05

904 177 6
                                    

"Riel.. " panggil seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

" ..apa yang kamu lakukan disana ? Kemari lah"

Senyum langsung terukir dibibir Riel, dia berlari kecil menghampiri orang yang tadi memanggil namanya.

Saat Riel sudah berdiri didekatnya, orang ini merangkul pundak Riel.
"Lihatlah Riel, pohon ini akan berbuah saat usia mu menginjak 18 tahun dan sesuai janji ku.. mari memiliki anak untuk meneruskan tahta ku"

Rona merah muda menghiasi kedua pipi Riel.
"Yang mulia Tirta"

"Ya ? Apa yang ingin kamu katakan ?" Orang yang ternyata kakak Hendry ini tersenyum kearah Riel.

"Saat musim berbuah tiba, ku harap kita juga bisa menumbuhkan benih di dalam perut ku!"

Kakak Hendry tertawa pelan, dia langsung memeluk Riel.
"Ya, mari berdoa agar benihnya berkembang dengan baik"

"Iya!" Riel merasa sangat bahagia hingga akhirnya dia terbangun dari mimpi indahnya.

Riel membuka matanya, kenangan itu masih tersimpan manis di kepala Riel. Buliran bening keluar membasahi mata Riel, sejujurnya dia tidak ingin percaya kalau Tirta sudah tiada tapi inilah kenyataannya.

"Ada apa ? Kamu menangis ?"

Deg!

Riel langsung mendongakkan kepalanya melihat wajah orang yang ternyata Hendry.

Riel berusaha mendorong tubuhnya tapi Hendry langsung menahan tubuh Riel, dia menarik Riel kembali ke pelukannya.

"Kamu terus memanggil 'yang mulia' sejak tadi, aku penasaran.. siapa yang kamu mimpi kan ? Aku atau kakak ku ?" Tanya Hendry.

Riel mengalihkan pandangan matanya dari Hendry.
"Aku.. aku.. " Riel bingung harus menjawab apa karena posisinya saat ini adalah permaisuri dari Hendry.

Hendry mengusap pelan air mata Riel.
"Kamu tidak perlu menjawabnya, sekarang bagaimana kondisi tubuh mu?"

Riel menarik tangan Hendry dari wajahnya.
"Aku baik-baik saja yang mulia"

"Kamu yakin? Aku akan pergi bekerja kalau kamu merasa sudah sembuh"

"Ya, aku sudah sembuh" jawab Riel tanpa melihat Hendry.

Pada awalnya Hendry percaya dengan apa yang Riel katakan tapi ternyata Riel tidak benar-benar sembuh.

Dia tidak cukup kuat untuk berjalan bahkan harus dipapah oleh para pelayannya, hal ini membuat Hendry marah.

Hendry menyuruh Riel mengobati lukanya memakai salep yang sudah tabib buat tapi Riel tidak melakukannya.

"Ada apa dengan mu?! Aku menyuruh kamu untuk segera mengoleskan salep itu, infeksi bukan hal yang main-main Riel! Kondisi mu bisa semakin memburuk!"

Saat ini hanya ada mereka berdua didalam kamar setelah Hendry melihat Riel kesulitan berjalan, dia langsung mengendong Riel kembali ke kamar mereka.

"Pakai itu! Oleskan sekarang!" Hendry menaruh obat itu di tangan Riel.

"Tidak.. aku tidak mau" Riel mengelengkan kepalanya.

"Kenapa tidak?! Infeksi yang tidak ditangani bisa berakibat kematian!"

Riel semakin kuat meremas celananya.
"Biarkan saja, biar aku mati"

"Riel!"

"Aku tidak ingin berada disini kalau bukan bersama yang mulia Tirta! Aku tidak percaya dia meninggalkan ku begitu saja, aku bagaikan barang yang dia oper pada Anda!" Ujar Riel dengan suara lantang.

"Bicaralah sesuka mu.. aku tidak perduli, untuk sekarang pakai obat mu dulu" Hendry naik ke atas kasur yang membuat raut wajah Riel berubah takut.

"Tidak!! Tidak mau!!" Riel mencoba memberontak, dia beberapa kali mendang Hendry bahkan mencoba melepaskan diri dari cengkraman Hendry.

Hendry tidak bicara, dia tidak ingin menyakiti Riel tapi kesabaran Hendry sudah sampai batasnya saat Riel tiba-tiba membenturkan kepalanya ke wajah Hendry yang membuat luka  di bibir Hendry.

"Ah.. ma-maafkan aku yang mulia" Riel benar-benar tidak sengaja tapi akibatnya Hendry menjadi kesal.

Hendry menarik ikat pinggangnya kemudian mengikat kedua tangan Riel agar laki-laki muda ini tidak banyak bergerak.

Tak hanya itu, Hendry dengan paksa menarik celana Riel lalu membalik tubuh Riel agar dia menungging kearah Hendry.

"Tidakkk! Tidak mau! Tidak!!" Riel mencoba melawan tapi yang ada Hendry malah menindih tubuh Riel.

"Andai sejak awal kamu menuruti ku, aku tidak akan berbuat hal seperti ini" bisik Hendry yang membuat Riel merasa takut.

.
.

Bersambung ...

Under the apple tree (Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang