"Ma-maafkan aku yang mulia" Riel lupa kalau kakak Hendry sudah tiada.
Hendry menghela nafasnya berat.
"Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf.. harusnya aku yang minta maaf karena sudah memaksa mu, aku akan bertanggungjawab penuh untuk kesehatan mu"Riel menekan-nekan jarinya bergantian.
"Terima kasih" kata Riel dengan suara pelan.Hendry menatap Riel.
"Aku.. tidak akan memaksa mu.. "Riel langsung melihat Hendry.
" ..kalau kamu merasa keberatan, ini akan menjadi yang pertama dan terakhir juga aku benar-benar minta maaf sudah melukai mu"Riel diam sesaat lalu membuka mulutnya untuk bicara.
"Aku tidak akan melarang Anda, apabila ada seseorang yang Anda suka.. silahkan angkat dia menjadi selir" ujar Riel.Hendry terdiam, dia tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Riel. Riel tersadar dengan apa yang dia ucapkan, raut wajah Hendry menggambarkan segalanya.
"Ma-maaf.. bukan maksud ku lancang bicara seperti itu" Riel menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa.. akan ku pikirkan nanti, istirahat lah" Hendry melangkah keluar dari kamarnya dan Riel.
Riel perlahan kembali berbaring, dia menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat.
"Jangan paksakan diri Anda yang mulia" gumam Riel..
.*Ruang Kerja Hendry*
"Selir ? Apakah yang mulia Riel merekomendasikan Anda karena dia merasa tidak mampu ?" Tanya pelayan Hendry.
Hendry menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Sepertinya bukan karena alasan itu.." Hendry beralih melihat kearah jendela, dia bisa melihat beberapa pohon apel yang belum berbuah." ..ku rasa, Riel belum bisa menerima ku seperti dia menerima kak Tristan"
Pelayan Hendry tersenyum kaku.
'Dia baru kehilangan pasangan dan menikah dengan mu, terlebih lagi kamu merenggut kesuciannya secara paksa.. bagaimana bisa dia dengan mudah menerima mu raja ku ?' batin pelayan Hendry tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu pada Hendry.Hendry menghela nafasnya berat, dia menatap pelayannya.
"Sejak awal aku tidak berkeinginan untuk menikah, satu saja sudah membuat ku pusing jadi jangan terima perjodohan lain.. aku belum berminat mencari selir"Pelayan Hendry mengangguk paham.
"Baik, saya akan menolak rekomendasi dari siapapun itu paduka""Ya, terima kasih" Hendry memilih melanjutkan pekerjaannya.
Hendry terus bekerja bahkan lupa waktu, dia sudah duduk dari siang hingga subuh.
"Hah.. " Hendry melepas kacamatanya, dia memijat pelan sudut matanya yang terasa sakit.
" ..aku lelah, data ini tak habis-habisnya" ujar Hendry.Tak lama kemudian, pintu kamar Hendry di ketok dari luar.
"Ya, masuk" Jawab Hendry."Ma-maaf menganggu Anda yang mulia tapi ada yang ingin saya sampaikan" ternyata yang datang salah satu dari pelayan Riel.
"Bicaralah"
"Ka-kami sudah berusaha mengompresnya dengan air hangat tapi tubuh yang mulia Riel masih panas"
Deg!
Hendry langsung berdiri.
"Apa yang kamu katakan ?""Yang mulia Riel demam, kami mencoba memberinya obat yang ada di laci tapi obatnya beliau muntah kan"
Hendry pergi dari pagi tadi dan dia belum mengecek keadaan Riel, Hendry tidak tau kalau Riel tiba-tiba demam.
Tanpa bicara, Hendry berlari menuju kamarnya dan Riel. Dua pelayan yang ada didekat Riel langsung menjauh saat melihat Hendry masuk.
"Apa yang terjadi ?!" Hendry langsung mengecek suhu tubuh Riel.
"Tadi pagi yang mulia mengeluh kepalanya sakit, kami menyuruhnya untuk tidur tapi beliau tak kunjung bangun dan ternyata suhu tubuh yang mulia terasa sangat panas"
Hendry melihat dua bungkus obat yang ada di atas meja.
"Apa dia kesulitan minum obatnya ?""Sepertinya begitu, kami sudah mencoba dua kali tapi obatnya selalu keluar paduka" jawab salah satu pelayan Riel.
Hendry membuka satu bungkus bubuk obat itu lalu menuangkan obat tersebut ke dalam air, tanpa banyak bicara Hendry menampung air itu di dalam mulutnya.
"Oh astaga !" Ketiga wajah pelayan ini langsung memerah saat melihat Hendry mendorong air tadi masuk ke dalam mulut Riel melalui ciuman bibir.
"Umm!!" Riel meremas kuat baju Hendry, rasanya sangat pahit.
Hendry menekan pelan leher belakang Riel agar air itu langsung masuk ke dalam tenggorokan Riel.
"Mm.. ! Fuahhh.. hah.. hah.. hah.." mata Riel yang blur bisa melihat sosok Hendry yang saat ini menatapnya.
Hendry terlihat memakan sesuatu yang ternyata buah anggur di atas meja dekat kasur, tak berhenti sampai di situ Hendry kembali mencium Riel.
'Ah-Mm..!" Riel kembali meremas baju Hendry, rasa pahit itu berganti dengan rasa manis buah anggur.
Ketiga pelayan ini saling bertukar tatapan, ketiganya langsung berjalan keluar saat melihat Hendry tak bisa berhenti mencium Riel.
Saat pintu sudah tertutup, perlahan Hendry melepas pangutan bibirnya sementara Riel meringkuk mendekat ke kaki Hendry.
"Aku kedinginan" ujar Riel dengan tubuh bergetar, Hendry menyentuh dahi Riel karena dia kira demamnya sudah turun tapi ternyata masih sama saja.
Hendry langsung melepas bajunya lalu menarik Riel ke dalam pelukannya.
"Ini salah ku, sudah ku katakan aku akan bertanggungjawab".
.Bersambung ...
![](https://img.wattpad.com/cover/378900697-288-k797460.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the apple tree (Mpreg 18+)
RomanceHendry Barthtown adalah pangeran kedua dari garis keturunan Barthtown yang sekarang memimpin kerajaan Raedgus, Hendry menjabat sebagai Adipati dari daerah Selatan kerajaan Raedgus tapi suatu hari dia dipanggil ke istana oleh kakaknya yang sekarang n...