01

3K 329 15
                                    

Hendry Barthtown, pria berusia 28 tahun yang memimpin daerah Selatan dari kerajaan Raedgus sebagai seorang Adipati.

Keluarga Barthtown saat ini memiliki dua pangeran yaitu Hendry dan kakaknya yang sudah menduduki tahta raja menggantikan ayah mereka.

Sudah cukup lama Hendry tidak pulang ke istana karena tugas sebagai Adipati membuatnya sangat sibuk, Hendry bahkan tidak punya waktu untuk mencari pasangan.

Di tengah kesibukannya, Hendry tiba-tiba mendapat surat dari istana.

"Yang mulia, Anda mendapat surat dari istana" ujar pelayan Hendry.

"Hm, terima kasih" Hendry mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama.

Mata Hendry terfokus pada kata-kata yang tertulis disana yaitu, raja memintanya segera kembali ke istana karena ada hal penting yang harus raja sampaikan.

Karena ini permintaan kakaknya, Hendry bergegas berkemas membawa beberapa barang bersama pelayannya ini.

Mereka menaiki kuda dan perlu waktu dua hari hingga keduanya tiba di istana.

Setibanya di istana, Hendry menemui kakaknya yang saat ini ada di dalam kamar bersama permaisurinya.

Hendry menundukkan kepalanya.
"Maaf sudah membuat Anda menunggu yang mulia" ujar Hendry.

Kakak Hendry tersenyum.
"Tidak apa-apa adik ku, aku paham perjalanan kemari memang membutuhkan waktu yang cukup lama"

Kakak Hendry menepuk-nepuk lembut tangan permaisurinya.
"Kamu sudah mengenal Hendry kan ?" Tanyanya.

"Ya paduka" jawab permaisuri kakak Hendry ini.

Kakak Hendry menatap adiknya.
"Kau pun sudah mengenal Riel kan adik ku ?"

Hendry mengangguk.
"Tentu yang mulia, aku mengenal permaisuri Anda" jawab Hendry.

Raja menghembuskan pelan nafasnya.
"Hendry.. kita sudah hidup bersama selama puluhan tahun dan aku sangat tau diri mu.. "

Hendry diam mendengar apa yang kakaknya katakan.
" ..tapi beberapa tahun ini kita terpisah karena kamu harus mengurus bagian selatan kerajaan lalu alasan aku memanggil mu kemari agar kamu bisa mengurus seluruh kerajaan Raedgus menggantikan ku"

Deg!

Hendry langsung menatap kakaknya.
"A-apa yang Anda katakan ?"

"Tahta ku, aku ingin menyerahkannya pada mu adik ku"

Hendry tidak mengerti kenapa tiba-tiba kakaknya bicara seperti itu tapi setelahnya Hendry langsung mengerti saat kakaknya mengatakan hidupnya tidak akan lama lagi.

Raja selama ini sakit-sakitan yang membuat tubuhnya semakin melemah, segala cara sudah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil.

Tabib memperkirakan usia raja tinggal 3 bulan lagi.
"Dan untuk Riel.. " raja menuntun permaisurinya kearah Hendry, raja menyatukan tangan mereka berdua antara Hendry dan Riel.

" ..ku mohon jaga dia, dia masih muda dan perlu bimbingan dari mu"

Deg. Deg. Deg.

Jantung Hendry berdebar tidak menentu, dia tidak tau harus berkata apa mulutnya terasa kaku untuk bicara saat mendengar semua ini.

Hendry benar-benar bingung, dia tidak pernah bermimpi menjadi seorang raja. Sosok kakak yang menjadi panutannya sebentar lagi akan pergi dan dia harus mengemban tugas memimpin negeri ini.

Hendry merasa dirinya tidak mampu, dia tidak menginginkan semua ini tapi apa lah daya. Kakaknya benar-benar pergi bahkan belum 3 bulan seperti yang tabib katakan.

Tangis rakyat pecah, mereka sangat mencintai raja karena beliau terkenal sangat rendah hati serta penuh keceriaan.

Hujan turun mengiringi pemakaman kakak Hendry sementara itu, sosok permaisuri raja tak terlihat saat tubuh penuh cinta ini di makamkan.

Hendry bertanya-tanya kenapa dia tidak mengantarkan suaminya pergi untuk terakhir kalinya, bagaimana bisa dia menjadi permaisuri raja sementara dia bahkan tidak bertingkah seperti bangsawan.

Setelah pemakaman kakaknya, Hendry berjalan masuk ke istana mencari permaisuri raja.

"Dimana dia ?!" Ujar Hendry.

"Si-siapa yang mulia ?" Tanya pelayan yang mengikuti Hendry.

"Permaisuri itu ! Dia bahkan tidak menunjukkan batang hidungnya di pemakaman untuk menghormati raja !"

Para pelayan berusaha menenangkan Hendry tapi tidak berhasil, Hendry terus mencari hingga akhirnya dia menemukan permaisuri raja berdiri di bawah pohon apel yang belum memasuki masa berbuah.

Hendry yang sudah penuh dengan kekesalan, dia menarik kasar tangan permaisuri kakaknya.

"Apa yang kamu lakukan di tempat ini ?! Betapa memalukannya seorang permaisuri tidak menghadiri pemakaman suaminya !"

Raut wajah Riel datar seolah dia tidak perduli dengan amarah Hendry.
"Hei, jawab aku !!" Bentak Hendry.

Riel menatap Hendry.
"Untuk apa aku melihat tubuh tak bernyawa, aku tidak bisa mengajaknya bicara lagi" kata Riel.

Mendengar apa yang Riel katakan, Hendry langsung melayangkan tamparan di pipi Riel hingga dia tersungkur ke tanah.

"Yang mulia Riel !!" Para pelayan Riel berlarian menolongnya.

"Ampuni tuan kami yang mulia Hendry ! Ampuni tuan kami, dia masih terlalu muda untuk paham hal seperti ini, ampuni dia !!" Salah satu pelayan menyembah kaki Hendry.

Pelayan Hendry menyentuh lengan Hendry.
"Yang mulia, tenangkan diri Anda.. sebaiknya Anda istirahat di kamar"

Hendry menghela nafasnya berat, dia langsung melangkah pergi meninggalkan Riel yang terlihat diam saja saat ketiga pelayannya menangis memohon ampun untuknya.

.
.

Bersambung ...

Under the apple tree (Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang