya ada untuk menyakitkan---untuk mengingatkan kita---bahwa cinta tak selalu menjadi tempat berlindung, kadang ia adalah badai yang tak pernah kita minta.

Kita berdiri di tengah hujan, dan meski kita sama-sama basah, kau selalu punya cara untuk membuatku merasa lebih dingin.

Ah ya, rindu ini milikmu—dan di malam-malam yang panjang, aku belajar, bahwa mungkin, hanya mungkin, rindu ini tak pernah benar-benar untukmu. 

Mungkin, sejak awal, rindu ini hanyalah pantulan dari diriku sendiri, mencari seseorang yang tak pernah benar-benar ada di hadapan.

Dan kau?

Kau hanyalah bayangan dari luka yang kubuat sendiri, tapi aku tetap menunggu, karena itulah satu-satunya hal yang aku tahu.


Semalam aku tak terlelap dengan baik, 14:13.

CATATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang