私をつかんだら 涙ふいて

4 1 0
                                    

Seperti angin yang merontokkan daun-daun tua- rupanya aku mesti merelakanmu runtuh dalam ingatan yang semakin pudar..?

Kau tahu? Melupakanmu ibarat meniti di atas benang tipis antara perih dan pasrah, di mana setiap langkah adalah pertaruhan antara kembali atau hilang.

Aku ingin sekali meredam namamu, menjadikannya gema yang memudar di angkasa sunyi, namun betapa tega? Karena kaulah yang pernah menjadi doa yang kupeluk paling erat, sampai akhirnya doa itu berubah jadi jaring yang mencekikku perlahan.

Ada kalanya, aku bertanya pada malam yang menunduk, "Mengapa engkau menjadi musim yang tak lagi kuinginkan, padahal dulu kausemikan bunga di hati yang paling dalam?" Dan malam menjawab dengan diamnya, seolah tahu, betapapun keras aku mengingkari, namamu telah kuanyam bersama luka yang tak bisa kugunting begitu saja.

Kini, biarlah waktu merentang menjadi duka yang kubungkus rapi di sudut jiwaku.

Biarlah aku, perlahan-lahan mengajariku memadamkan bara ini-bara yang dulu membahagiakanku, kini membakar dari dalam tanpa ampun.

Sebab di balik segala keinginan untuk kembali, ada kewajiban untuk berhenti, dan aku memilih berhenti di sini-di ujung ingatan yang tak lagi ingin kusebut namamu.


Lagi kedinginan, 21:21.

CATATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang