03

1.1K 222 10
                                    

"Dia tidak apa-apa ?" Tanya Hendry saat tabib datang untuk memeriksa tubuh Riel.

Tabib menghela nafasnya berat, dia menutup kembali selimut Riel.
"Ada luka robek tapi saya sudah mengoleskan obat agar darahnya berhenti.. " tabib menatap Hendry.

" .. sepertinya ini pengalaman pertama yang mulia Riel, apakah raja sebelumnya tidak memberitahu Anda ?" Tanya tabib.

Hendry terlihat menyesali apa yang sudah dia lakukan pada Riel, dia menundukkan kepalanya.
"Pernikahan 3 tahun, apakah Anda berpikir dia masih suci ? Aku tidak berpikir sampai sejauh itu" ujar Hendry.

Tabib pun berpikir hal yang sama, kakak Hendry dan Riel sudah menikah selama 3 tahun dan selama yang tabib tau keduanya selalu bersama, tak pernah ada pertengkaran ataupun kesedihan dalam pernikahan mereka.

Melihat Riel masih suci, sepertinya raja terdahulu tidak tega melakukan hal itu pada Riel terlebih Riel masih berusia belasan tahun.

Tapi Hendry dalam satu malam berhasil merebut kesucian itu bahkan kemungkinan besar membuat Riel trauma saat dia sadar nanti.

"Kalau yang mulia Riel tidak sadarkan diri sampai pagi, Anda harus memaksanya bangun atau hal buruk akan terjadi.. " kata tabib yang membuat Hendry sedikit terkejut.

" ..saya sudah membuat obat, minum dua kali sehari agar tubuh yang mulia Riel cepat pulih" tabib menaruh beberapa bungkus kecil obat itu di tangan Hendry.

"Ya, terima kasih"

Tabib tersenyum kecil.
"Saya harap Anda bisa lebih lembut pada yang mulia Riel karena selama ini kakak Anda pun tidak pernah membentaknya" ujar tabib yang langsung menusuk perasaan Hendry.

Hendry menundukkan kepalanya.
"Iya" jawab Hendry.

Tabib menunduk singkat lalu berjalan keluar dari kamar Hendry dan Riel, Hendry menatap Riel yang masih tak sadarkan diri.

Dia menaruh obat tadi di dalam laci meja lalu mengambil seprei kasur dimana ada darah Riel disana.

"Ugh..." Hendry menyentuh kepalanya dengan raut wajah frustasi.
" ..kenapa aku bisa sebodoh ini ?!" Kesal Hendry.

Kabar tentang keadaan Riel ini pun langsung tersebar, tiga pelayan Riel menanti dengan cemas di depan kamar saat hari sudah pagi.

"Bagaimana ini ?!"

"Kami juga tidak tau, kita tidak mungkin masuk.. pasti yang mulia Hendry akan sangat marah !"

"Ya, hal seperti itu tidak mungkin bisa kita lakukan.. ! Oh Tuhan, semoga yang mulia Riel baik-baik saja!"

Ketiga pelayan ini sangat menyayangi Riel, mereka selalu menjaga Riel tapi mendengar kabar kalau Riel tidak sadarkan diri tentu mereka sangat khawatir.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Ketiganya bisa melihat Hendry membawa keluar seprei kasur yang masih meneteskan air tanda Hendry baru saja mencucinya.

"Ya-yang mulia.. maaf kalau kami lancang, ap-apa yang mulia Riel baik-baik saja ?" Tanya salah satu pelayan.

Hendry menatap mereka bertiga tapi ketiganya langsung menundukkan kepala tanda mereka takut pada Hendry.

Hendry menyodorkan seprei kasur.
"Tolong jemur ini dan kembali kemari kalau kalian sudah menjemurnya.. bawakan makanan dengan tekstur lembut juga untuk Riel" ujar Hendry.

"Ah, baik !!" Ketiganya bergegas pergi membawa seprei kasur tadi.

"Hah.. " Hendry menghela nafasnya berat, dia berbalik melihat ke dalam kamar dimana Riel masih terbaring di atas kasur, sejak malam tadi dia tidak juga bangun.

Hendry menutup pintu, dia berinisiatif memaksa Riel untuk bangun.

Hendry mendekat, dia mengurung Riel yang masih saja diam. Perlahan tangan Hendry bergerak menepuk-nepuk pelan pipi Riel.

"Bangun.. kamu tidak boleh tidur terlalu lama, hei.. Riel"

Setelah berusaha membangunkan Riel, akhirnya Riel bisa bangun.

Dia menatap wajah Hendry, perlahan tangan kanan Riel terangkat menyentuh pipi Hendry.

Senyum terukir dibibir Riel.
"Selamat pagi yang mulia"

Deg. Deg. Deg.

Rona merah muda tipis menghiasi pipi Hendry, dia baru pernah melihat Riel tersenyum.

Perlahan Hendry menyentuh tangan Riel.
"Tubuh mu.. kamu baik-baik saja ?" Tanya Hendry.

"Tubuh ku.. ah-" wajah penuh kebahagiaan itu langsung berubah, dia seolah sadar sesuatu.

Riel menarik kasar tangannya dari Hendry, dia juga mendorong Hendry agar menjauh darinya.

Riel merangkak menjauh dari Hendry sembari memegang selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
"Yang mulia !! Yang mulia Tristan !!" Teriak Riel.

"Dia tidak ada disini.. apa kamu bermimpi ?" Tanya Hendry.

DEG!

Riel langsung tersadar, dia berbalik menatap Hendry.

"Kamu lupa, kakak ku sudah meninggal" lanjut Hendry.

Riel meremas selimut, dia bisa merasakan sakit di seluruh tubuhnya termasuk belakangnya yang tadi malam di rudal paksa oleh Hendry.

.
.

Bersambung ...

Under the apple tree (Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang